webnovel

Bab 20

"Aku membuat ini, sebenarnya untukmu Steve," ucap Helena membuat Dave berhenti mengunyah potongan pie di dalam mulutnya.

"Eh, untukku?" tanya Steve pada Helena dengan wajah terkejut.

Helena mengangguk.

Dave memandang lurus Helena, merasa perkataan Helena mengandung arti bahwa selain Steve, tidak boleh ada yang memakan pie apel buatan Helena.

Dave mengerutkan alisnya. "Tapi kata bibi Emily tadi...." Dave masih ingat ucapan Emily.

'Saya ingin membawakan camilan untuk anda dan tuan muda Steve.'

Jadi jangan salahkan Dave jika ia ikut makan pie apel buatan Helena. Dave merasa ia tidak melakukan kesalahan. Lagi pula jika ia bersalah, ia tidak sengaja melakukannya.

"Sebenarnya ini adalah bentuk terimakasih dariku, sebagai balasan dari gelas porselen yang kau berikan itu, Steve." Helena menjelaskan alasan ia membuat pie apel ini.

Sebenarnya ada satu alasan lainnya, ia ingin menghibur Steve yang tampak tertekan sejak mereka selesai berbelanja sebelumnya.

Itulah alasan utama Helena.

Ia berharap membuat perasaan Steve lebih baik dengan memakan pie apel kesukaannya.

"Oh, begitu." Steve mengangguk paham dengan maksud Helena.

Steve lalu mengambil satu potong pie apel dan memakannya. Ia lalu tersenyum.

"Ini enak," sahut Steve setelah mengunyah potongan pie di mulutnya.

Helena merasakan perasaannya menghangat. Ia berusaha menormalkan getaran di dadanya hanya karena satu kalimat berisi dua kata dari Steve.

Itu hanya pujian singkat dan sederhana. Tapi Helena merasa sangat senang sekali. Ia menahan senyumnya agar tidak terlalu lebar.

Kalau senyumnya terlalu lebar, ekspresinya pasti akan menjadi aneh. Ia tidak ingin dianggap aneh oleh Steve.

Ia tidak ingin merusak citra dirinya di depan Steve setelah baru saja mendapat pujian dari Steve.

Helena dan Steve seolah lupa keadaan Dave sampai akhirnya Dave menarik perhatian keduanya.

"Jadi Steve, tidak apa 'kan kalau aku ikut makan ini juga?" tanya Dave.

Helena menatap Dave dengan pandangan geli. Kali ini ia menahan bibirnya agar tidak tertawa.

"Bibi Emily tidak salah, tapi itu tergantung dari Steve. Apa Steve mengizinkanmu ikut makan atau tidak."

"Tidak boleh. Ini punyaku, jadi hanya aku saja yang boleh memakannya." Steve sengaja memberi larangan palsu.

Dave segera memandang Steve dengan malas.

Steve melanjutkan, "Meski aku bilang begitu kau tidak akan peduli juga 'kan."

Dave tersenyum miring.

"Benar. Aku tidak peduli, lagi pula pie yang sudah kumakan tidak bisa dikembalikan. Kecuali aku membuat pie baru untuk menggantinya," balas Dave.

"Kau bisa membuat pie apel? Kau bisa memasaknya juga?" tanya Helena dengan mata melebar.

Steve mengerakkan tangannya dengan gerakan melambai. Isyarat untuk menyanggah perkataan Helena.

Steve menjawab pertanyaan Helena sebelum Dave mulai menjawab dengan bohong, "Tidak mungkin. Dave itu sama sekali tidak pernah menyentuh alat dapur. Bagaimana caranya ia bisa memasak?"

Dave mengangkat bahunya.

"Kau itu mudah sekali menyimpulkan sesuatu," ucap Dave pada Helena.

Dave melanjutkan, "Aku 'kan tidak bilang kalau aku bisa memasak pie apel, makanan seperti ini atau pun makanan lainnya."

Helena segera mengganti ekspresi penasarannya menjadi datar, karena jawaban yang tidak sesuai dengan isi pikirannya dan juga karena Dave yang lagi-lagi mengatakan sesuatu yang menyebalkan.

Steve segera menyahut, "Bicara tentang itu, kau baru pertama kali membuat ini 'kan? Kau mempelajari resepnya sendiri?"

Helena menggeleng.

"Aku bertanya pada Paman Robbie. Paman Robbie membantuku saat membuat pie apel ini," jawab Helena menarik bibirnya untuk tersenyum tipis.

Saat melihat Dave, ekspresi Helena sering terlihat datar, cemberut, dan kesal. Tapi begitu ia melihat Steve, ekspresinya segera berubah cerah. Ia akan tersenyum, tersipu atau antusias.

Dave mendengus tanpa suara karena melihat perubahan raut wajah Helena itu.

"Ah, seperti itu," balas Steve atas jawaban Helena.

Helena ingat, sebelumnya ia menanyakan camilan apa yang disukai oleh Steve pada Emily. Lalu ia minta diajari cara membuatnya oleh Paman Robbie.

"Padahal ini pertama kalinya kau membuat pie apel. Tapi kau sudah berhasil membuat rasanya seenak ini." Steve memuji Helena sekali lagi.

Helena tersenyum gugup. Pujian Steve kali ini lebih panjang, tidak hanya terdiri dari dua kata saja.

Ia membalas dengan menggaruk pipinya dengan gugup, "Itu karena bantuan Paman Robbie. Sebenarnya, aku juga sudah sering melihat ibuku membuat pie apel. Semua itu sangat membantuku."

Paman Robbie adalah koki keluarga Felton. Ia berumur empat puluh dua tahun dan sudah menikah.

Saat Steve dan Helena berbicara, Dave memilih untuk menghabiskan pie apel yang ada di hadapannya.

Hingga membuat Helena memandanginya dengan mata melotot saat melihat piringnya sudah kosong.

Steve segera membela sepupunya dan membujuk Helena agar tidak marah pada Dave.

"Tapi.." Helena masih tidak terima mengapa Steve terlalu baik.

Steve bahkan baru makan satu potong. Padahal ia membuatnya untuk Steve tapi Dave malah memakan semuanya.

Steve tertawa kecil dan menenangkan Helena.

"Tidak apa-apa, Helen."

Helena tidak membantah Steve, tapi ia masih memandang Dave dengan mata tajamnya. Sedangkan Dave tidak peduli ditatap seperti itu oleh Helena.

*****

Helena saat ini sedang membawa gelas dan wadah kotor dari kantor Steve. Ia berniat mencucinya.

"Nona Helen, biar saya saja yang mencucinya."

Salah satu dari tiga pembantu, yaitu Emma menawarkan dirinya pada Helena.

Selain Emma, tiga pembantu yang bekerja di kediaman Felton adalah Emily dan Eric. Koki keluarga bernama Robbie dan tukang kebun kediaman keluarga bernama Ryan. Sedangkan sopir keluarga adalah Ray.

Helena menggeleng sebagai balasan tawaran Emma. Ia menolak dan ingin melakukannya sendiri. Lagi pula ia tidak punya banyak kegiatan atau pekerjaan seperti Emma.

"Tidak apa-apa, Bibi Emma." Helena menolak dengan disertai senyuman sopan pada orang yang lebih tua.

"Kalau begitu biar saya yang mengeringkan gelas-gelasnya yang sudah dicuci," ucap Emma masih mencoba untuk membantu Helena.

Helena mengangguk, "Terima kasih."

"Tidak perlu sungkan, Nona Helen." Emma menjawab dengan tersenyum.

Helena menarik sudut bibirnya dan membalas senyuman Emma.

Helena melanjutkan kegiatan mencuci dan Emma akan mengeringkannya dengan lap yang bersih.

Mereka berdiri bersampingan. Selama beberapa menit mereka tetap berada di posisi yang sama.

Sampai akhirnya Dave datang dan menawarkan diri pada Emma untuk menggantikannya membantu Helena.

Helena menatap Dave dengan pandangan heran.

Dave mau membantunya?

Dave berdiri di sampingnya dan tidak langsung bicara apa-apa pada Helena membuat Helena menebak-nebak isi pikirannya.

Apa Dave membantunya karena ia merasa bersalah dan ingin berbuat baik untuk menebus kesalahan sebelumnya? Kesalahan karena sudah membuat Helena tersinggung dan marah saat mereka berbelanja?

Tapi kemudian Dave membuka mulutnya dan berbicara. Seketika Helena menyesal sudah berprasangka baik pada Dave.

"Ternyata kau menerima dan menyimpan gelas pemberian Steve itu, ya? Aku kira kau akan membuangnya."

Helena langsung mengulangi tindakannya yang sebelumnya ia lakukan saat mereka berbelanja.

Ia menaruh gelas dari tangannya dengan sedikit tekanan dan menimbulkan bunyi di bak cucian, karena gelasnya terbentur cukup keras.

"Apa masalahmu? Aku tahu kau benci padaku. Tapi bisakah kau mengabaikanku saja, seperti yang aku lakukan? Aku juga tidak suka denganmu."

Dave terdiam sembari menatap wajah kesal Helena karena mendengar perkataannya.

Helen melanjutkan, "Tapi meski begitu, aku tetap berusaha bersabar dengan semua ucapanmu yang membuatku kesal. Tapi kesabaranku itu juga ada batasnya. Bisakah kau berhenti melakukan itu? Katanya kau itu kaku dan pendiam. Awal bertemu, menurutku kau orang yang sopan. Tapi kenapa sekarang kau terus bersikap sangat cerewet dan menyebalkan padaku?"

*****