Selesai meeting, para Direksi mengapresiasi kapabilitas Naura dalam menyampaikan hasil pemikirannya, bahkan sedikitpun tidak ada yang menyebut nama Ridwan disitu. Duduk di sampingnya laki-laki yang menjadi atasan Divisi kerja Naura itu, melihatnya dengan pandangan kurang suka. Sebenarnya laki-laki itu berharap, ingin mendapatkan sanjungan karena sudah bisa mengkader staf pada divisinya untuk menghasilkan sebuah keputusan yang hebat. Tetapi semua terjadi di luar dugaannya, semua peserta rapat hanya mengapresiasi Naura, dan bahkan melupakan dirinya sebagai pemimpin pada divisi gadis itu.
"Miss Naura..., kapan-kapan aku undang untuk lunch bareng ya. Aku masih ingin mendengar ide-ide brillianmu untuk membantu menganalisis perusahaan yang dikelola putraku." seorang anggota Direksi mendatangi Naura, dan menyampaikan undangan secara khusus.
"Terima kasih atas apresiasinya Tuan.., tetapi di awal saya menyampaikan, jika saya hanya bisa membantu untuk perusahaan Androlux, bukan untuk perusahaan yang lain. Mohon dimaafkan..!" dengan tegas dan penuh keberanian, Naura menjawab ajakan anggota Direksi itu. Meskipun raut tidak suka tampak jelas terlihat di wajahnya, dengan cepat anggota Direksi itu merubahnya.
"Okay no problem..., toh keberhasilanmu juga merupakan keberhasilan perusahaan kita, dan tentu saja akan mengalirkan pundi-pundi keuangan untuk saya. Saya duluan.." mendapatkan penolakan dari gadis itu, untungnya Direksi itu dengan cepat menguasai perasaannya. Laki-laki tua itu segera berjalan meninggalkan meeting room.
Merasa sebagai seorang junior di perusahaan itu, Naura menunggu para petinggi perusahaan meninggalkan meeting room. Perlahan gadis itu membenahi berkas dan laptopnya bersiap meninggalkan ruangan itu juga, sambil menunggu semua peserta rapat meninggalkan ruangan. Sejak tadi Naura melirik ke kursi yang ditempati CEO dan wakil CEO, kedua laki-laki muda juga belum beranjak dari tempat duduknya, seakan menunggu Naura. Tetapi dengan cepat, karena menyadari posisinya dalam perusahaan, Naura mencoba untuk mengabaikannya.
"Ayo Na..., kita segera keluar..!" Boss Ridwan mengajak Naura untuk segera meninggalkan ruangan tersebut.
"Sebentar Boss, sebagai junior di perusahaan ini, mana berani saya ikut menyerobot pintu keluar bersama dengan para Direksi lain." ucap Naura perlahan, khawatir suaranya terdengar oleh orang-orang yang sedang berjalan keluar dari ruangan tersebut.
"Hmmm..., baru tahu sekarang. Ternyata pak Ridwan juga bisa memperlakukan karyawan bawahannya dengan sangat baik juga ya, bukan hanya menjadikannya sebagai target sasaran." tiba-tiba tanpa diduga, wakil CEO berbicara sarkasme pada Ridwan. Naura melirik ke arah Johan, yang berbicara sambil tersenyum smirk. Sedangkan Alexander hanya melihatnya sambil senyum-senyum sendiri.
"Bukan begitu Tuan Johan.., karena kami datang dari divisi yang sama, tidak ada salahkan kan saya sekalian mengajak anak buah saya untuk kembali bersama saya. Lagian masih banyak project yang belum kami kerjakan di divisi kami." Boss Ridwan menanggapi perkataan yang dilontarkan oleh wakil CEO. Merasa sebagai objek pembicaraan, Naura segera berdiri dan akan segera keluar dari dalam ruangan.
"Miss Naura..., tolong tunggu sebentar! Kami berdua masih ada perlu dengan anda, jangan tinggalkan ruangan." tidak diduga, Alexander melarang Naura untuk meninggalkan ruangan lebih dahulu.
"Siap Tuan ..." ucap Naura pelan, gadis itu kembali duduk di kursi, tidak memiliki keberanian untuk memberi tatapan pada CEO dan wakil CEO.
Merasa ada kedekatan emosional dalam perkataan yang disampaikan oleh CEO, Ridwan menatap laki-laki tampan itu dengan penuh pertanyaan. Dalam jalur koordinasi, seharusnya CEO dan wakil CEO akan memintanya jika materi yang akan dibahas terkait dengan bidang pekerjaan. Tetapi kedua pemimpin tertinggi perusahaan ini, malah meminta Naura untuk tinggal.
"Pak Ridwan..., silakan tinggalkan kami! Masih ada yang perlu kami diskusikan dengan Miss Naura.." seperti melihat ketidak sukaan Ridwan, Johan langsung meminta Ridwan untuk meninggalkan ruangan.
"Baik Tuan Muda..., saya permisi." dengan perasaan berat, Ridwan melirik ke arah Naura, kemudian meninggalkan gadis itu di meeting room.
**********
Tidak berapa lama setelah tinggal mereka bertiga dalam meeting room, ruangan menjadi sepi. Tidak ada yang melakukan pembicaraan disitu, dan Naura sebagai seorang karyawan baru, serta baru saja melakukan kekeliruan dengan kedua orang pemimpin tertinggi di perusahaan tersebut, tidak berani untuk berinisiatif membuka pembicaraan terlebih dahulu.
"Tuan muda mau saya mintakan hot coffee.." tiba-tiba Johan menawarkan minuman pada Alexander.
"Kenapa hanya aku yang kamu tawari Johan.., karyawan baru di perusahaan ini, yang tanpa sadar kita telah berbuat kesalahan padanya, juga perlu disiapkan minum." sambil tersenyum smirk, Alexander menanggapi perkataan Johan.
"Baik Tuan muda... Hey.. Miss Naura..., tertarik untuk minum panas. Hot coffee atau hot tea..?" menatap wajah Johan yang menawarkan minuman padanya, Naura merasa jika wakil CEO itu berbicara serius.
"Hot coffee Tuan..., terima kasih." untuk pertama kalinya, Naura merasa bisa berbicara pelan dengan rasa segan pada laki-laki itu. Johan hanya tersenyum mendengar perkataan Naura..,
"Okay.., akan aku mintakan secretary untuk menyiapkannya. Anggap saja ya, ini sebagai permintaan maafku, karena berkali-kali sudah membuatmu kesal, okay.." dengan tatapan meledek, Johan mengajak Naura mencairkan suasana hatinya. Tidak ada pilihan lain bagi Naura selain menganggukkan kepala saat ini.
"Miss Naura..., bagaimana jika aku memanggil langsung pada namamu saja? Agar terdengar lebih familiar.." tiba-tiba Alexander membuka pembicaraan, dan Naura memberanikan diri mengangkat wajahnya kemudian menganggukkan kepala.
"Hmm..., tidak perlu begitu sungkan kamu kepadaku Naura... Anggap saja saat ini, kita berbicara sebagai seorang teman, bukan sebagai atasan dan bawahan, okay?? Aku tidak menyangka jika di perusahaanku, kami memiliki orang yang berbakat sepertimu. Jika kami tahu sejak awal, mungkin pimpinan divisi akan aku pertimbangkan untukmu. Bagaimana menurutmu?" sambil tersenyum, Alexander melanjutkan pembicaraannya.
"Jangan membuat saya semakin terpojok Tuan Muda... Saya mengakui kesalahan dan ketidak sopanan dari perilaku saya pada Tuan Muda berdua. Saya berharap, Tuan Muda tidak menjadikan perilaku saya sebagai bentuk pelanggaran terhadap kinerja saya." Naura berbicara dengan tatapan puppy eyes pada CEO.
"Ha.., ha.., ha... jangan salah sangka terhadap kami Naura. Aku sudah mengatakan, kami memintamu untuk tetap berada di ruangan ini, bukan memperlakukanmu sebagai bawahan kami. Kita berbicara selaku seorang teman.., entah tidak tahu apa sebabnya, tiba-tiba aku merasa akrab denganmu." Alexander langsung melakukan koreksi atas perkataan yang disampaikan gadis itu. Dan Naura semakin bingung dengan respon CEO nya.
Tiba-tiba dari arah luar, Johan masuk dengan membawa nampan yang berisi tiga cangkir hot coffee. Naura heran, padahal dengan posisinya, laki-laki itu bisa memerintah bagian pantry atau secretary untuk mengantarkan minuman itu kesini. Tetapi wakil CEO malah membawanya dengan tangannya sendiri.
"Tidak perlu kagum dan melihatku seperti ini Naura. Aku menghargai privacymu.., sehingga lebih baik aku membawanya sendiri, daripada melihatmu menjadi omongan di perusahaan ini." sambil meletakkan cangkir di depan Naura, Johan menjelaskan perbuatannya itu.
"Ya Tuan Johan.., terima kasih." hanya kalimat simple yang diucapkan Naura untuk laki-laki itu, selebihnya gadis itu hanya diam.
********