Wajah Jolene seketika mengeras, ia merasa tidak senang diingatkan ayahnya akan hal itu, dengan nada kesal ia langsung menjawab ucapan ayahnya, "Aku tahu ayah sangat menyukai Jay. tetapi aku juga berhak menentukan dengan siapa aku ingin pergi, kenyataannya sampai sekarang aku dan Jay belum bertunangan atau terikat apapun, jadi kami masih bebas untuk membuat keputusan,"
"Tapi Joo~,... kita berdua tahu persis alasan Jay tidak melamarmu jauh-jauh hari sebelumnya, selama ini ia sengaja bersabar menunggumu hingga kau selesai kuliah, jadi bagaimana bisa kau menjadikan alasan itu untuk mendepaknya sekarang ?!",
Jolene semakin kesal pada dukungan ayahnya pada Jay yang membabi buta,"Baiklah .. Kalau begitu kita tunggu saja sampai Jay melamarku.. jika ia memang ingin melamar...dan sampai aku menerimanya, jika aku ingin menerima, jadi sebelum saat itu tiba, kami berdua masih tidak terikat apapun",
Ayah mengertakkan giginya,"Kau jangan keterlaluan yah... lalu apa yang harus kukatakan nanti jika Jay datang kerumah, dan bagaimana ayah bisa menghadapi keluarganya kelak?",
"Ayah..sebenarnya aku sudah menolak ajakan Jay bahkan sebelum Mark mengajakku tadi.. jadi dia tidak akan datang malam ini",
"Jolene...ingat. ayah sudah tegas memperingatkanmu tapi kau sendiri yang tidak mau mendengar keberatan ayah, jadi ...kau tidak boleh menyalahkan ayah jika suatu hari nanti kau menyesali keputusanmu ini," balas ayah tak kalah sengit, Ayah tampak menghempas nafasnya dengan berat, ia tahu bagaimana kharakter keras puteri semata wayangnya itu, jika ia menginginkan sesuatu, maka ia tidak peduli dengan hambatan apapun yang menghadangnya, justru semakin ia melarangnya, maka putrinya itu semakin penasaran untuk berusaha menaklukannya,
"Bukannya ayah sendiri yang bilang Mark orang baik..",cetus Jolene bimbang, ia diam-diam melirik kearah ayahnya, seolah sedang memastikan sesuatu, hatinya tiba-tiba sedikit goyah dengan penekanan tegas ayahnya barusan,
"Iya, Mark memang orang baik, ayah tidak meragukan itu... tapi tetap saja, menurut ayah dia terlalu tua untukmu",
Jolene mengerutkan alisnya,"Ayah bilang usia Mark baru 29 tahun, tapi sekarang ayah seolah menganggap Mark sudah se-tua ayah saja...",
Dengan nada jengkel ayah membalas ucapan Jolene,"Dengar jolene...Jay baru berusia 23 tahun dan dapat dipercaya.. ia lebih sepadan denganmu, sementara Mark adalah pria matang dan dewasa, ia tentu sangat berpengalaman dan sudah banyak berhubungan dengan perempuan diluar sana ...",
"Jadi karena Mark lebih matang dan dewasa membuatnya tidak bisa dipercaya ?",
"Joo~...Vina kenal baik dengan Mark. dan ia sangat tahu persis perempuan dari golongan mana yang Mark kencani selama ini... percayalah pada ayah joo~. Mark itu bukan berasal dari kalangan yang sama denganmu... dan ayah tidak ingin melihatmu terluka..",
Jolene menghampiri ayahnya. ia lalu duduk di lengan kursi ayahnya, ia merengkuh tubuh ayahnya dan memeluknya erat, "Ayah, aku tahu ayah begitu menyayangiku dan ingin yang terbaik untukku.. tapi, aku bukan gadis kecil yang lugu yang akan mudah ditipu ayah... percayalah padaku... aku sekarang sudah dewasa .. ijinkan aku membuat keputusanku sendiri.. biarkan aku bergaul dengan siapapun yang kuinginkan.. dan seandainya aku harus jatuh dengan keputusan salah yang kubuat, maka ijinkan aku belajar dari kesalahan itu..",
Ayah seolah langsung jatuh pada bujukan lembut Jolene, seraya menghela nafasnya ayah akhirnya menyerah, "Baiklah... jam berapa kau berencana keluar ?",
"Mark bilang ia telah memesan meja untuk jam 19. 30",
"Vina seharusnya sudah turun. jadi sebelum kau berangkat keluar, kita berkumpul diruang keluarga untuk segelas sampanye",
"Terima-kasih ayah...", Jolene merekatkan pelukannya di leher ayahnya dan menunduk untuk mencium pipi ayahnya, ia merasakan pipi ayahnya itu terasa lebih kurus dari yang pernah diingatnya,
Dua puluh menit kemudian....
Jolene berjalan menuruni tangga, ia tampak mempesona berbalut gaun lembut berbahan sifon elegant berwarna campuran biru laut, hijau dan keemasan, Jolene menggerai rambut hitamnya yang panjang berkilau, berdandan dengan make up natural dan memulas bibirnya dengan lipstick berwarna peach yang cerah, sangat sempurna.
Mark melihat kedatangan Jolene, sedari tadi ia telah menunggunya diruang depan, Mark tampak sangat memikat mengenakan setelan jas hitam dan dasi kupu-kupunya, ia begitu berwibawa dan memancarkan daya tarik lelaki sempurna,
Saat melihat Jolene telah sampai dibawah tangga, Mark melangkah kedepan, ia meraih tangan Jolene dan mencium punggung tangannya dengan lembut, "Kau sangat cantik...",Mark memberitahu Jolene dengan lembut, "Aku yakin... pergi bersamamu akan membuat semua laki-laki di restaurant nanti iri pada ku .."
'Benar kata ayah. Mark matang dan berpengalaman', Jolene mencoba menyembunyikan betapa saat ini Jantungnya berdebar sangat kencang, "Sebelum kita berangkat kita pergi menemui ayahku dulu. tadi Ayah memintaku untuk bilang padamu jika ia ingin mengajakmu minum sampanye ....",
"Ohh sepertinya kau berhasil meyakinkan ayahmu..",
Jolene menghentikan langkahnya dan menatap Mark dengan lurus,"Tidak... kau salah...sebenarnya saat ini ayahku benar-benar sedang sangat cemas", jawab Jolene jujur, "Ayah mengkhawatirkan tentang Jay",
"Aku tahu... Aku lihat ayahmu telah menganggap anak itu sebagai keluarga khan..."
"Ayahku memang menyayangi Jay. ia selalu berharap Jay yang akan menjadi menantunya",
"Hmm dan apakah kau sendiri juga berharap demikian ?, menginginkan Jay menjadi suamimu ?"
Jolene seketika memalingkan wajahnya kesamping, sambil menghindari tatapan Mark ia menjawab dengan samar, "Aku mengenal Jay sejak kecil. kita tumbuh bersama, tentu saja aku sangat menyukainya...",
Alis Mark yang terangkat keatas merupakan reaksi atas jawabban Jolene yang berbelit-belit, sesudah itu Mark mengejar dengan pertanyaan,"Tapi sepertinya Jay bukan satu-satunya alasan yang membuat ayahmu tidak senang ?...",
Gugup dengan ketajaman persepsi Mark, Jolene menjelaskan, "Sebenarnya Ayahku merasa cemas, selama ini ia telah menjagaku sendirian, ia telah merangkap peran menjadi ayah sekaligus ibu bagiku, dan ia hanya ingin memastikan aku tidak salah langkah, jadi wajar saja jika banyak ketakutan dalam pikirannya ",
"Ohh... jadi ayahmu menganggapku sebagai serigala jahat ?",
"Hahaha begitulah", jawab Jolene dengan canggung,
"Dan apa menurutmu aku seperti itu ?",
Jolene balas menatap Mark tajam,"Kurasa aku bisa menjaga diriku ",
"Apakah itu yang kau beritahukan pada ayahmu ?"
"Kurang lebih begitu, "
Mark menganggukkan kepalanya mengerti, "Hmm tak heran jika ayahmu merasa cemas... tentu saja ayahmu kaget saat mengetahui domba peliharaannya yang patuh tiba-tiba melawan dan ingin meninggalkan kandang sesudah bertahun-tahun dimanja dan dilindunginya...", ucap Mark masam,
"K-Kau....!!...."
"Kenapa.... ada yang salah dengan ucapanku ?"
"Huh enak saja... kau itu yang domba !",
"Kau harus terima kenyataan joo~, kau jelas-jelas cerminan gadis lugu dan suci",
"Apanya yang suci ?, aku sudah berpacaran sangat lama dengan Jay ",
"Tapi aku yakin. Jay belum pernah menyentuhmu..."
"Jangan terlalu yakin !!",
"Ohh Ayolah, kau tidak mungkin pernah tidur bersama Jay",
"Sayangnya tebakanmu salah tuan !!---, kami sudah sering tidur bersama !", Jawab Jolene penuh percaya diri, ia sengaja berbohong dengan senang. dan melihat rasa terkejut yang dipancarkan oleh mata keperakan Mark, Jolene merasa gembira, itu setimpal dengan keangkuhan pria itu. akhirnya ia berhasil mengalahkannya.
Mark tampak menatap kearah Jolene dengan wajah tidak percaya, "Benarkah..?..",
"Benar !",Jawab Jolene tegas. ia memutuskan untuk melanjutkan sandiwaranya, Jolene menambahkan dengan santai, "Jika kau berubah pikiran dan berniat membatalkan makan malam ini...it's okay...aku bisa mengerti.."