Ngai betul-betul tak bisa berpikir dengan jernih, karena papa dan mama bersikap aneh dengan ngai. Entah kenapa, hati ini harus melibatkan Jia Zhen, adik paling bungsu, supaya ikut bersama dan membicarakan masalah yang mengganjal di hati. Dia satu-satunya orang di rumah ini, yang mendukung ngai dan X bersatu, pikir ngai dalam hati.
Kami berdua pun masuk ke dalam lift, kemudian menekan angka dua di sana. Setelah pintu tertutup, hati ini masih saja merasa gelisah tiada tara. Bagaimana kalau rencana yang disusun tidak berhasil? Apa yang harus dilakukan, supaya semuanya gagal dan bisa hidup bersama dengan pria pilihan sendiri?
"Ce, ada apa sebenarnya?" tanya Jia Zhen ingin tahu.
Ngai menatap adik bungsu ini dengan tatapan serius. Apakah ini saat yang tepat untuk memberitahukan kepada Jia Zhen? Bukankah kami masih di dalam lift yang mana bisa saja ada kamera pengintai dengan suara, sehingga percakapan dengan mudah didengar oleh orang lain?
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com