Cahaya matahari sedang on point sejak pagi tadi. Itulah mengapa banyak siswi yang memilih mengenakan hotpants daripada celana panjang. Siang ini,matahari semakin menyengat sehingga acara makan bersama di kebun apel dipindahkan di taman bunga yang kebetulan indoor.
Sudah tersusun meja-meja berbentuk lingkaran dan empat buah kursi berwarna putih setiap mejanya. Makan siang kali ini kebetulan menjadi tanggung jawab Fran secara keseluruhan. Dari mulai pemilihan menu utama,hingga dessertnya.
"Juwi!"panggil Fran saat melihat Tzuwi yang tengah duduk sambil bermain ponsel. Dia baru saja istirahat dari tugasnya mengatur kamar para guru.
Tzuwi yang mendengar hal itu memutuskan untuk berpura-pura tutup telinga. Di hanya malas saja jika harus di suruh oleh ketua osis pemalasnya itu. Saat melihat Tzuwi yang cuek bebek tidak peduli,Fran hendak menghampiri gadis itu sampai di mana ekor matanya menemukan seseorang yang dirasa lebih tepat.
"Ital!"seru Fran.
Gadis yang baru saja mewarnai rambutnya ombre hijau menoleh lalu menghampiri Fran dengan senyum centilnya. Dia terkenal suka tebar pesona kesana-kemari tapi,saat seorang laki-laki menyatakan cintanya dia akan menolak dan membanding-bandingkan laki-laki tersebut dengan Afka,kekasih halunya itu.
"Kenapa?"tanya Ital.
Gadis itu memakai dress minim berwarna peach dengan lengan panjang dan belahan yang cukup rendah membuat belahan dadanya menjadi santapan para lelaki.
"Cariin Afka gih,"pinta Fran.
Mendengar perintah itu,Kristal langsung bersemangat. Dia tersenyum dengan puasnya.
"Siap Fran,muach!"kata Kristal sebelum pergi meninggalkan Fran yang menatap geli hingga hampir muntah.
***
Di bawah terik matahari,Ghirel duduk menyendiri di pinggiran kolam ikan terapi. Dia melamun sambil membiarkan ikan-ikan kecil itu menggigiti kulit mati kakinya.
Matanya terlihat kosong dan kehilangan semangat hidupnya. Sudah hampir setengah jam Ghirel berdiam diri di sana sendirian. Gadis itu melamun hingga tak merasakan kulitnya terbakar oleh sinar matahari.
"Jie,ngapain di sini?"panggil seseorang.
Gadis itu hanya diam tak menjawab,dia tak menyadari ada yang memanggil namanya.
Seseorang tersebut memilih duduk di sebelh Ghirel dan menyenggol bahu gadis itu hingga tersadar.
"Eh,Afka?"sapa Ghirel.
Afka tertawa kecil,gadisnya terlihat menggemaskan dengan tatapan polos itu.
"Sejak kapan di sini?"tanya Ghirel
"Lumayan lama,kamu ngelamun tentang apa?"Afka balik bertanya sambil melepaskan kemeja yang dikenakannya.
"Ehm,tentang itu..."belum sempat Ghirel menyelesaikan ucapannya,Afka langsung memotong ucapan gadis itu.
"Paha kamu terekspos banget. Aku gak suka ih,pakai kemeja aku ya?"tanya Afka.
Ghirel hanya mengangguk,dia sudah mulai bodo amat dengan segala perlakuan Afka kepadanya. Selagi dia tidak bermain fisik,dia tak masalah mau Afka cuek atau perhatian kepadanya.
"Oh iya tadi mau ngomong apa?"tanya Afka lagi setelah berhasil memakaikan kemeja tersebut di pinggang Ghirel.
"Oh itu,tentang Ibu kam-"lagi-lagi belum sempat Ghirel menyelesaikan kata-katanya,seseorang mengacaukannya.
Ghirel naik pitam. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun,dia ingin memaki siaapun yang memanggilnya tadi. Gadis itu berdiri dan menoleh,tapi yang dia temukan ternyata adalah ular berwujud manusia dengan nama Kristal Caramela.
Terlihat sekali Kristal sedang menahan emosinya. Dengan berjalan melenggak-lenggok dia menghampiri Afka tanpa sebuah senyuman. Sedangkan Afka? Dia hanya diam dan menatap dasar kepada gadis itu.
"Encok lo sampai jalan gitu?"ketus Afka.
Ghirel hampir saja kelepasan tertawa saat mendengarnya. Untung tangan kanan dia dengan sigap menutupi mulutnya dan wajahnya dengan cepat mengganti ekspresinya.
Kristal menghentakkan kakinya,dia merasa Afka sangat mempermalukannya. "Kok kamu ngomong gitu sih sayang,kan aku cara jalannya emang gini. Kamu tau sendiri kan kalau mimpi aku tuh jadi model?"
Afka jengah mendengar suara sok imut tersebut. Ekspresi wajah Afka sudah menjelaskan semuanya.
"Terserah lo mau jadi model kek,jadi tukang cuci piring,atau jadi tukang antar paket sekalipun gue gak peduli. Yang penting jangan sampai lo jadi artis,"ancam Afka.
Kristal dengan wajah polosnya bertanya,"kenapa?"
"Bisa-bisa gue pindah planet biar gak liat lo di tv,hp atau di manapun!"jawab Afka dengan ketus.
***
Acara makan siang ditutup dengan suara merdu milik Afka yang menyanyikan lagu Melukis Senja. Setelah menikmati makanan dengan lauk yang sedap,sekarang dia menikmati suara kekasihnya yang sangat sopan masuk ke dalam telinganya. Dia egois karena menganggap Afka bernyanyi untuknya. Persetan sengan para kekasih Afka lainnya yang telah teriak histeris sambil merekam.
"Lo udah ngomong sama dia kalau Afka sama Hevan sebenernya saudara?"tanya Siska sambil berbisik. Di sana ada Grell dan anak kelas lain sehingga Siska memilih untuk berbisik-bisik.
Ghirel menggeleng,tadi dia sempat yakin akan mengatakan hal ini. Tetapi sekarang rasanya cukup ragu saat melihat Afka dengan tawa bahagianya tengah bernyanyi di depan sana dikelilingi bunga-bunga.
"Gue takut dia jadi tambah benci sama ibunya,"lirih Ghirel.
Siska menghela nafas kasar. Sejujurnya,Siska hanya berpura-pura. Persetan dengan apapun,Siska adalah saudara jauh dari Hevan. Dia sudah tau hal ini sejak lama namun tak tau bagaimama cara mengungkapkannya kepada Afka. Dia takut Afka jadi ikut membencinya.
Bersyukur Afka tidak curiga saat Siska memberi info mengenai perjodohan antara Kristal dengan Afka. Saat di tanya tau darimana info tersebut,Siska hanya menjawab bahwa dirinya tau dar Ghirel. Padahal hingga detik ini gadis itu masih memendam semuanya sendiri.
Dan Siska rasa,ini adalah saat yang tepat untuk memberi tahu Afka mengenai hal ini. Dalam hatinya dia meminta maaf berkali-kali kepada Ghirel karena dia telah memanfaatkan sahabatnya itu. Tetapi,Siska rasa ini adalah jalan yang tepat karena Afka tak mungkin membenci Ghirel. Dia tak mungkin marah dan meninggalkan Ghirel hanya karena masalah ini. Toh Ghirel tidak ada sangkut pautnya.
***
Setelah makan siang,dilanjutkan dengan permainan kecil-kecilan yaitu berburu harta karun. Mereka di suruh mencari sebuah bambu dengan isi kertas perintah. Dan perintah tersebut harus dilaksanakan di atas panggung dengan ditonton banyak orang.
Bagi yang beruntung mereka akan mendapatkan bambu kosong yang artinya terbebas dari perintah tersebut. Setiap siswa wajib mengambil,apabila tidak mereka akan di suruh untuk makan buah mengkudu.
Semua panitia yang bukan merupakan penanggung jawab permainan wajib ikut memainkan ini. Salah satunya adalah Afka.
"Kamu duduk manis di sini aja sayang,biar nanti aku cariin."kata Afka berkali-kali. Dia takut Ghirel akan tersesat di daerah sini saat mencari.
Ghirel dengan keras kepala menolak hal ini,dia ingin merasakan sendiri sensasi mencari bambu seperti yang di rasakan teman-temannya.
"Pokoknya aku gak mau!"
"WAKTU KALIAN MENCARI ADALAH 10 MENIT,DIMULAI DARI 3 2 1 START!"teriak Fran. Semua siswa-siswi langsung berhamburan kesana-kemari.
10 menit berlalu tanpa terasa,sekarang mereka telah berkumpul kembali di aula. Masing-masing tiga orang maju dan mulai menjalankan misinya. Siska mendapat misi untuk memberitahu id line nya. Ada juga yang mendapat misi berpose bebek dan mempostingnya di instagram. Sekarang saatnya kapten basket kita maju ke depan.
Afka maju dengan percaya diri,dia membuka bambunya saat di suruh dan mulai membacakan misinya.
"Oke misi gue yaitu,"teriak Afka dengan semangat.
Setelah kertas dibuka,cahaya di wajah itu redup seketika. Bibirnya kelu tak bisa berkata-kata.
"Ayok Af,bacain!"desak Fran.
Dengan pelan Afka mulai membaca,"ceritain rahasia gelap lo ke pasangan lo."