webnovel

Gerald: End Up With You

"Lo tahu apa yang lebih sakit dari patah hati?" Tanya Gina dengan air matanya yang terus mengalir. "Gue gak peduli!" Acuh Gerald Gina tersenyum miris, "yang lebih sakit dari patah hati adalah mencintai seseorang yang gak pernah sedikitpun mencintai Lo." Gerald diam dengan wajah datarnya. "Makasih, makasih buat gue jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan." Kata Gina kemudian menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya didepan Gerald. Dia seperti gunung, yang tak sampai ketika dipeluk, dia seperti kupu-kupu, yang akan ditangkap namun pergi, dan dia seperti Gerald, yang dicintai Gina namun acuh dan tidak peduli. Akan kah cerita cinta Gina seperti judulnya? atau malah berujung sia-sia? yaps! jawabannya hanya takdir yang menentukan.

Kelly_Amanda · Adolescente
Classificações insuficientes
281 Chs

GERALD:EUWY|| Menarik Perhatian Gerald [✓]

Kini Gerald, Vian, dan Alder berkumpul di basecamp. Mereka tidak hanya bertiga, banyak anak-anak yang lain juga. Gerald bukan ketua geng, dia hanya anggota biasa.

Geng Rans, geng yang terkenal dengan ke solidaritasannya. Geng ini memiliki anggota sekitar 200 anggota, isinya tidak hanya anak Sma Kencana, namun juga dari Sma lain. Geng Rans terbentuk 4 tahun yang lalu ketika semua anggotanya masih duduk di bangku Smp. Mereka sering turun dijalan untuk balapan, itupun ketika ada yang berani menantang mereka.

Meskipun nakal, mereka ingat akan Tuhan dan suka membantu orang-orang yang kurang mampu. Bagi yang kenal seluk beluk geng Rans mereka tidak akan sembarangan berbicara jika geng Rans itu geng nakal dan suka memakai narkoba. Begitu juga sebaliknya, jika orang yang hanya tau luar geng Rans mereka akan mencap geng Rans adalah geng anak-anak nakal.

Alder menghembuskan asap rokoknya. "Jadi siapa nih yang turun balapan malam ini?"tanyanya.

Afgar Selaku ketua geng Rans menunjuk Bima yang sedang bermain kartu bersama Zidan. "Bima yang turun," ujarnya.

Merasa terpanggil Bima menoleh kearah Afgar kemudian mengacungkan jempolnya.

"Terus siapa yang jaga-jaga kalo Polisi datang?" tanya Vian.

"Lo bertiga," perintah Afgar.

"Oke sip!"

Suara riuh tepuk tangan mengisi jalanan sepi malam ini, Bima yang ditunjuk Afgar untuk turun balapan pun sudah siap dengan motor besarnya begitu juga dengan lawannya malam ini.

Berbeda dengan Vian, Alder dan Gerald. Ketiga cowok itu memantau jika ada polisi yang datang mereka langsung memberi tahu yang lain.

"Kayaknya malam ini aman deh, gak ada tanda-tanda dari tadi," ujar Vian.

"Waspada aja, siapa tau pak Pol udah buat rencana untuk jebak kita semua," sahut Alder.

"Ger, Lo ngomong juga napa, bosen gue. selama hidup Lo ngomong bisa dihitung deh," kata Vian hiperbola pada Gerald yang sedari tadi diam.

"Gue mau ngomong apa?" tanya Gerald.

"Lah malah nanya dia Al, temen Lo tuh!" kata Vian.

"Temen kita kali! Lo mau gue tendang dari sini? Gini-gini Gerald sering ngomong kali, kitanya aja yang gak sadar." bela Alder.

"Setan kali yang ngomong kitanya gak sadar," Vian mendelik.

"Nah itu Lo tahu," baru aja belain Gerald eh malah akhirnya dijulidtin.

Gerald? cowok itu hanya diam dengan wajah datarnya. tidak ada niat untuk merespon ucapan dua setan, eh setan, canda setan.

Balapan malam ini mulus tanpa kendala, Polisi sepertinya tidak patroli didaerah ini, malam ini dan juga kemenangan dibawa oleh Bima.

"Kalian balik kerumah masing-masing apa balik ke markas?"

tanya Afgar.

"Gue balik,"Kata Gerald.

"Gue juga," tambah Vian

"Padahal kita-kita mau rayain kemenangan Bima malam ini, Lo berdua malah balik," ujar Alder.

"Gue ada urusan, Gue balik dulu. Selamat buat kemenangan Lo malam ini Bim," Pungkas Gerald kemudian memakai helm dan menghidupkan mesin motornya lalu pergi dengan diikuti Vian.

"Lo denger gak?" Tanya Alder.

"Denger, emang kenapa?"Tanya Iyan.

"Itu kalimat terpanjang yang gue denger dari Gerald njir!" seru Alder.

"Anjir, iya juga, gue baru sadar njir!" ujar Bima lalu diangguki oleh yang lain.

"Wah Daebak! Jinjja? Omo-Omo!" Sahut Zidan seperti yang ada di drama Korea. Percaya lah bahwa Zidan itu Drakor lovers.

Disepanjang perjalanan pulang, Gerald tak sengaja melihat seorang gadis yang duduk di halte bus dengan tangis pilu. Awalnya Gerald tidak peduli, tapi entah kenapa otak dan hatinya berkata lain.

Kini cowok jangkung itu menghentikan motornya didepan halte tersebut, ia sepertinya kenal dengan gadis itu, tapi siapa?

Hiks hiks hiks

"Lo kenapa?" tanya Gerald tak terduga.

gadis itu mendongak.

"Gerald? Lo ngapain disini?" bukannya menjawab pertanyaan Gerald gadis itu malah bertanya balik.

Gerald turun dari motornya, ia mendekati gadis itu. "Lo kenapa?" tanyanya lagi.

Tiba-tiba saja Gina langsung memeluk Gerald erat. Ya, gadis itu adalah Gina. Gerald mematung, awalnya ia tidak membalas pelukan ini tapi entah kenapa tangannya tiba-tiba bergerak membalas pelukannya.

"Lo kenapa?"lagi-lagi Pertanyaan itu yang keluar dari mulut Gerald.

"Papa Gue Ger, Papa Gue tadi mukul mama gue." Tangis Gina semakin pecah dipelukan Gerald.

"Gue kasihan sama mama gue Ger, gue pengen bawa mama gue pergi jauh dari papa gue, tapi mama gue malah nggak mau, mama gue masih mau bertahan sama papa gue yang kasar," tutur gadis tersebut menceritakan masalahnya.

Gerald mendorong tubuh Gina pelan, melepaskan pelukannya. Gina menatap Gerald dengan mata sembabnya, "Ger," lirihnya.

Gerald memegang pipi Gina dan mengusap air matanya pelan. "Sabar," hanya satu kata yang Gerald ucapkan.

Gina mengangguk kemudian tersenyum, ia tidak menyangka jika Gerald punya hati yang lembut, yang ia kenal Gerald adalah cowok dingin dan tak tersentuh.

"Kenapa?" tanya Gerald kembali dengan nada dan wajah yang datar, cowok itu melepaskan tangannya dari pipi Gina.

"Lo yang kenapa?" tanya Gina balik.

"Gue balik," ucap Gerald hendak berbalik badan namun Gina menahannya.

"Nebeng," cengir gadis itu.

Gerald menepis tangan Gina. "Gak!" tolaknya mentah-mentah.

"Lo, tega ninggalin pacar Lo yang cantik ini sendiri disini malam-malam?"

"Lo bukan pacar gue!" ketus Gerald.

"Emang, kan Lo yang pacar gue, bukan gue yang pacar Lo, tapi gue yakin suatu saat Lo bakal sebut gue ini pacar Lo," ucapnya penuh percaya diri.

"Mimpi!"

"Percaya sama gue, Lo bakal ngomong gitu kok, Haha!" Gina tertawa melihat ekspresi Gerald yang kesal.

"Nebang ya plisssssssssss," Gina merapatkan tangannya memohon dengan puppy eyes-nya.

Gerald tidak tersentuh sama sekali, malahan cowok itu melanjutkan langkahnya menuju motornya.

"Gerald! Tungguin!" Gina menghampiri Gerald dan naik di atas motor cowok itu.

"Turun!" titah Gerald dibalik helm.

Gina menggeleng, "Gue udah naik, dan Lo harus antar gue pulang! ini Perintah!" ucapnya penuh penekanan.

'dasar keras kepala!' batin Gerald geram. Cowok itu menghela nafas lalu menghidupkan mesin motornya.

selama perjalanan pulang, tak ada perbincangan dari keduanya, Gerald sibuk membawa motor dan Gina sibuk dengan pikirannya.

"GERALD!" panggil Gina berteriak takut Gerald tidak dengar.

Gerald menatap Gina dari dispion motornya.

"MAU TAU GAK?" tanyanya.

Gerald tidak menanggapi, dia hanya diam dan kembali fokus membawa motor.

"GUE LAGI BERUSAHA NYARI PERHATIAN LO, LOH! JANGAN CUEK-CUEK KEGUE NANTI GUE MAKIN SUKA SAMA, LO!" Diakhir kalimat Gina tertawa.

'bener-bener cewek gila!' batin Gerald sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"RUMAH LO DIMANA?" tanya Gerald berteriak.

Gina mendekatkan kepalanya ke kepala Gerald, "CIE NANYAIN ALAMAT GUE, CIE!" godanya.

"BACOT!"

"NTAR HABIS INI BELOK KIRI TERUS BELOK KANAN NAH NANTI BELOK KANAN LAGI TERUS BELOK KIRI NANTIKAN ADA PERSIMPANGAN LAGI TUH, NAH BELOK KIRI LAGI TERUS SAMPE DEH RUMAH GUE!" jelas Gina membuat Gerald sedikit bingung. namun sedetik kemudian ia mengangguk mengerti.

Sekitar dua puluh menit menuju alamat rumah Gina, akhirnya Gerald dan Gina sampai ditempat tujuan. Gina turun sambil tersenyum manis.

"Makasih ya Ger," ucap gadis cantik itu.

"Hm."

"Gue boleh minta sesuatu gak?" tanya Gina.

"Gak!" tolak Gerald cepat, pasalnya permintaan Gina pasti yang aneh-aneh.

"Ih, gak banyak kok! cuma satu doang. Masa Lo sebagai pacar gue tega sama gue," Gina memasang wajah cemberut.

Gerald menghela nafas, "apa?"

Seketika Gina tersenyum sumringah. "Usap kepala gue dong, biar gue masuk rumah jadi semangat lagi!" pintanya.

Mendengar itu Gerald langsung memakai helmnya lagi dan menghidupkan mesin motornya lalu melesat pergi.

Gina yang melihat Gerald pergi pun menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Pacar gue kok gak peka sih!"

"Tapi gue yakin suatu saat nanti Lo bakal usap kepala gue tanpa gue minta Ger. Gue yakin itu."

[Sudah di Revisi✓]