"Untuk sementara, dia harus tinggal di sini sampai ingatannya pulih," ucap James begitu dia keluar dari kamar Troy yang ditempati gadis itu.
Troy menatapnya protes.
"Menolong orang kan, hobimu," lanjut James.
"Tapi, situasinya berbeda. Kenapa kau tidak membawanya tinggal di rumahmu saja?" tuntut Troy.
"Aku bisa berbahaya untuk gadis itu, Troy. Kau tahu masa laluku," jawab James.
Troy menggeleng tak setuju. "Tapi, tetap saja. Gadis itu tinggal di sini jelas bukan ide bagus."
"Kenapa? Karena kau mengganti bajunya sendiri tiga hari lalu?" tembak James.
Troy melotot mendengar itu dan menatap pintu dengan was-was. "Jangan mengatakan hal seperti itu padanya."
James tersenyum geli. "Apa kau tertarik padanya karena melihat tubuhnya?"
"Aku bukan orang mesum," desis Troy kesal. "Dan itu akan tidak nyaman untuk kami berdua."
"Kan, dia tidak tahu, jadi hanya kau yang merasa tidak nyaman. Biasakan dirimu," balas James santai.
"Apa kau berniat membunuhku?" geram Troy.
"Troy, aku bukan hanya dokter, tapi juga bosmu di restoran. Kau mau dipecat?" James tersenyum mengancam.
Troy mendesis kesal.
"Tapi, apa kau sudah mendapat informasi tentang gadis itu?" tanya James.
Troy menggeleng. "Jun dan Ricki masih mencari tahu tentang kecelakaan di sekitar sini."
James mengangguk-angguk.
"Kau tampak begitu penasaran tentang gadis itu," cibir Troy.
James tersenyum miris. "Aku hanya merasa kasihan padanya." James menoleh ke pintu kamar. "Luka gores pecahan kaca di tangannya … jelas bukan karena kecelakaan itu."
Troy mengernyit. "Maksudmu, gadis itu bisa saja dalam bahaya?"
James mengangguk. "Kau harus berhati-hati dan waspada."
Troy mengerutkan kening. "Kenapa kau begitu yakin jika gadis itu dalam bahaya?"
"Aku hanya menyebutkan kemungkinannya," sebut James.
Troy mengamati ekspresi James lekat, lalu mengangguk. "Ya, aku akan berhati-hati."
James mengangguk lega. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Beri dia makan dan pastikan dia meminum obatnya," pesan James. Dia menatap pintu kamar sekali lagi, sebelum pamit pergi.
Setelah James pergi, Troy kembali ke kamar. Dilihatnya gadis itu menatap kosong ke arah jendela kamar.
"Um … jadi, bagaimana aku harus memanggilmu?" tanya Troy sembari mendekati gadis itu.
Gadis itu menatap Troy. "Rose."
Troy mengerutkan kening. "Kau … sudah ingat namamu?"
Gadis itu menggeleng. "Tiba-tiba saja nama itu muncul di kepalaku."
Troy mengangguk-angguk. "Oke. Rose."
Gadis itu tersenyum.
Troy memalingkan wajah. "Kau mau makan apa?"
"Kau bertanya padaku?" tanya gadis itu.
Troy berdehem dan menatap gadis itu. "Ya. Kau mau makan apa?"
"Apa saja."
"Jika ada makanan yang kau tak suka, atau kau alergi …"
"Aku … tidak ingat apa pun," sebut gadis itu.
"Ah …" Benar juga. "Kalau begitu, aku akan membuat bubur untukmu.��
Gadis itu kembali tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih."
Troy hanya mengangguk dan sudah akan pergi, tapi gadis itu tiba-tiba bergerak ke tepi tempat tidur. Ketika gadis itu hendak turun, Troy bergegas menghampiri dan menahan bahunya.
"Apa yang kau lakukan?" tuntut Troy.
"Ke kamar mandi. Aku mau ke kamar mandi," jawab gadis itu.
"Jangan sembarangan bergerak. Kau sudah tiga hari hanya berbaring, kau tidak seharusnya menggunakan tubuhmu sembarangan," tegur Troy. "Apa kau bahkan bisa berdiri?"
Gadis itu kemudian mencoba berdiri. Saat itu juga, tubuhnya oleng. Untungnya Troy refleks menangkapnya.
"Maaf aku harus merepotkanmu, tapi … bisakah kau mengantarku ke kamar mandi?" pinta gadis itu.
Troy mengangguk, lalu tanpa berkata-kata, ia mengangkat tubuh gadis itu dalam gendongannya.
"Ka-kau … tidak perlu menggendongku seperti ini. Memapahku saja sepertinya cukup," ucap gadis itu.
"Begini lebih praktis dan lebih cepat. Kau belum pulih sepenuhnya, bagaimana jika kau sampai jatuh dan melukai kepalamu lagi?" balas Troy, lalu membawa gadis itu ke kamar mandi di luar kamar. Troy baru menurunkan gadis itu begitu mereka berada di dalam kamar mandi.
"Ada lagi yang bisa kubantu?" tanya Troy.
Gadis itu menggeleng.
Troy mengangguk. "Baiklah. Aku akan menunggumu di sini."
Gadis itu mengerjap kaget. "A-apa? Menungguku di sini? Di dalam sini?"
"Aku bahkan sudah pernah melihatmu …" Troy menghentikan kalimatnya ketika tersadar.
"Melihatku apa?" tanya gadis itu dengan kening berkerut.
Troy menggeleng cepat. "Aku akan menunggu di depan pintu. Jika sudah selesai, kau tunggu saja di sini, biar aku yang menjemputmu ke sini."
Lalu, Troy bergegas keluar dari kamar mandi meski sempat menabrak pintu. Troy menutup pintu kamar mandi dan berdiri di depan pintu. Beberapa menit kemudian, ia mendengar suara gadis itu,
"Aku sudah selesai."
Troy membuka pintu dengan hati-hati, dilihatnya gadis itu berdiri dan berpegangan di wastafel. Troy bergegas menghampiri dan memegangi lengannya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Troy.
Gadis itu mengangguk. "Hanya pusing sedikit."
Troy tak mengatakan apa pun lagi dan mengalungkan tangan gadis itu di lehernya, lalu kembali menggendong gadis itu depan tubuhnya. Didengarnya gadis itu menggumamkan terima kasih ketika mereka keluar dari kamar mandi.
Setelah memastikan gadis itu berbaring aman di atas tempat tidur, barulah Troy pergi ke dapur untuk membuat bubur. Ketika sedang menyiapkan bahan-bahan untuk memasak, Troy mendapat telepon dari Ricki.
"Kau sudah dapat informasi yang kuminta?" tanya Troy.
"Kurasa … kau harus melihatnya sendiri. Aku akan mengirim artikel beritanya padamu," ucap Ricki.
"Oke." Troy menutup telepon dan membuka link berita yang baru dikirim Ricki.
Pemilik HY Group Kecelakaan, Sang Putri Menghilang
Troy membaca lokasi kejadiannya yang memang berada di jalan menuju puncak tak jauh dari sini. Mereka menyebut kecelakaan tunggal, tapi ketika Troy melihat gambar mobil sedan yang ringsek, ia bisa melihat bekas tabrakan di sisi bemper mobil itu. Mobil itu bertabrakan dengan mobil lain sebelum menabrak tebing.
Namun, jika mereka menutupi fakta yang tampak begitu jelas, itu berarti mereka melindungi pelakunya. Atau lebih tepatnya, media sudah dibeli oleh pelakunya. Dan berita ini … lebih seperti peringatan untuk sang Putri yang hilang.
Troy menatap ke arah satu-satunya kamar tidur di rumah itu dan tertegun. Teringat kata-kata James tadi. Gadis itu … mungkin benar-benar dalam bahaya.
Troy kembali membaca berita di layar ponselnya. Caroline Isabel Hariandy. Nama sang Putri yang menghilang. Namun, gadis itu tidak hilang, melainkan ada di rumah Troy. Tentu saja, gadis itu mungkin akan celaka jika sampai ada yang tahu tentang keberadaannya di sini.
Troy menghela napas. Sekarang, apa yang akan ia lakukan?
Apa sebaiknya ia menghubungi keluarga gadis itu? Namun, ayah gadis itu juga mengalami kecelakaan dan dalam keadaan koma saat ini. Troy tak tahu apakah pelakunya adalah orang dari keluarga itu atau orang luar. Namun, melihat bagaimana kasus ini ditutupi seperti ini, tidak menutup kemungkinan bahwa pelakunya adalah keluarganya. Bahkan meski bukan mereka, gadis itu tidak bisa dipastikan aman di tengah keluarganya.
Karena, jika memang keluarganya peduli pada keselamatan gadis itu, mereka pasti sudah akan melaporkan kecelakaan itu dan meminta penyelidikan. Ini bukan kecelakaan tunggal. Bahkan bisa jadi, ini adalah percobaan pembunuhan.
***