webnovel

Tadirman (1)

Rasanya tak salah bukan bila anak ingin seperti ayahnya? Herannya, Dirman terpanik-panik oleh ulah putrinya yang mengaku suka profesi cleaning service.

"Ayah, Ayla mau kerja kayak Ayah. Jadi petugas kebersihan boleh kan, Yah?"

"Nak, Ayla-ku manis, kamu kan pinter. Cakep lagi. Jangan mau ya jadi cleaning service. Kamu harus sekolah tinggi, duduk manis di kantor, gajinya tinggi, kantornya ber-AC, gak keringatan, juga gak ..."

Gak bokek kayak ayahmu ini. Dirman menyambung perkataannya diam-diam. Bagi putri manisnya, ayah adalah pahlawan terbesarnya. Profesi Dirman yang rendahan malah dianggap "seksi" dan menarik oleh putri tercintanya itu.

"Ayla bakal sekolah tinggi, Yah. Tapi nantinya bakal kayak Ayah juga." Ayla menjawab dengan tatapannya yang berbinar.

Nyus. Dirman terenyuh. Ini bukti anak polos adalah kekasih dan kesayangan Allah Yang Empunya Kuasa. Manusia dasarnya baik, karena jiwa anak-anak yang bersih membuktikan, manusia dasarnya dilahirkan tanpa noda. Seperti Ayla memuja ayahnya, Ayla yang tidak pilih-pilih makan, meskipun cuma seadanya lauk telur pemberian tetangga. Ayla yang rela dan gembira menetap di rumah petak kumuh, dan Ayla yang sekolah gratis di bangunan semi permanen dekat rel kereta api, tetapi bangga bukan main dengan sekolahnya itu.

Dirman tahu meskipun pekerjaan barunya diupah lebih tinggi, mereka takkan lebih baik dari hari kemarin. Tetap saja pas-pasan dan berdebar-debar sebelas dua belas. Maksudnya menjelang tanggal sebelas sudah deg-degan oleh tagihan setumpuk utang warisan keluarga.

Warisan yang diterima Dirman sangat lumayan. Utang lumayan besar berkat ayah Dirman yang ditipu sekelompok teman untuk investasi tak jelas. Seandainya Dirman bekerja kantoran, uang sejumlah itu bukan masalah berat. Masalahnya dengan ijazah SMP yang dikantongi Dirman, menjadi sekuriti pun Dirman tak diterima. Bahkan menjadi cleaning service di sebuah hotel bintang lima pun, ia kalah saing dengan para perempuan muda tamatan SMA.

Padahal ia bersekolah sampai kelas tiga SMA dan selangkah lagi bisa menggenggam ijazah kelulusan. Sayang seribu sayang, kesalahan itu terjadi sangat cepat. Darah muda dan gelora asmara putih abu mengandaskan kesempatan Dirman meraih cita-cita kecilnya. Ia cuma bermimpi tamat SMA dan diterima sebagai satpam bank bonafide. Itu saja harapannya.

Untung masih ada Ayla di sisinya. Dirman penuh syukur mengakui, permata ciliknya itu adalah terang dalam kesesatannya, alasan ia tak mengeluh meski beban hidup tak tertanggulangi oleh gajinya yang minim. Walau ia mesti bergantung kemurahan tetangganya, Bu Martini yang membuka warung sederhana dan berbaik hati menyisihkan lauk telur dan nasi putih untuk Ayla yang masih kecil.

Bu Martini yang kurus kering punya putri yang sangat cantik. Mahasiswi berbakat, karena ia berkuliah dengan beasiswa dari pihak kampus. Orangnya santun dan alim, suaranya saja lembut dan nyaris tak terdengar. Begitu jauh perbedaan fisik ibu dan anak itu sampai berembus gosip kalau Kara, putri bu Martini sebetulnya anak pungut. Namun, Dirman tak sependapat, karena Kara dan ibunya mirip dalam segi sifat yang baik hati.

Kara juga sayang anak kecil, dan Ayla dimanjanya dengan krayon, buku, dan alat tulis yang bagus-bagus. Katanya itu sisa uang saku jatah beasiswa yang tak dipakainya, karena putri pemilik warung ini pandai berhemat dan kadang kerja paruh waktu sebagai guru les untuk anak SD.

Orang-orang ikut menggunjingkan Dirman yang duda, bahwa Bu Martini mengincarnya sebagai calon menantu. Wah, mana mungkin ya itu terjadi? Dirman merasa wajahnya tidak terlalu jelek, tetapi disandingkan si jelita Kara, minta ampun, seperti Beauty and The Beast saja rasanya. Gak pantes banget lah istilahnya!

Bisakah Dirman menarik hati Kara yang mahasiswi?

Creation is hard, cheer me up!

Creation is hard, cheer me up!

danirasiva80creators' thoughts
Próximo capítulo