webnovel

Farmakologi Cinta

Dikisahkan dua remaja SMA yang bersahabat. Danu yang tampan, pendiam, dan pintar, bersahabat dengan Pradita si cewek tomboy, tapi punya daya tarik tersendiri. Gara-gara kalah balapan, Pradita dihukum harus menjadi pacarnya Bara selama seminggu. Wah, beneran gak tuh pacarannya? Menurut para cewek-cewek, Bara itu adalah cowok tercakep dan terkeren seantero sekolah farmasi. Udah cakep, keren, tajir, model, pinter lagi. Aaah, sempurna banget sih? Gak juga. Bara juga punya kekurangan. Ia memiliki masa lalu yang tidak akan ia ceritakan pada siapa pun selain ... Pradita. Well, Danu tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya terjerat cinta pada cowok menyebalkan seperti Bara. Danu terus menerus mencari-cari kesalahan Bara hingga membuat Pradita jadi kesal. Padahal Danu sendiri sudah berpacaran dengan Arini, si gadis cantik manis seperti gulali. Pradita dan Danu jadi bermusuhan. Belum lagi, Pradita menjadi rebutan para laki-laki di sekolah. Jadi, sebenarnya Danu itu sayangnya sama Arini atau Pradita ya? Lalu, apa Bara sebenarnya sayang sama Pradita atau semua ini hanya sekedar permainan? Setelah lulus SMA, mereka semua berpisah dan menjalani hidup masing-masing. Suatu hari mereka saling bertemu kembali. Siapa sangka jika Pradita si gadis preman bisa berubah menjadi wanita yang anggun dan cantik jelita? Tidakkah Danu merasa menyesal karena sempat bermusuhan dengan Pradita? Akankah Danu mencoba untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya pada Pradita? Siapakah pria yang akan berhasil mendapatkan hati Pradita? Temukan kisah mereka hanya di Webnovel. PERHATIAN! Buku ini mengandung konten dewasa. Harap yang masih di bawah umur untuk tidak membaca buku ini. Bijaksanalah sebelum memilih bacaan Anda. Terima kasih. Silakan follow IG saya: santi_sunz9

Santi_Sunz · Adolescente
Classificações insuficientes
405 Chs

229. Curhatan Bara

Bara melebarkan matanya saat ayahnya berkata seperti itu. Ia mungkin tidak akan pernah menyebut Om Rinaldi sebagai om lagi dalam hidupnya. Pria ini adalah ayah kandungnya. Lantas, mengapa Bara diam saja dan menunggu hingga ayahnya yang berkata lebih dahulu?

Padahal, jika ia berkata seperti ini semenjak ia pulang dari Semarang, mungkin perasaannya akan sedikit lebih lega.

Ayahnya menatapnya dengan kejujuran yang terpancar dari matanya. Bara bisa paham alasan ayahnya tidak berani mengakui statusnya yang sebenarnya.

"Papa …," ujar Bara.

Ayahnya tertawa pelan. "Kamu sebut aku papa?"

Bara mengangguk. Ayahnya itu tampak senang sekali. Ada setitik air mata di pelupuk matanya.

"Makasih ya, Bara. Kamu adalah anak yang sangat baik. Papa janji akan menjadi ayah yang lebih baik lagi buat kamu." Ayahnya itu tersenyum samar.

Kepala Bara masih terasa pusing, jadi ia memejamkan matanya.

"Ah, kamu ini dari tadi belum makan. Ayo, makan dulu supaya badan kamu kuat!" seru ayahnya.

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com