Bara menatap Pradita yang sejak tadi manyun terus menerus. Ia jadi merasa gemas pada pacarnya itu.
"Emangnya kamu bangun jam berapa, Yank?" tanya Bara.
"Jam setengah tujuh kurang," jawabnya datar.
"Loh. Terus kamu ngapain aja dari tadi?"
Bara tidak bermaksud untuk memarahi Pradita. Ia berusaha menjaga agar suaranya tetap tenang dan tidak memakai penekanan. Menurut pengalamannya saat bersama dengan Trian, cewek itu tidak bisa disalahkan. Mereka akan selalu benar meski mereka salah.
Pradita mendesah. "Aku baca buku."
Bara tersenyum setengah hati. Astaga, demi buku, Pradita sampai telat. Padahal ia sendiri yang menyuruh Bara untuk menjemput jam setengah sembilan pagi. Sepertinya ia sudah telat berangkatnya tadi, tapi Pradita masih belum juga siap.
"Kamu segitu freak-nya baca buku."
Pradita mengangguk sambil menunduk menatap kakinya. Sepertinya ia merasa bersalah.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com