Slow update Tahun 2020 terasa berjalan sangat cepat, ribuan orang meninggal dikarenakan covid 19. Tapi syukurlah, ditahun 2021 virus itu menghilang sepenuhnya. Namun seolah tak cukup dengan meninggalnya ribuan orang, bencana yang tak masuk akal muncul. Outbreak, gerbang dimensi yang terbuka setelah guncangan hebat. Setelah kejadian Outbreak pertama dungeon dungeon bermunculan diseluruh dunia, orang yang tiba tiba memiliki kekuatan berbeda disebut Yang terpilih. Bumi yang normal telah menghilang, semenjak makhluk makhluk tak masuk akal muncul dan menyerang mereka. ---- "Jika di setiap kehadiran pasti ada kehilangan, lalu kenapa kehadiran muncul tanpa diminta?!" Athena Bia Eirene. ---
Hiii...
Happy Reading
****
Virus Covid 19 atau yang akrab dipanggil Corona menyerang manusia dari awal tahun 2020 sampai sekarang. Banyak yang kehilangan orang dikasihi karena virus satu itu. Vaksin yang katanya obat untuk virus ini baru muncul menjelang akhir tahun 2020.
Ribuan orang meninggal di tahun 2020 ini, tak ada kenangan menyenangkan karena semua orang menjaga jarak.
Keharmonisan sebuah keluarga, Persahabatan dan ekonomi menurun drastis. Keharmonisan yang sebelumnya terjaga kini di isi pertengkaran suami istri yang membahas ekonomi mereka. Persahabatan hancur karena tak bisa bertemu setahun penuh dan penghianatan. Mereka meninggalkan sahabat yang terkena virus Covid 19.
Bahkan orang sakit parah di vonis terkena virus ini, padahal jelas jelas penyakit orang itu adalah Magh akut. Dan aku adalah salah satu korban semua itu, ayah dan ibu meninggalkanku saat diriku ter vonis covid 19.
Teman teman yang aku anggap sahabat bahkan tak memberikan diriku semangat, boro boro menyemangatiku. Mereka seolah lenyap di dunia setelah tahu aku terjangkit covid 19.
Aku juga memiliki penyakit pencernaan yang lumayan parah, tapi berkat dokter yang menjagaku aku selamat. Beliau membiayai ongkos operasi untukku, bahkan di saat semua orang menjauh beliau menyemangatiku untuk tetap hidup.
"Halo Athena," sapa wanita berusia 29 tahun lembut, Aku menoleh dan tersenyum. Membalas sapaan dokter cantik itu, "Halo Dok."
"H-halo kakak," sapa gadis kecil berusia 5 tahun. Ketika melihat gadis kecil itu, aku terpekik senang, "Akhhh! Leah!"
"Selamat untuk kesembuhan mu Athena," ucap dokter ber name tag Selena Carta. Aku menggeleng, berkata dengan sedih, "Makasih dok, jika bukan karena anda saya pasti sudah mati ... ."
"Hei ... Jangan formal seperti itu, kamu sudah aku anggap adik," tegur Selena dan menjitak diriku yang tengah menggendong Leah Brizia, anak dokter ini.
Mendengar ucapan sang dokter Aku tersenyum sendu, Selena melihat itu dan menjitakku lagi. "Jangan senyum seperti itu! Bagaimana kalau hari ini aku traktir makan?" tawar Selena di angguki antusias oleh Leah dan diriku.
"Kalau begitu tunggu apa lagi?! Ayo!" seru Selena, kami keluar bersama dari ruangan kecil milikku.
Saat berjalan bersama melewati lorong rumah sakit aku teringat mimpi tadi malam, menatap Selena takut dan memberanikan diri berbicara.
"Kak," panggilku. Selena menatapku dengan tatapan teduh dan bertanya, "Ya, ada apa Athena?"
"Tadi malam aku mimpi kakak terbunuh," ucapku mencicit. Bukannya shock atau marah, Selena malah terlihat sangat santai, "Oh? Benarkah? Terbunuh oleh apa?"
"Makhluk aneh, badannya besar dan hijau. Wajahnya seperti babi, dia membawa pemukul besi juga," ucapku berkeringat dingin.
"Hm? badan besar, hijau, seperti babi dan membawa pemukul besi? Apa kemarin malam kamu nonton Angry Bird?" tanya Selena.
"Angry Bird!" seru Leah antusias.
Seraya menghela napas, aku menggelengkan kepala, "Tidak, tadi malam aku hanya membaca novel sci-fi."
"Kau lihat tempat aku mati di mana?" tanya Selena. Aku menunduk, berkata dengan pelan, "Di depan ruang Dr kandungan."
Melihat langkah Selena berhenti di belakang membuatku menoleh, Selena terlihat menatap papan di pintu sebelah kiri.
"Ini ... Ruang dokter Lisa?" ucap Selena menunjuk papan bertulis Dr Lisa, dokter kandungan di rumah sakit itu.
DEGH!
Entah kenapa jantungku berdebar kencang, badanku goyah dan berpegangan pada Selena.
"Athena? Kamu gak papa?" tanya Selena khawatir. "T-Tidak, jantungku sakit," racau ku memegang dada kiri kencang.
"Leah, duduk di sini sebentar," ucap Selena mengambil Leah digendonganku, ia mendudukkannya pada kursi yang lumayan jauh dari ruang Dr Lisa.
CRANG!
Tiba-tiba getaran kencang terasa di Rumah Sakit itu, saking kencangnya jendela di sana pecah semua. Tak hanya itu, sebuah retakan juga muncul pada langit-langit rumah sakit, semakin lama semakin membesar. Selena dan aku terperangah ketika melihat sebuah kaki besar keluar dari retakan itu.
BLAM!
BRUK!
Tepat saat kaki besar itu menapak di lantai Rumah sakit, sebuah pemukul raksasa mengarah ke diriku. Aku merasakan diriku di dorong oleh Selena hingga terguling ke tangga, yang tepat berada di samping kananku.
"Aah! Selena! Leah!" gumamku berusaha bangkit.
Namun tak bisa. Kaki ku terkilir, serta kepalaku terbentur pegangan besi, walau pusing dan sakit mendera, aku paksakan diri ini merangkak naik, sesampainya di atas aku shock, Selena terbaring tepat di depan mataku dengan separuh tubuh hancur.
"S-selena," panggilku dengan nada bergetar.
"A-athena? K-kau tak a-apa?" tanya Selena menoleh dengan susah payah. "Harusnya aku yang bertanya seperti itu ... Hiks," ucapku terisak.
"A-aku pastinya t-tak baik, mimpi mu s-sepertinya menjadi k-kenyataan," ucap Selena tersenyum. "Tidak! Kau harus bertahan!" tegasku menggeleng kuat.
"T-tidak mungkin A-athena, organ dalamku h-hancur hampir s-semuanya," terang Selena.
"P-pemukul besinya i-itu ... Sangat b-berat," lanjut Selena terkekeh. "Diamlah! Aku akan mencari bantuan," ucapku dan merangkak naik.
"T-tidak ada orang, a-aku tadi m-mendengar teriakan di seluruh r-rumah sakit," terang Selena susah payah.
"S-sepertinya waktuku h-hampir habis, T-tolong selamatkan Leah ... D-dan hiduplah lebih lama, t-tolong jaga Leah untukku," mohon Selena.
"Hiks ... Baiklah, aku akan menjaga dan terus hidup bersama Leah," ucapku menangis terisak.
"Terimakasih," ujar Selena menatapku lembut, tak lama sinar matanya memudar dan menghilang.
"Kyaaa! Mamaa!" pekikan itu membuatku sadar, begitu ku tolehkan pandangan ke arah kiri aku melotot kaget.
Leah terududuk di lantai dengan makhluk itu yang mengangkat pemukul itu keatas, terlihat makhluk itu ingin menghancurkan Leah.
"Tidak! Tidak! Enyah dari Leah!" seruku keras dan memejamkan mata.
Aku tak sanggup jika melihat Leah mati di depan mataku sama seperti Selena, namun, saar aku merasakan pelukan dari seseorang, itu membuatku membuka mata.
"L-leah?" tanya ku terbata. "Hiks ... Hiks ...
Mama ... Kakak mama kenapa?" tanya gadis kecil itu sambil memeluk kepalaku.
Mataku melirik kearah monster tadi, aku terdiam ketika melihat potongan potongan hijau dan darah berwarna hitam. Bagaimana bisa monster besar itu hancur tanpa ada yang memusnahkan nya? Saat pertanyaan itu muncul dikepalaku sebuah layar biru muncul.
' Nama: Athena Bia Eirene
Umur: 18 tahun
bakat/job: Banshee, Necromancer, Knight,
Rapscallion
Element: Air, Api, Angin, Tanah
Skill: Banshee Curse, Banshee Dream, Summons, Revive, Wave, Explosion, Infinite illusions, Recovery
'
"Apa ini?" gumamku pelan. "Kakak," pangil Leah serak membuat ku tersadar.
"Ah, Leah ... Kau baik-baik saja?" tanyaku takut.
"L-leah baik ... S-sebaiknya kita segera pergi, a-ada tiga monster yang akan turun dari rooftop," ucap Leah ketakutan.
"A-apa maksudmu Leah?" tanyaku ikutan takut. "Ada layar hijau muncul di depan ku, cepat kak," rengek Leah memeluk leher ku erat.
"B-baiklah," ucapku ragu dan mencoba berdiri.
Apa? Kenapa aku bisa berdiri? Bukankah tadi kaki ku terkilir? Ah, lupakan hal itu dulu. Fokus Athena, Fokus!
"Cepat kak!" rengek Leah ketakutan. "A-apa tak apa meninggalkan kak Selena di sini?" tanyaku memastikan.
"Tidak apa kak! Mama sudah ke syurga untuk menemui kakek dan nenek, Mama tidak ingin aku menyusul lebih cepat," rengek Leah menangis. "Baiklah. nari kita pergi," ucapku dan berlari menuruni tangga darurat.
Setelah berlari menuruni 3 lantai, akhirnya pintu keluar terlihat. Namun saat tinggal 20 langkah lagi seseorang terlempar dari luar dan menghancurkan pintu itu.
"T-tolong," mohon pria yang sudah kehilangan kaki dan satu tangannya.
"Kyaaa!"
Leah terpekik ketakutan saat melihat kondisi pria itu, dengan cepat ku palingkan kepala Leah kebelakang dan mundur beberapa langkah.
"A-anda kenapa?" tanyaku dengan nada bergetar.
"Makhluk aneh ... Mereka berlarian dan ... Mengejar orang untuk di makan," ucap pria itu dan tewas.
Bagaimana ini, jika keluar kita akan tewas seperti itu. Jika tetap di sini makhluk yang Leah katakan akan segera membunuh kita, ini sama saja! Hanya cara tewasnya yang berbeda, sialan.
"Leah, dengarkan kakak. Apapun yang terjadi jangan buka matamu sampai kakak suruh, oke?" ucap ku pada Leah pelan. "O-oke," Leah terisak.
Aku menyuruh Leah seperti itu bukan tanpa alasan, aku yakin seratus persen banyak mayat manusia di luar sana. Leah masih kecil, aku tak ingin membuat mental Leah terganggu dengan mayat mayat itu.
"Baiklah, mari pergi," gumamku serius dan melangkah keluar.
****
Hii welcome...
Terima kasih udah mampir, Luv yuuu