Syafa sepertinya tidak punya pilihan lain selain berkata iya pada apa yang menjadi keinginan Surya.
"Hem …." Hanya deheman yang disampaikan oleh Syafa tapi hal itu sudah bisa dipahami dengan sangat baik oleh Surya.
Meskipun telah berbeda rasa dan juga terbentang jarak yang sangat jauh, tapi telepati dan rasa peduli yang keduanya miliki bukanlah hal yang bisa dipandang sebelah mata.
"I'll waiting for you, honey." Surya dengan cepat memutuskan sambungan teleponnya dengan Syafa sebelum wanita yang pernah singgah di hatinya itu mengeluarkan sumpah serapah untuknya.
Kini rasa sesak yang mulai bercokol dalam hati Surya perlahan tapi pasti mulai berangsur menghilang.
Sebelah tangan Surya lalu turun untuk membuka laci meja kerjanya, lalu meraih sebuah pigura yang membingkai sebuah potret. Dan potret itu adalah potret kebersamaan Surya dan Syafa saat mereka berdua masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta yang sangat terkenal di ibu kota.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com