["KITA PUTUS!"]
Alan menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara teriakan nyaring itu. Lelaki itu langsung mengerjap dan menatap layar ponselnya yang menyala menampilkan walpaper potretnya dengan sang kekasih karena sambungan telepon sudah berakhir.
"Putus?" tanya Alan bingung.
Kafka dan Julio siap-siap untuk kabur tapi suara Alan kembali menghentikan langkah merek.
"Baguslah," ujar adik Nindi itu.
Kedua keponakannya saling tatap lalu mengangkat bahu acuh dan berjalan santai ke lapak permainan mereka tadi. Keduanya kembali bermain mobil-mobilan balap.
"Om Alan aneh, Bang," kata Julio sambil melirik Alan yang kini kembali terlelap.
"Belum sadar dia," balas Kafka geleng-geleng kepala.
Di lantai bawah, Nindi tertawa karena kegelian. Dewa mengendus lehernya dan bulu-bulu halus di rahang suaminya jelas saja menggelitik.
"Maaasss.... Stop! Hahaha...."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com