Donna membelalakkan matanya! Dia memang telah memiliki prasangka jika putranya memiliki rasa pada putri sahabatnya, Agnes, tapi tetap saja dia tak bisa menahan kagetnya ketika putranya mengakui perasaannya.
"D-Dio, kamu tak salah ucap?" tanya Donna meyakinkan dirinya dan menegaskan sekali lagi.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya. "Dio sebenarnya telah menyukai Agnes sejak lama, tapi Dio tak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan, ditambah Agnes adalah siswi yang populer di sekolah Dio. Jadi …" pemuda itu tak melanjutkan kata-katanya.
Donna sangat memahami bagaimana perasaan putranya, karena dia juga pernah ada di posisi yang sama dengan yang dialami oleh putranya saat ini.
"Buah tak jauh jatuhnya dari pohon induknya," ucap Donna.
"Maksud Mama?"
Donna akhirnya mengajak Dio duduk di tepian kasurnya dan mengatakan tentang masa lalunya.
"Sebenarnya, Mama dan Abigail, kami adalah teman satu SMA dan kuliah."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com