webnovel

Ch. 01 - Awal Dari Akhir

Malam hari di dalam sebuah ruangan dengan cahaya remang-remang yang berasal dari sebuah lentera antik. Di atas sebuah ranjang kecil yang sudah sedikit usang, Ray terbaring tak sadarkan diri. Wajahnya terlihat pucat seperti sudah kehilangan banyak darah.

"Haah... Dia sudah pingsan selama 3 hari namun dia masih belum sadarkan diri. Apa ia baik-baik saja?" ucap seorang pria tua dengan rambut putih sepanjang bahunya. Dengan janggut dan kumis yang terlihat telah memutih tumbuh disekitar bagian bawah wajahnya, ia terlihat seperti seorang kakek tua yang gagah. Kakek tua itu nampak mengenakan jubah berwarna hitam yang terlihat sangat familiar.

"Hahaha, kau benar-benar membuat seorang bocah sampai seperti ini. Apa yang kau lakukan padanya, kakek tua?" tanya seorang pria yang sedang bersandar pada dinding yang berada di samping jendela ruangan kamar tersebut. Rambut cokelat klimis yang disisir ke belakang serta kemeja putih yang dibalut oleh jas hitam hingga celana dan sepatu pantofel berwarna hitam gelap yang ia kenakan itu memberi kesan elegan pada setiap mata yang melihatnya.

"Aku hanya ingin menutup mulut anak ini mengingat ia telah melihatku saat tengah menjalankan misi. Namun waktu itu ia mengalami Awakened dan balik menelanku ke dalam Ruang Sihir yang ia ciptakan. Anak ini tak dapat mengontrol kekuatannya dan berakhir pingsan karena kehabisan mana. Seperti itulah kejadiannya. Dan satu hal lagi, panggil aku Frey kau brengsek!" jelas pria tua berjubah hitam bernama Frey.

"Baiklah-baiklah... Tuan 'Penyihir Api Hitam', Frey Blake. Tetapi tetap saja, mustahil bagi seseorang yang baru saja Awakened untuk dapat menggunakan sihir tingkat tinggi seperti Ruang Sihir itu bukan? Dan lagi atribut sihir yang ia bangkitkan itu... Haha, bukankah itu gila?" tanya pria dengan jas hitam tadi sembari menatap Ray dengan rasa penasaran.

"Aku pun terkejut saat itu. Sihir Kegelapan yang anak ini bangkitkan bukanlah hal yang dapat dianggap remeh. Salah satu Sihir Kuno yang dimiliki oleh salah satu Penguasa Intactius terdahulu, si Raja Kegelapan, Nero Bahamuth. Kekuatan si Raja Kegelapan itu bahkan dapat memukul mundur para 'Demigod' sialan itu" jelas pak tua Frey.

"Yahh, itu sangat mengerikan, hahaha. Lalu, apa yang kau rencanakan padanya, huh?" lanjut tanya pria berjas hitam itu.

"...." pak tua Frey terdiam untuk sesaat.

"Aku akan melatihnya. Kurasa semua anggota akan dapat menerima keputusanku ini. Anak ini dapat menjadi salah satu senjata kita yang berharga untuk melawan dunia yang busuk ini. Akan ku buat dia menjadi salah satu dari kita. Bagaimana pendapatmu, Nathan?" tanya pak tua Frey.

Pria berjas hitam yang bernama Nathan itu menatap pak tua Frey dengan kesan memandang rendah dan senyum yang mengerikan.

"Kau orang yang menarik pak tua. Untuk sementara waktu aku akan setuju pada keputusanmu itu. Lagipula, aku pun penasaran. Monster-, tidak... Iblis seperti apa yang akan terlahir dari seseorang yang membangkitkan kekuatan absolut dari Sang Raja Kegelapan, Nero Bahamuth" jawab Nathan dengan tatapan dingin dan senyum yang mengerikan.

"Ugh" tangan Ray bergerak.

"Hmm? Sepertinya dia akan sadar sebentar lagi ya?" tanya Nathan sambil memegang dagunya dengan tangan kanannya.

"D-dimana aku?" Ray perlahan membuka matanya.

"Kau sudah sadar?" tanya pak tua Frey yang berdiri di samping ranjang tempat Ray berbaring.

"Hmm?" perlahan Ray berusaha bangkit sembari menengok ke arah pak tua Frey yang mengenakan jubah berwarna hitam yang sangat familiar bagi Ray.

"Argh! K-kau?" Ray terkejut dan dengan cepat ia beranjak dari ranjang tersebut dan berjalan mundur ke arah pintu kamar tersebut dengan perlahan. Keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya. Ini sama seperti terakhir kali ia berhadapan dengan pak tua Frey di gang kecil silam.

"Tenanglah bocah! Aku tak memiliki niat untuk membunuhmu saat ini. Aku ingin berbicara denganmu!" jelas pak tua Frey sambil mendekat ke arah Ray.

"Berhenti! Jangan mendekat! B-bagaimana mungkin aku mempercayai perkataan seorang pembunuh, Hah?" teriaknya ketakutan. Ray melirik ke arah gagang pintu yang sudah dekat dengannya saat ini.

"Haah, ternyata memang sulit untuk berbicara baik-baik ya. Nathan, apa kau dapat membantuku?" tanya pak tua Frey sambil menoleh sedikit ke arah Nathan.

"Hmm? Hahaha, kau selalu membuatku repot pak tua. Oi nak, bisakah kau diam sejenak di sini dan menenangkan dirimu sebentar?" bujuk Nathan sambil berjalan mendekat ke arah Ray dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"S-siapa kau? B-berhenti di sana!" Ray yang sangat panik berusaha mundur perlahan sembari mewaspadai Nathan dan pak tua Frey.

"Ahhh, ini menyusahkan" Nathan mendongak ke langit-langit kamar sambil menggaruk kepalanya dengan tangan kanannya. Lalu ia menurunkan pandangannya dan menatap dingin ke arah Ray yang terlihat sepasang tato bermotif mengerikan tercipta di kedua pipinya, "Berhenti di sana, bocah!"

Sekilas, nampak gelombang suara berwarna ungu bercampur hitam yang perlahan membesar dan melaju mengenai Ray keluar dari mulutnya.

"Ugh, a-apa? Mengapa... t-t-tubuhku, tak dapat ku gerakkan?" Ray yang tengah berdiri membelakangi pintu kamar terdiam seketika ia terkena gelombang dari Sihir suara yang Nathan gunakan tadi.

"Hahh... Sudah kubilang jika kau menurut daritadi maka aku takkan repot-repot menggunakan Sihir Suara padamu!" sepasang tato itu perlahan kembali menghilang dari pipi Nathan.

"Bisakah kau tenang sekarang dan memberi tau kami namamu?" tanya pak tua Frey dari belakang Nathan.

"U-ugh" Ray menatap tajam ke arah mereka berdua dengan penuh amarah dan ketakutan secara bersamaan.

"S-siapa sebenarnya kalian ini?" tanya Ray yang mulai memberanikan diri.

"Ah benar... Itu tidak sopan menanyakan nama orang lain di saat kau tidak memperkenalkan dirimu sendiri. Maafkan aku," ucap pak tua Frey sambil sedikit menundukkan kepala dan badannya dengan tangan kanannya yang ia taruh di bawah dadanya, "Namaku adalah Frey Blake. Dan pria di sana itu adalah Nathan Walker. Lalu kau?" lanjutnya yang kembali mengangkat kepalanya dan menyembunyikan tangan kanannya di balik jubah hitamnya.

"A-aku Ray, apa urusan kalian denganku? J-jika itu adalah saat kau membunuh orang waktu itu, kau bisa mempercayaiku agar tidak mengatakannya pada siapapun. J-jadi lepaskanlah aku!" jelas Ray yang memohon pada kedua pria itu.

"Kami adalah ahli Sihir dari sebuah kelompok bernama 'Dark Fate'. Dan aku melihatmu saat kau menggunakan sebuah Sihir Kuno pada waktu kau melawanku. Apa kau mengingatnya?" tanya pak tua Frey.

"O-oi pak tua! Mengapa kau memberitahunya tentang kelompok kita?" tanya Nathan kesal.

"Lagipula ia akan menjadi salah satu daru kita cepat atau lambat bukan?" jelas Frey.

"Apa yang kau bicarakan? Aku tak dapat menggunakan Sihir. Y-yang aku ingat hanyalah ketika kau akan menebasku dengan katanamu dan aku tak mengingat kejadian setelahnya" jelas Ray dengan suara yang tertatih-tatih.

"Hoo... Jadi kau tak mengingatnya?" tanya Frey, "Lupakan, lagipula cepat atau lambat kau akan segera dapat menggunakan kekuatan itu" lanjutnya.

"Apa yang kau bicarakan?" tanya Ray yang semakin bingung dengan situasi yang tengah terjadi saat ini.

Frey memandang Ray dengan mata merahnya yang terlihat seperti menyala, "Akan kukatakan dengan jelas padamu, nak"

*DOOM*

Atmosfer di dalam kamar itu sesaat menjadi sangat berat dan membuat Ray yang sedang terpengaruh Sihir dari Nathan, kesulitan untuk bernafas. Gemuruh dari Kekuatan Sihir yang dipancarkan oleh pak tua Frey terdengar mengerikan hingga membuat dinding, langit-langit, dan lantai kamar itu menjadi retak dan menyebabkan kaca jendela yang ada di sana pecah.

"Kuhk!?" Ray terlihat tersiksa karena kesulitan bernafas dan tak dapat menggerakkan tubuhnya daru tempat itu.

Namun ketika Ray hampir kehilangan kesadarannya, hawa membunuh yang sangat kuat tadi menghilang bersamaan dengan pak tua Frey yang berjalan mendekat pada Ray hingga berada tepat di hadapannya.

Ia menatap ke bawah, ke arah Ray yang tengah berdiri lemas dengan keringat dingin, "Apa kau bersedia bergabung dengan kelompok kami 'Dark Fate'? Dan akan kuceritakan seluruh rahasia dari dunia ini padamu, Ray. Aku akan melatihmu agar kau dapat mengendalikan kekuatan yang tertidur dalam dirimu itu. Bantulah kami dengan kekuatanmu untuk memperbaiki dunia yang rusak ini. Sudah tak ada waktu lagi, sebentar lagi kehancuran dunia ini akan datang dan segera dunia ini akan saling terhubung dengan dunia lain di seberang dimensi sana. Kau akan membantu kami dalam menahan dan melawan semua orang yang berada dibalik bencana ini, Ray. Jadi, jawabanmu?" jelas pak tua Frey singkat pada Ray.

"A-apa yang sebenarnya sedang kau bicarakan saat ini? Apa semua penyihir itu gila sepertimu, kakek tua?" jawab Ray yang sedikit jengkel dengan suara yang lemas pada Frey.

"Kuhahaha! Aku menghargai nyalimu, bocah!" ucap Nathan yang tengah berdiri dengan kedua tangannya yang sedang dimasukkan ke dalam saku celananya kembali.

"B-bisakah kau melepaskan aku saja sekarang? Aku tak tertarik dengan dongeng kalian" mohon Ray dengan suara yang lebih lemas.

"Apa kau masih bisa berkata seperti itu setelah melihat kedua penyihir sedang berdiri di hadapanmu, bocah?" tanya pak tua Frey pada Ray.

"...," Ray tak dapat menjawab pertanyaan itu.

"Begitu, aku mengerti. Jika aku tak dapat membawamu bergabung dengan kelompok kami, maka aku hanya harus membunuhmu sebelum kau menjadi ancaman bagi kami" ucap pak tua Frey sambil mengangkat tangan kanannya ke atas.

Terlihat api berwarna hitam pekat yang berkobar tengah membentuk sebuah tombak.

"A-apa yang akan kau lakukan? T-T-TUNGGU!" teriak Ray.

"Hoo... Membosankan. Kau akan langsung membunuhnya?" tanya Nathan dengan memasang wajah seperti sedang bosan.

"Siapa mereka ini? Mereka menganggapku seperti mainan yang dapat dibuang kapan saja saat mereka bosan" batin Ray, "Sial! Memangnya, apa hak kalian hingga dapat memutuskan hidup dan matiku, huh? Kalian tak sedikitpun memiliki hak atas hal itu! Akan kubunuh kalian! Akan kubunuh kalian! akan kubunuh kalian! KUBUNUH KALIAN!"

"Shadow Territory!"

Aura Sihir berwarna hitam pekat terlihat kembali meledak dari tubuh Ray dan mengelilingi seluruh tubuhnya seperti sedang mengendalikan tubuh Ray. Bayangan Ray bergerak meluas seperti ombak pasang ke arah Frey dan Nathan. Mata hitam dengan pupil vertikal berwarna kuning keemasan milik Ray menatap tajam ke arah mereka berdua saat ini.

Bayangan Ray yang meluas ke bawah kaki Frey dan Nathan kini terlihat membentuk tombak hitam yang mengelilingi mereka berdua dan mengunci pergerakan dari kedua orang itu.

"Hmm? Situasi ini... Kita dalam bahaya bukan?" gurau Nathan yang tengah di kelilingi tombak hitam yang muncul dari bayangan Ray yang meluas hingga menutupi lantai kamar tersebut.

Frey mendongak ke atas dan menutup tangan kanannya untuk membatalkan Tombak Api Hitam yang tadi ia ciptakan.

"Baiklah, nak... Sekarang bisakah kau bangun dan kendalikan dirimu sendiri?" tanya Frey mencoba menyadarkan Ray.

"...." Ray tak sedikitpun menghiraukan pertanyaan pak tua Frey.

"Hahh... Bocah yang mengerikan" keluh Nathan yang dengan cepat mengeluarkan tangan kanannya dan bersiap untuk menjentikkan jarinya.

*CTAK*

Dengan gelombang suara yang ia ciptakan lewat jentikan jarinya, Nathan berhasil menghempaskan Tombak Hitam Ray yang tadi membatasi pergerakan dari dirinya dan juga pak tua Frey.

"Oi pak tua, kau berhutang nyawa padaku sekarang" ujar Nathan.

"Bisakah kau fokus saja dengan yang ada di hadapanmu saat ini sialan?" ketus Frey pada Nathan.

Ray yang seperti sedang dikendalikan oleh kekuatannya sendiri itu terlihat mengarahkan tangan kanannya pada Nathan dan pak tua Frey serta mengarahkan telapak tangannya ke samping kiri, ia memasang posisi dari tangan kirinya yang ia arahkan pada telapak tangan kananya tadi.

"Sial, menghindar!" teriak pak tua Frey spontan sembari melompat ke belakang dan mengayunkan tangan kanannya pada tembok kamar tersebut. Ia membuat ledakan menggunakan Api Hitamnya untuk menghancurkan tembok itu dan keluar dari tempat tersebut. Nathan mengikutinya dan melompat keluar dari kamar itu.

Mereka terlihat baru saja melompat dari gedung hotel tua dengan ketinggian puluhan meter.

"Explosion Of Despair!" Nampak Black Hole tercipta di samping telapak tangan Ray, dari aura Sihir hitam yang keluar dari bawah kakinya. Black Hole tersebut melesat dengan cepat dan memanjang dari posisi awal ke arah luar kamar tersebut hingga sejauh 50 meter seperti anak panah yang dilepas dari busurnya.

Sesaat sebelum Sihir mengerikan itu meledak, keadaan menjadi sunyi sampai pada akhirnya ledakan dahsyat terjadi dari dalam kamar tersebut hingga titik akhir 50 meter yang tadi dijangkau oleh Sihir tersebut. Ledakan yang sangat gelap sekaligus menyilaukan itu terlihat sangat mengerikan.

"Jadi ini Sihir Kuno milik Nero Bahamuth sang Raja Kegelapan? Hahah, kau mengerikan, boca-" ucap Nathan yang tengah melayang di udara terpotong karena menyadari Ray yang dengan singkat kini tengah berada di sampingnya dan mencengkram wajah Nathan dengan tangan kanannya. Ray mengambil posisi di udara dan melempar Nathan ke bawah dengan sangat kuat dan cepat.

Nathan terhempas jatuh ke bawah dengan kecepatan yang tinggi dan menghantam aspal jalanan dengan sangat keras hingga membuat suara seperti ledakan bom.

"Sadarlah bocah! Berhenti menjadi boneka dari Sihirmu sendiri!" teriak pak tua Frey yang dengan cepat bergerak ke belakang Ray yang saat ini berada di udara sembari melayangkan tinju dari tangan kanannya yang diselimuti Api Hitam miliknya.

"Reverse Dellusion" Ray menggunakan sebuah teknik Sihir yang membuatnya membalikkan situasi dan menukar posisi antara dirinya dengan pak tua Frey.

"Huh?" Frey segera sadar dari Sihir delusi terbalik milik Ray dan tak sempat bereaksi ketika ia melihat Ray berada di belakangnya dan terlihat melayangkan tinju dengan tangan kanannya yang diselimuti Api Hitam yang sama seperti miliknya.

Tinju berselimut Api Hitam tersebut menghantam wajah pak tua Frey dan meledak tepat setelah menyentuh wajahnya dan membuat pak tua Frey terhempas jatuh ke arah sebuah bangunan gudang tua yang berada di samping hotel tua yang hancur tadi.

Pak tua Frey terjatuh dengan sangat keras ke arah gudang tua itu yang membuat hancur gudang tua tersebut dengan sekejap karena ledakan dari Api Hitam yang disebabkan oleh tinju Ray tadi.

Ray mendarat di tanah dengan keras dan membuat debu berterbangan yang membuat seluruh pemandangan sekitar menjadi kabur untuk sesaat.

Jalanan kota tempat mereka bertarung saat ini terlihat seperti kota mati karena tidak terlihat satupun orang yang lewat. Ditambah dengan suasana malam hari ini membuat jalanan kota ini memberikan kesan mengerikan bagi siapapun yang melewatinya.

"Ugh, itu menyakitkan bocah! Jasku ini berharga sepuluh ribu Dollar kau tau?" ucap Nathan jengkel yang sedang berdiri di atas aspal tempat ia terjatuh. Ia terlihat baik-baik saja dengan pakaian yang compang-camping karena menghantam tanah dengan keras dan bekas darah yang nampak keluar dari mulutnya.

"Kau baik-baik saja pak tua?" teriaknya ke arah gudang tua di samping jalan tempatnya berdiri.

"Yah, aku baik-baik saja. Sungguh kekuatan yang mengerikan. Dapat membalikkan delusi menjadi realita untuk mengubah situasi yang tengah dihadapinya. Itu Sihir yang sangat menjengkelkan" jelas pak tua Frey jengkel sambil berjalan keluar dari gudang tua itu dan terlihat beberapa luka bakar di wajahnya serta jubah hitamnya yang terlihat sedikit sobek karena terbakar.

"Apa ini aku? Tidak, itu bukan aku. Siapa dia? Mengapa dia dapat menggerakkan tubuhku? Jangan bercanda kau sialan! Itu tubuhku, kembalikanlah padaku kau brengsek!" teriak Ray yang melihat seluruh kejadian tadi dari dalam kepalanya.

"Urrgh!" Ray memegang kedua kepalanya dan menunduk seperti tengah kesakitan, "AARGH!" ia berusaha mengambil alih tubuhnya yang saat ini sedang dikendalikan oleh Sihirnya sendiri.

"Hoo... Sepertinya ia berusaha mengambil alih tubuhnya?" ucap Nathan pada Frey.

"Kuhk!" Ray terus merintih kesakitan hingga akhirnya berhenti ketika ia berlutut di tanah sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

"A-apa yang terjadi?" ia mengangkat kembali kepalanya dan memandangi kedua telapak tangannya yang di selimuti oleh aura Sihir yang gelap miliknya dengan mata hitam ber-pupil kuning keemasan tersebut.

"Bagaimana? Apa kau merasakan Sihirmu sekarang, nak Ray?" tanya tegas Frey.

"Uh?" Ray menatap ke arah Frey dengan mata membelalak, "Kau? Urgh.... AKAN KUBUNUH KALIAN!"

Ray kembali menjadi sosok mengerikan tadi yang dikendalikan oleh Sihirnya sendiri. Ia berdiri dengan kakinya yang seolah lemas serta kedua tangannya yang melambai jatuh ke bawah seperti tak memiliki tenaga dengan kukunya yang memanjang kini terlihat seperti cakar hewan buas.

Nathan dan pak tua Frey saat ini sedang melihat perwujudan dari seorang Iblis yang seakan bangkit dari tidur panjangnya.

"Apa yang kalian lakukan di sana? Nathan! Frey!" terdengar suara seorang pria paruh baya dari ujung jalan berkabut yang sedang berjalan santai ke arah keributan yang disebabkan oleh Ray.

"Wakil Kapten? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nathan pada pria itu yang ia sebut wakil kapten dari kelompoknya.

"Apa yang membuatmu kemari Isaaq?" tanya pak tua Frey pada Isaaq, seorang wakil kapten dari kelompok Slayer Dark Fate.

Ray menoleh ke kanan ke arah pria bernama Isaaq tadi.

"Kalian tengah kesulitan ya? Jadi, siapa anak in-,

tunggu, Bukankah itu?" ujar Isaaq yang terpotong begitu pandangannya teralihkan ke arah Sihir yang mengelilingi Ray.

Isaaq semakin mendekat sampai akhirnya terlihat sosok pria paruh baya tampan dengan janggut dan kumis tipis berwarna hitam beserta rambut hitam panjang bergaya top knot. Pedang panjang yang ia bawa di pinggang kirinya sudah mencerminkan auranya yang sangat berwibawa dengan kemeja putih berlapiskan mantel berwarna hitam sepanjang kakinya. Ia adalah seorang pria dengan satu lengan kanan yang kehilangan lengan kirinya karena suatu peristiwa.

"Baiklah, bagaimana jika aku yang mengurusmu, nak?" ucap Isaaq santai.

Ia berjalan santai ke arah Ray dengan tangan kanannya yang memegang gagang pedang yang ia bawa yang masih tersarung rapi di pinggang kirinya.

Melihat itu, Ray secara cepat bergerak dengan cepat berlari ke arah Isaaq dengan cakar di tangan kanannya yang terlihat seperti siap mencabik apapun yang ada di hadapannya. Mata hitamnya terlihat mengerikan dengan pupil vertikal kuning keemasan itu membuat Ray terlihat seperti iblis.

"Sihir Pedang Jiwa: Teknik Iblis, Teknik Pedang Bermata Dua" Isaaq berjalan dengan santai menuju Ray yang sedang berlari menuju ke arahnya sembari menarik sedikit pedangnya dari sarungnya hingga sampai pada saat Ray tengah berada tepat di depannya, "Tarian Lembut Sang Malaikat Maut!"

Tak ada satupun dari Nathan maupun Frey yang dapat melihat kejadian yang berlalu dengan sangat cepat tadi. Isaaq dengan cepat menebas Ray dan bergerak menuju ke belakang Ray sambil mengangkat pedangnya dengan posisi seperti telah menebas. Ray nampak diam mematung di tempatnya berdiri seolah tak ada yang terjadi. Namun dalam sekejap Terlihat aspal jalan yang berada di depan Isaaq sejauh 100 meter terbelah dua. Terlihat tubuh Ray yang tertebas dari pinggang bagian kanan bawah hingga ke pundak bagian kiri atas. Darah Ray terlihat muncrat dari bekas tebasan itu.

Ray yang tadi mengamuk akibat Sihirnya sendiri sekarang terlihat lebih tenang setelah Sihir Hitam yang mengelilingi tubuhnya menghilang seperti terbawa angin. Warna matanya kembali normal dan ia kehilangan kesadaran dan pingsan kembali karena kehilangan darah.

"Hmm, Sihir Kuno, Sihir Kegelapan. Nathan, pak Frey... Bukankah kalian harus menjelaskan sesuatu padaku dan kapten tentang anak mengerikan ini?" tanya Isaaq pada Nathan dan Frey sembari memutar pedangnya dengan tangan kanannya dan memasukkannya kembali ke sarungnya.

"HaHa... Y-yah... Kau benar, w-wakil kapten, hehe" ujar Nathan tersenyum gugup sambil menggaruk kepalanya.

"Yah, akan kuceritakan tentang anak itu padamu nanti wakil kapten. Tapi sebelum itu, kau tak membunuh anak itu kan?" tanya pak tua Frey cemas.

"Yah, aku tak menebasnya terlalu dalam. Tapi jika dia dibiarkan seperti itu terlalu lama, dia akan kehilangan banyak darah dan akhirnya ia akan mati. Jadi, cepat bawa dia pada kapten dan mari kita dengar penjelasan dari kalian" jelasnya sambil berjalan santai menuju ke arah tempat ia datang tadi.

"A-ah baiklah" jawab Frey gugup.

* TO BE CONTINUED *