Kadang Hasan berjalan kaki menuju kampusnya di jalan Dipati Ukur, ia menikmati perjalanannya. Dia melewati jalan-jalan kecil dan banyak melihat anak-anak yang sedang bermain. Teringat dia akan masa kecilnya dulu ...tidak bersekola lagi dan tidak jelas masa depannya.
Ingin aku membantu mereka tapi bagaimana caranya ? pikirnya.
Keinginan itu terus menghantui pikirannya , tapi apa yang bisa ia lakukan sekarang ? Uang disaku sehari-hari saja hanya terbatas untuk beli bensin motornya dan makan siang ala kadarnya.
Diapun mencoba membicarakan hal ini kepada beberapa teman dekatnya.
Tapi sejauh usahanya, ia tetap tidak mendapatkan solusi yang pas. Teman-teman yang dihubunginya tidak mampu mendukung rencananya , karena keterbatasan dana dan waktu .
Tapi Hasann rada keukeuh dengan keinginannya... dia mencoba menghubungi pa Henga lagi dan menceritakan soal keinginannya membantu anak-anak yang terlantar. Namun sayang, pa Henga pun angkat tangan untuk soal yang satu ini .
"Saya engga bisa bantu kamu San...karena ada instansi terkait yang sebenarnya lebih bertanggung jawab buat pendidikan anak generasi penerus ini. Ada RT,RW , Kelurahan setempat yang seharusnya lebih peduli," kata pa Henga "terlalu banyak kalo saya harus membiaya mereka semua."
Ia pun melanjutkan...,
"Ide dan niatnya sih bagus, saya mengerti maksud dan keinginan kamu, coba saja kamu cari solusinya bagaimana sebaiknya, kamu kan seorang mahasiswa apa yang bisa kamu lakukan buat mereka."
"Terus saja kamu berusaha sekecil apapun asal tetap di jalannya, itu bisa berarti banget buat kamu di kemudian hari," katanya lagi.
Hasann pun mengangguk-anggukan kepalanya seakan mengerti.
"Iya deh Pak..., kalo begitu saya ijin pamit dulu ya Pak..., trimakasih pa Henga atas segalanya," kata Hasann sambil senyum.
Jadi kemana lagi Hasann harus pergi...?
Terngiang akan perkataan pa Henga untuk melakukan langkah kecil , akhirnya Hasann mendapat ide. Dia mencoba membuat semacam daftar pertanyaan untuk murid klas 3 SD dan klas 5 SD. Lalu dia membagikan lembar soal sederhana itu ke anak-anak yang dia temui dibeberapa lokasi, yang biasa dia lewati .
"Ini adek-adek saya bagikan soal yaa buat kalian isi , nanti beberapa hari kedepan saya lewat sini lagi ,saya kumpulkan yaa...? Tolong usahakan dijawab pertanyaannya yaa ...? bisa kan ?" bujuknya.
Beberapa anak cuma menatapnya kosong saja, sambil memegang kertas soal ditangannya.
Kelihatannya memang tidak mudah, tapi setidaknya ada usaha meski kecil . Hasann ingat perkataan pa Henga untuk mau melangkah menuju cita-citanya.
Waktu kertas jawaban dikumpulkan pun, ada saja kejadian lucu.
"Kertasnya hilang Kak...,"tanpa rasa bersalah anak kecil itu bilang.
"Ini Kak..." kata seorang anak lain, sambil memegang kertas soal yang sudah robek ,kotor dan blom ada jawabannya. Dan...,
"Itu Kak...," katanya sambil mengarahkan jari telunjuknya ke kertas yang sudah jadi kapal-kapalan.
Hasann cuma menarik nafas dalam-dalam dan mengerdipkan matanya perlahan. Pening kepalanya.
Yaa maklum saja kondisi mereka sehari-haripun seperti itu dilingkungannya...kurang peduli, dalam hatinya mencoba untuk mengerti.
Tapi dari semua anak , ada beberapa anak yang dengan rapi menjaga kertas soal itu dan menjawabnya. Mereka malah menunggu kedatangannya lagi.
Hasann pun mulai berkenalan dengan mereka dari 2 lokasi yang berbeda.
"Saya Icha ka,kelas 5. " Gadis berperawakan kecil tapi kelihatannya cukup gesit anaknya.
"Deviyanto ka. Aku biasa dipanggil Iyan ka, kelas 3," kata seorang anak lelaki gemuk lucu.
Mereka anak-anak yang tinggal dekat jembatan kali Cikapundung.
"Saya Dewi ka, kelas 3," katanya agak malu-malu. Seorang gadis kecil cantik.
"Fajar ka, kelas 5. Saya kakaknya Dewi," katanya sambil nunjuk adiknya. Cukup tegas, Hasann nilai.
Kakak beradik ini, Hasann temui dipemukiman padat di belakang stasiun kereta api.
Masing-masing menyebut namanya ketika Hasann mengumpulkan lembar jawabannya.
"Saya mahasiswa di salah satu Universitas Negri di Bandung sana ... kamu tau kan universitas itu ?"
Yang lain geleng-geleng kepalanya, hanya Fajar yang tahu.
"Oh yang di sana yaa paa...? di jalan apa tuuh ? pokoknya didaerah dago sana," jawabnya sedikit ingat dia.
"Iya betul ..tepatnya di Jalan Dipati Ukur," jawab Hasann sambil menganggukkan kepalanya, menatap ke anak yang bernama Fajar ini. Kayaknya anak ini bisa diandalkan, dalam hatinya.
"Okkee engga apa-apa...tapi begini, kamu mau saya bantu belajarnya 'kan yaa? supaya jadi anak yang pintar, supaya dapat nilai bagus disekola, supaya bisa kuliah kayak kakak gini...mau enggaaa ?"
"Mau kaa" kata si Icha, tapi bayaar engga ?" tanya Icha sambil ketawa-ketawa.
Hasann tersenyum terdiam sesaat..."Engga ...engga usah bayar , gratis saya bantu kamu belajar supaya jadi anak pintar nanti. Tolong aja kamu kasih tau orang tua kamu dirumah yaa...?"
Seperti layaknya seorang guru les saja, Hasann datang kerumahnya menyampaikan pelajaran, membantu menyelesaikan soal-soal terutama matematika ,tapi ini dilakukannya secara sukarela tanpa imbalan.
Hasann mengunjungi mereka satu persatu bergantian dalam perjalanannya ke kampus atau dikala ada waktu luang dia sempatkan menjumpai mereka. Dia memotivasi mereka untuk terus rajin belajar demi masa depannya dan Hasann berjanji akan membantu mereka jika mendapatkan kesulitan dalam pelajaran sekolahnya. Tapi tentu Hasann tidak bisa memberikan janji yang muluk-muluk mengingat keterbatasannya juga.
"Kamu belajar yang rajin ya supaya dapat nilai bagus disekolah," katanya, "kalo ada yang engga ngerti pelajaran apa saja, kasih tau kakak yaa, nanti kakak bantu." Hasann memotivasi mereka.
Sementara itu yang dia bisa lakukan disela-sela kesibukannya kuliah. Tapi dia senang sudah mempunyai 4 orang kandidat untuk dia bantu bertumbuh...dan menjadikan dia semangat juga. Menjadikan hidupnya sedikit lebih berarti.
Satu tahun lewat ,Hasann masuk tahun ke-2 kuliahnya. Waktu dirasakannya cepat berlalu karena kesibukannya itu.
Sementara disisi lain Alis, ibunya dan Ahmad, abangnya tetap berjualan sate. Kadang Hasann mampir sebelum pulang kerumahnya. Ibunya bangga melihat Hasann yang sekarang sudah menjadi seorang mahasiswa . Hasann menemani mereka ditempat dagangnya sampai tutup.
"Hasann punya 4 orang anak didik Bu sekarang, mereka kelas 3 dan kelas 5 SD." Hasann bercerita sambil melempar senyum bangga.
Alis cuma bisa bilang oooh ...sambil manggut-manggut engga ngerti dan ngga mau turut campur dia mah.
"Yaa terserah nak Hasann aja yaa... Ibu mah engga ikut-ikutan, asal hati-hati aja ya Nak," nasihat ibunya selalu.
Hasann sih pede-pede aja selama memang tujuan dia baik. Orang tua anak-didiknya juga engga keberatan dengan hadirnya Hasann, yang notabene cuma membantu pelajaran sekolahnya. Dan terbukti memang mereka mendapat nilai yang lebih baik dalam banyak mata pelajaran setelah kehadirannya.
Keempat anak didiknya juga menyadari kalau sekarang lebih menguasai pelajaran yang diberikan gurunya disekolah. Mereka tampil lebih percaya diri di kelas.
Fajar, Dewi, Iyan dan Icha senang dibantu Hasann, karena cara dia mengajarpun bisa diterima baik oleh mereka. Hasann pun tentunya senang bisa berbagi ilmu dengan mereka dan bisa belajar bagaimana caranya mengajar . Jadi sama-sama mendapat keuntungan.
Sudah hampir 6 bulan Hasann mengajar mereka dan kenaikan kelaspun tiba di sekitar akhir bulan Juni . Semua anak asuh Hasann naik kelas dengan nilai yang baik... . Tidak mengherankan karena dari nilai sehari-hari saja sudah bagus.
"Pak Icha naik kelas 6 pak," katanya sambil menunjukan rapornya ke Hasann... . Yang lainpun sama mereka kasih tunjuk Hasann buku rapornya.
Dewi naik ke kelas 4 , Fajar yang kurus tinggi naik kelas 6 dan terakhir Deviyanto yang biasa dipanggil Iyan naik kelas 4 Sekolah Dasar. Mereka semua dari sekola yang berbeda, kecuali Fajar dan Dewi yang bersekolah di sekolah yang sama.
Dan Hasanpun masuk tahun ketiga masa kuliahnya. Dia merencanakan di tahun ke-4 akan menyelesaikan masa kuliahnya.
Tidak banyak masalah dia lalui, semua berjalan lancar-lancar saja...hanya masalah keuangan saja dia masih merasa pas-pasan .