Waktu pun terus berlalu. Memang susah kalau sudah menyangkut perjodohan itu, berapa kali kesempatan datang tapi kalau waktunya engga bertepatan dengan perasaan masing-masing pelakunya, yaa tetap aja engga ketemu jodoh. Ada cinta yang tetap tumbuh dan terjaga antara Ririe dan Hasann, ada kebahagian yang sama-sama dirasakan ketika berdua. Ada arti cinta dari kesederhanaan hubungannya. Ini masalah tipe orang saja mungkin. Nanti juga Ardi akan mendapatkan wanita yang cocok dengannya. Ternyata penampilan seseorang tidaklah identik dengan kedewasaannya. Ardi yang tampak begitu kuat fisiknya, tinggi atletis, bisa membuat banyak keputusan yang menyangkut bisnisnya, tapi jika berhadapan dengan keberanian, kedewasaan seorang Ririe, dia kalah. Ardi jadi kayak anak kecil.
Yang Ririe butuhkan adalah cinta, perasaan cinta yang membuatnya hidup dan bahagia.
Hasann orangnya sedikit berencana untuk masa depannya, cocok dengan Ririe yang menyukai keseriusan dalam hidupnya. Saling mencintai dan bisa bekerja sama.
Ditengah kesibukannya, Hasann berencana hendak ke Semarang , bertemu dengan Ririe dan keluarganya. Tiket kereta api sudah ada dalam genggamannya.
Malam sebelum keberangkatannya, ia memberitahu ibunya kembali mengenai rencananya.
"Aku besok, jadi ke Semarang ya Buu... ."
"Iyaa nak ...hati-hati yaa." Ibunya mendekat dan menatapnya, dengan rona muka iba melihat anaknya akan pergi menemui keluarga pacarnya. Ia tahu Hasann akan membicarakan perihal rencana lamarannya dalam waktu dekat ini. Ibunya merasa iba bercampur bangga. Iba, karena ia tau modal materi yang Hasann miliki tidaklah besar, tapi juga bangga dengan prestasi pencapaiannya dibanding saudaranya yang lain. "Salam aja yaa San buat Ririe dan keluarganya disana. Ibu setuju punya mantu Ririe, orangnya baik, sederhana dan pintar," ujarnya.
Singkat cerita, paginya Hasann tiba di Stasiun Tawang kota Semarang. Ia dijemput Ririe yang sudah duduk ditempat biasa dengan atasan pink dan celana jinsnya, selalu mengenakan pakaian yang sama ketika menjemputnya disana. Tanda cinta dia mungkin.
Dari warna pakaiannya , Hasann langsung mengenalinya meski dari jarak yang cukup jauh.
"Halooo...,"sapa Hasann sambil melepaskan tas ranselnya.
Ia memeluk Ririe, membelai kepalanya dan memberi ciuman dibibirnya.
Sambil berjalan meninggalkan area kereta api ,Hasann bilang "Stresss aku Rie ... !"
Ririe yang mendengar kalimat itu jadi tercengang, ada apa rupanya ? hehehe dalam hatinya.
"Kenapa memangnya ?" tanyanya seakan-akan belum tau apa-apa aja.
"Gimana ngomongnya nanti ? apa yang mau diomongin sama orang tua kamu ? kalau dia tanya persiapan apa yang sudah aku buat, mati dah aku. Persiapan apa ? aku benar-benar engga siap apa-apa. Gimana tuuh Rie ?"
"Aaah... aku juga engga tau, hehehe belum pernah ngalamin sih. tapi tenang aja San, yang penting niat baiknya dulu kamu sampaikan. Mungkin mereka lebih tau apa yang harus kita persiapkan. Atau kita harus hubungin Event Organiser gitu ?...aaah engga tau aku. Kita lihat aja nanti dah hahaha...tenang aja, aku bantu ngomong nanti !" kata Ririe sambil mengepalkan tangannya kayak seorang tentara yang siap bertempur.
Mendengar celotehan Ririe yang bakal mendukung aksinya nanti, Hasann engga tahan untuk tidak merangkulnya. Ia mengencangkan pegangannya ke bahunya. Ia senang mendengar dukungannya ,tapi tetap saja perasaannya engga karuan.
Haduuuh pikirnya, lebih sulit dari mengerjakan soal-soal ujian matematika ini sih. Dia berencana akan diam saja kalau didepan calon mertuanya nanti, biar mereka yang mulai menanyakan ini , itunya. Yang pasti toh mereka sudah tau Hasann datang menghadapnya. Hasann akan hati-hati sekali ngomongnya, engga mau salah-salah.
Tapi kenyataan ternyata engga sesulit yang dibayangkan, engga seseram itu. Orang tua Ririe atau calon mertuanya justru yang menyambut ramah kedatangannya. Engga disangka, pikir Hasann. Rasanya engga usah ngomong tentang lamaran juga engga apa-apa, pikirnya . Hehehe. Enak aja ya ?
Bapak dan Ibu Ririe ada dihadapannya, di ruang tamu rumahnya. Menyadari mereka berpakaian formil batik semua, Hasann tercengang melihatnya. Aduuuh kok begini yaa ? batinnya. Ia yang masih mengenakan T-shirt dan celana casualnya merasa tiba-tiba salah-kostum. Engga terpikir tadi buat ganti pakaian yang lebih rapi. Mereka melihat Hasann, calon menantunya , apa adanya.
Seakan memaklumi kondisinya , ibunya membuka pembicaraan dengan ringan,
"Silahkan diminum dulu nak Hasann teh manisnya, disini banyak turun hujan beberapa hari terakhir ini, jadi udara agak dingin engga seperti biasa. "
Hasann pun membalasnya ,"Iya Bu di Bandung juga hujan terus."
Tiba pada topik yang mau dibicarakan, Ibunya Ririe berinisiatif menyinggung perihal itu.
"Ibu dan Bapak sudah tau maksud kedatangan nak Hasann kemari hari ini, Ririe sudah cerita.
"Iya bu." Hanya dua kata itu yang keluar dari mulut Hasann.
Hasann masih terdiam , kayak bego aja. Ia benar-benar engga bisa meneruskan atau menyambung perkataan calon mertuanya ini. Seakan ia menjadi aktor yang pasif saja. Seketika otaknya kosong. Engga familiar dia dengan masalah-masalah seperti ini. Bisanya cuma hadir saja.
"Semua juga sama sih nak Hasann, untuk urusan yang belum pernah dialami seperti ini, sebesar ini... pastilah orang engga punya ide harus bagaimana. Kami maklum,"ujar bapaknya Ririe.
Haduuh agak lega Hasann mendengarnya. Ia tersenyum menatap pa Agoes , baru ia berani mengambil sikap dan mulai berkata-kata. Hehe.
"Iya Pak, Bu...mohon maaf , kalau Hasann lancang atau engga tau aturan...,"katanya. Ia berhenti sampai disitu, masih belum jalan otaknya. Ia menoleh ke arah Ririe, ia melanjutkan omongannya.
"Seperti sudah saya bicarakan dengan Ririe...," berhenti lagi. Haaaah beratt amat , dipikirnya. Sang calon mertua diam saja , menunggu kalimat selanjutnya dari Hasann. Sepertinya, mereka sengaja memberikan waktu untuknya berbicara sampai semua maksudnya tersampaikan.
Semua terdiam ... "Saya mau melamar Ririe setelah Ririe diwisuda nanti !" aaah akhirnya keluar dan selesai juga kalimat itu dalam satu ucapan,dalam hatinya.
Kedua orang tua dan Ririe saling berpandangan, seakan mereka ada dikubu lain dengan Hasann ditempat itu... .
Meledak tawa mereka melihat bagaimana kikuknya Hasann menyampaikan pesannya. Hahahaha...haahahaaha...Ririe pun ikut tertawa lepas. Hasann yang sudah selesai dengan tugasnya , melihat mereka mentertawakan jadi sedikit keheranan.
Bapaknya Ririe melemparkan candaannya , " Kamu... engga sampai kencing di celana kan ??" tanyanya. Mengetahui dia yang menjadi bahan tertawaannya , Hasann jadi ikut tertawa...hahaha. Meski engga ada jawaban dari pihak orang tua Ririe tapi Hasann tau kalau lamarannya diterima. Legaa rasanya.
Bapaknya berdiri diikuti oleh ibunya dan Ririe...satu persatu merangkul Hasann.
"Kita jadi keluarga yaaa...,"katanya menerima Hasann sebagai anggauta keluarga besarnya.
Ibunya Ririe juga menyampaikan harapannya,"Semoga semua rencananya dilancarkan Tuhan Yang Maha Kuasa yaa...amiin." yang disambut dengan ucapan yang sama dari semua.
Acara pagi itu dilanjutkan dengan makan pagi bersama dirumahnya. Hasann merasa sudah menjadi anggauta keluarganya, meski masih canggung. Sebentar-sebentar ia menatap wajah calon mertuanya ini, ...ooh sungguh baik dan bersahabat mereka,batinnya. Rasa engga percaya dengan semua ini. Ia menoleh ke arah Ririe yang duduk disampingnya.
Trimakasih Rie, dalam hatinya. Ingin ia merangkul dan menciumnya, tapi tentunya bukan disana, dimeja makan depan calon mertuanya.
Selesai dengan makan paginya, Hasann melangkahkan kakinya ke teras depan diikuti oleh Ririe. Melewati ruang tamu tadi , Hasann nyeletuk " Paraah yaa aku tadi, sampai engga bisa mikir, harus gimana ngomongnya sama orang tua kamu ." ia menggeleng-gelengkan kepalanya, rasa engga percaya.
Tapi Ririe malah berpendapat lain, "Ooh aku rasa berani segitu sih, aku salut keberanian kamu ." Iyaa laah dalam hatinya, engga punya apa-apa berpakaian juga apa adanya , hanya mengenakan kaos T-shirt berani bicara soal melamar anak orang, batinnya.
"Kamu juga hebat , bisa meyakinkan orang tua kamu Rie." Sekilas Hasann mau bercanda, memang engga ada calon menantu lainnya, yang mencoba mendekati , memacari anaknya yang cantik , manis dengan lesung pipitnya ini ? dalam hati Hasann, tapi pikiran itu segera ditepisnya. Sesuatu yang engga perlu di pertanyakan, apa lagi jadi bahan lelucon, pikirnya.
"Jadi kita mau ngapain lagi sekarang nih ? masih ada waktu sampai siang nanti sekitar jam 1 an lah, aku pulang balik ke Bandung ya Rie. Biasaaa... aku mau naik bis saja. "
"Cepat amat San, engga capek apa kamu ?"tanyanya merasa prihatin.
"Engga laah ,sudah ketemu kamu juga sudah langsung hilang rasa capeknya Rie. Ngomong-ngomong aku senang sekali bisa melaksanakan tugasku tadi ...hehehe." Hasann mengingat-ingat kejadian tadi waktu menyampaikan rencana melamar itu. "Itu tugas yang maha besar buat ku, susaah nya melebihi ujian akhir hehehe."
Yang disambut tawa mereka berdua. Ririe merasa senang sekarang sudah ada kemajuan dalam hubungan cintanya dengan Hasann, kekasihnya yang guru matematika ini. Ia percaya akan omongan Hasann, bahwa dia engga akan neko-neko hidupnya.
"Ayoo kita jalan-jalan ke mall aja yuuk , sambil kalo ada film bagus kita nonton aja, buat ngisi waktu,"saran Ririe yang disetujui oleh Hasann.
Pagi itu di mall pertokoan masih sedikit lengang , maklum jarum jam baru saja menunjukan pukul 10 lewat sedikit, pas toko-toko baru buka. Tempat yang mereka tuju adalah counter yang menjual minuman, dimana mereka pernah duduk terdiam berhadap-hadapan. Hasann sudah engga ingat , atau mungkin engga fokus lagi , ia engga menyangka akan dibawa kesana lagi.
"Naaah ini tempat kenangan kitaaa...." Ririe mempersilahkan Hasann untuk duduk. Ia keheranan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, bisa-bisanya dibawa kembali ketempat ini, dalam hatinya.
"Aah ini kan tempat yang dulu kita duduk itu..., mau ngapain lagi kita disini ?" tanyanya sambil ketawa-ketawa, "aku engga mood buat ngobrol dalam hati aaah...engga ada lagi yang disimpan-simpan dalam hati, "katanya lagi sambil menggelengkan kepala tanda engga setuju.
Ririe sedikit memaksa, mungkin karena sudah susah-susah naik eskalator kelokasinya, "Sebentar aja kita duduk sambil minum-minuman segar," katanya.
Tapi tanpa direncanakan pun, mereka duduk dan terdiam saling pandang dan mulai ngobrol dalam hatinya lagi.
"Aku nyerah sama kamu San...semoga aja kita benar-benar berjodoh, semoga semua lancar, and you will be good my husband. "
"Engga menyangka dapat wanita secantik ini ,orang Semarang , dewasa dan co-operative orangnya. Thank you God!" bisik Hasann dalam hatinya.