webnovel

BERLIBUR DI BANDUNG

Secepat Ririe mendapat kepastian tiket kereta api , ia langsung memberi kabar dengan mengirimkan foto tiketnya...hm. kirim kesiapa lagi kalau bukan ke Hasann yang beruntung hehe.

Hasann yang terkaget-kaget mengetahui rencana liburan pacarnya ke Bandung pun langsung menelponnya.

Hasann : "Haloo...ada apa gerangan tiba-tiba mau ke Bandung Rie ?"

Ririe : "Hmmm...yaa mau liburan aja, kangen aku sama suasana disana."

Hasann : "Aku rasanya engga percaya !"

Ririe : "Mmm...sebaiknya percaya aja San...! hehehe kamu jemput aku ya ? di stasiun kereta Bandung, Selasa jam 8.30 malam. Aku rencana berangkat dari stasiun Tawang dengan kereta api yang berangkat jam 12 siang ."

Hasann : "Siapp gerak! pakai motor engga apa-apa yaa ? tanyanya berterus-terang."

Ririe : "Rapopo mas, asal engga hujan aja hehehe."

Pas di hari Selasa siang ketika Ririe hendak berangkat ke stasiun Tawang, Ardi datang dengan mobil putihnya.

"Waaah mau kemana ini nih ?" Ia tercengang melihat tas kopernya sudah siap dilantai teras depan.

Ririe pun kaget dengan kedatangannya, tapi ia mencoba menenangkan perasaannya, dan bersikap wajar. " Aku mau ke Bandung dulu , liburan disana."

"Sendirian ...?" tanya Ardi agak heran sambil membulatkan matanya.

"Iya. Kenapa engga ?" Aku sudah biasa kok bepergian sendiri. "Yesss...! " katanya sambil mengangkat lengan kanannya tanda kuat, hehehe.

"Aku antar ya kamu ke stasiun kereta api ?"

"Aduuh kebetulan sekali hehehe... ." Yaah terpaksa, engga ada cara lain, dalam hatinya.

Setelah Ririe berpamitan dengan ibunya , ia pun masuk ke mobil Ardi yang akan mengantarnya ke stasiun kereta Tawang.

Didalam mobil,

"Kenapa beberapa hari terakhir ini ponsel kamu nggak aktif Rie ? berapa kali aku kirim pesan engga sampai,di tilpun juga nadanya berdering terus engga dijawab ?"

"Mmmm ...aku lagi malas aja." Ardi pun kayaknya tahu alasannya. Langsung ia mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku belum kenal kamu yaa ternyata ? engga nyangka perempuan seperti kamu berani pergi-pergi sendiri, aku kira cewe manja kamu ," katanya sambil tetap memandang kedepan jalan.

"Mau berapa lama kamu di Bandung Rie? Kalau aku tau kamu kesana, aku mau ikut juga."

Mata Ririe terbelalak, hhaaah waah bahaya ini.

"Mungkin satu atau dua minggu gitu, sekenanya aja... kan lagi engga ada kerjaan juga. Kuliah libur, mau ngapain lagi yaa? bosan nanti kalau dirumah terus. Mau ketemu teman lama sewaktu aku ngajar disana, sambil jalan-jalan kulineran gitu... ."

"Bukan ketemu pacar ,atau calon suami yang pernah kamu bilang itu ?"

Ririe pun tergelak tertawa,ingat juga rupanya dia , dalam hatinya.

Dia terdiam sejenak, berfikir dan menimbang-nimbang tapi cepat ia berkata,

"Bukan calon suami sih, tapi pacar tepatnya!" katanya mantap.

"Ooooh jadi kamu udah punya pacar toh ?" tanyanya dengan nada tinggi sambil membelalakan matanya.

"Iya begitu deh...belum lama sih, baru sekitar 1 tahun ini. Dia guru sekolah."

Mobilpun sampai di stasiun yang mereka tuju.

"Aku turun disini yaaa...trimakasih Ardi !"

Ardi masih sedikit bengong. Tapi cepat ia keluar dari mobil dan merebut tas kopernya. "Biar aku bantu bawakan yaaa...?" Sambil berjalan ia melingkarkan tangannya dibahu Ririe. Ia bilang "Maafin aku waktu itu yaaa?"

Ririe pun langsung tersentuh dan berhenti mematung, menatap wajahnya. Ingin ia mengecup pipinya, tapi tubuh Ardi sedikit ketinggian. Susah untuk itu. ia pun hanya mengangkat kelima jarinya yang disambut dengan tanganya Ardi.

"Selamat berlibur yaaa, take care."

"Thanks !"

Yessss ... !! liburan yang mengasyikan semoga,semuanya berjalan dengan lancar,dalam hatinya.

Perjalanan Kereta Api Semarang – Bandung memakan waktu 9 jam lebih...waah bakal lama ia di kereta, bakal melelahkan pastinya. Tapi rasa senang dihatinya, mengalahkan rasa jenuh selama perjalanan. Ia membayangkan liburannya nanti di Bandung bakal seru ,rileks, dan romantis mungkin.

Sejenak kemudian Ririe mengeluarkan buku diary nya,

Dear diary,

Engga nyangka aku di kereta api perjalanan ke Bandung sekarang,berlibur.

Mau ketemu dear Hasann, aku sudah kangen banget sama dia. Belahan jiwaku. Aku engga akan ragu lagi nanti. Bantu aku kalo nanti ada masalah ya dear diary, aku takut juga . sedikit takut.

Ririe : "Aku udah di kereta San."

Hasann : "Iya Ririe sayang , aku lagi dirumah nih tapi pikiranku udah di stasiun Bandung aja hehe , dah engga sabar. Hati-hati di perjalanan ya ...kangen banget aku kali ini aneh yaa ?"

Ririe : "Aneh kenapa San?"

Hasann : "Mmm...engga tau juga mungkin karena sudah lama engga ketemu atau kenapa , engga jelas nih, memangnya kamu engga ... yaa?"

Ririe : "Hehehe...engga tuh !" candanya.

Hasann : "Awass lhoo yaa ! hehhe"

Ririe : "Hahahaha."

Selebihnya Ririe menikmati pemandangan lewat jendela kaca disampingnya, dan sedikit berbincang dengan penumpang lainnya.Mendengarkan musik,mengisi sudoku, baca novel, sampai ia lelap tertidur.

Ririe cantik dengan lesung pipitnya sudah ditunggu Hasann di stasiun kereta api Bandung.

Sudah sejak satu jam yang lalu Hasann ada disana, ia duduk tenang sambil membalik-balikan buku bacaannya. Tadinya Hasann sempat ragu akan cintanya, takut salah alamat. Tapi dengan kedatangan Ririe ke Bandung rasanya semua keraguannya pupus sudah. Hebat juga dia pikir, bisa-bisanya Ririe bekerja sama dengan hatinya yang mulai kosong dan sedikit ketidak jelasan status hubungannya.

Semoga saja dia menjadi pasanganku yang pas ,yang mau menerima dengan kondisi apa adanya, dengan semua kekuranganku, terutama dibidang keuangan yang tentu tidak menjanjikan hidup serba wah , malah sebaliknya mungkin perlu perjuangan untuk menggapai apa yang diinginkannya, serunya dalam hati.

Sebentar kemudian terdengar pengumuman dari petugas kereta api , bahwa kereta dari Semarang akan segera tiba.

Hasann segera berdiri dan berjalan mendekati pintu keluar penumpang.

Dari kejauhan, ia sudah melihat Ririe yang melangkahkan kakinya keluar gerbong kereta dan berjalan mendekat.

Ooh rasanya kurang pas, Hasann ada di posisi menunggu kedatangannya, pikirnya . Idealnya dia yang pergi ke Semarang menemuinya.

"Haiii...hebat kamu bisa kemari Rie...aku sampai engga percaya. Betul !" Ririe memandang wajah Hasann yang seakan meneliti kembali detail-detail wajahnya. Wajah yang seakan sudah menjadi miliknya.

Hasann tentu saja langsung merangkul dia dan mendekapnya erat, erat sekali, sampai Ririe kesulitan untuk bernafas. Ririe sedikit mendorong tubuh Hasann untuk memberikan ruang baginya. Lalu Ririe sedikit menjinjitkan kaki nya untuk mengecup pipi Hasann. Hm...kayak ibu ke anaknya gitu hehe. Hasann suka sikapnya seperti itu, dan Ririe pun seakan bahagia bisa menjadi dirinya kalau dengan Hasann.

Apakah seperti ini yang namanya jodoh ? hmm...mungkin.

"Kita duduk-duduk dulu disini ya Rie...masih ramai orang , juga sekalian istirahat buat kamu."

"Hayuu aja !" dengan logat Bandung yang ditirukan .

"Lancar yaa perjalanan, kamu bisa tidur engga tadi?"

"Bisa ! aku tidur, ada 3 jamnya hehehe , sampe ibu didepan aku terheran-heran padahal cukup berisik katanya karena mereka ngobrol terus, ketawa-ketawa dengan penumpang didekatnya. Hehe...asyik tau ! hehe."

"Ooh yaaa... ,"kata Hasann sambil mengusap kepala Ririe perlahan.

"Mmmm...kamu udah makan belum San ? kita makan dulu aja yuk di restoran fast food itu" ajaknya.

"Hayuuu."

Hasann melangkah ke counter untuk memesan makanan mereka. Ketika ia melangkah kembali ke mejanya, ia melihat Ririe yang dari tadi memperhatikannya sambil tersenyum. Ada nuansa bahagia diwajahnya.

"Bagaimana kabarnya Ibu dan Bapak Rie ?"

"Ooh baik aja !"

"Mereka kasih ijin yaa sama kamu buat pergi sendiri? hampir engga percaya aku hehe...ngertiin banget mereka sama kamu yaa?"

"Hmmm...sama siapa dulu dooong ," candanya sambil matanya mendelik dibarengi tawa kecilnya yang terasa ringan.

"Nanti pulang ke Semarang, aku antar ya?"

"Haaah mau antar aku ke Semarang?...engga salah ? engga usah aaah!" jawabnya keberatan.

"Nggak apa-apa toh aku antar ? lagian nanti apa kata Ibu-Bapak kamu, masa cewenya yang jauh-jauh datangin cowo...aku kan engga enak kalo dikatain gitu," kata Hasann sambil memiringkan bibirnya.

"Kamu engga usah punya pikiran begitu , mereka mah engga suka kayak gitu San, percaya sama aku deh. Lagian kamu kan harus ngajar, bukan?"

"Kalo pulangnya hari Sabtu kan bisa! Hari Minggunya kan bisa balik Bandung lagi."

"Eeeh... , ngomong-ngomong ... jadi nanti aku antar kamu ke kosan yang di Jalan Purnawarman dulu itu ?"

"Iyaaa...hehehe, sweet memories kitaaa heheh."

Ririe dibonceng di motor Hasann ,dengan tas koper ditaruh didepan. Segarnya udara Bandung yang baru saja diguyur hujan dirasakan Ririe.

"Hmm...sejuk udaranya, sedikit dingin. Ini yang aku rindukan dari kota Bandung San."

"Pindah aja ke Bandung Rie sama keluarga kamu?"

"Hmm... ," seraya matanya mendelik. Enak aja pikirnya, emang mindahin kucing ! Hm.

Setibanya di halaman depan kosannya, Ririe turun dari motornya dan mengedarkan pandangannya ke pemandangan didepannya. Serasa semua kenangan disana berputar kembali, teringat malam-malam gelap duduk diteras depan, berjalan melewati pintu pagar besi, ingin ia melihat lagi suasana di teras dalam di ruang tamunya, tempat ia biasa duduk-duduk dengan Hasann.

"Ayo masuk,"ajaknya sambil menuntun tangan Hasann.

Hasann duduk diruang tamu diteras dalam, sambil terus melihat Ririe yang berjalan menuju kamarnya, yang kali ini ada dipaling ujung.

Setelah Ririe mendapatkan kamarnya, engga lama Hasann pamit.

"Aku pulang dulu yaa?"kata Hasann matanya udah mulai redup.

"Iya...kamu capek yaa...? iya gih pulang istirahat San."

Hmm...sambil menguap Hasann bilang, "Ngantuk nih !"

Jam sudah menunjukan angka setengah sebelas malam.

"Aku tinggal dulu yaa, nanti kita sambung lagi," katanya. Ia senyum seakan terbangun dari tidurnya. Ririe diam saja. Seperti biasa Hasann sudah hafal dengan perilakunya, ia pun dengan lembut mengecup bibirnya Ririe.

Sambil memegang bahunya, ia juga mengecup pipinya. "Gut naaait... ."

Sesederhana itu cintanya , sesederhana itu hal yang mereka dambakan.

Paginya, Ririe yang tertidur pulas semalam agak terlambat bangun. Setelah ritual doa paginya, ia pun menghidupkan ponselnya sebelum mencuci mukanya di washtafel depan . kembali melangkah kan kakinya masuk kamar , dia mendapati sudah ada beberapa pesan yang masuk diantaranya dari Hasann.

Hasann : "Pagi Ririe sayang , enak tidur semalam ? "

Hasann : "Rie, aku rasa kamu harus buat wish list buat selama liburan kamu disini yaa, supaya terbayar rasa lelah, kesal selama perjalanan."

Hasann : "Pengen apa ? mau kemana aja ? Bagaimana Rie ? hehehe...asal jangan minta ke menara Eifel aja hehehe...jauuuh. Aku usul sih kita jalan pagi ke Taman Hutan di Dago atas bagaimana, nanti kalo masih kuat kita bisa lanjut ke Gua Jepang."

Hasann : "Bagaimana Rie ?...aku kok kangen banget sama kamu Rie kenapa ya ? kamu tuh kayak sinterklas yang dirindukan oleh seorang anak hehehe."

Bertubi-tubi Hasann mengirim pesannya, sepertinya ia sedang melancarkan serangan , untuk menyenangkan hati Ririe.

Bisa dibaca, Hasann senang sekali dengan kedatangannya, dalam hati Ririe.

Ia senyum-senyum bahagia membaca pesan yang terdengar tulus dari seorang Hasann...I love you San, dalam hatinya.

Halooo...kok kamu engga balas-balas pesan saya Rie ? Hasann mengirim kembali pesannya di hari ke-2 dia di Bandung.

Hasann :"Apa kabarnya Rie? nanti siang sepulang ngajar aku ke kosan kamu yaa?"

Belum sempat Hasann menerima jawaban, ibu Hermin memanggilnya untuk segera keruangannya.

"Menanggapi surat permintaan pak Hasann untuk mengajar di kelas 9, saya sudah bicarakan dengan dewan pengurus sekolah ini pak. Pada intinya kami bisa menerima, malah kami mengharapkan nantinya pak Hasann bisa mengajar untuk kelas 7 dan 8 juga pa. Jadi untuk tingkat SMP nanti bapak yang ngajar untuk matematikanya. Bagaimana pak?"

"Boleh, bisa bu ! Dengan senang hati. Saya terima kasih buat itu bu," katanya dengan sumringah.

"Ooh iya...saya dengar ibu Ririe itu nerusin kuliah S2 nya di Semarang? Bagaimana kabarnya sekarang pak ? saya kangen juga sama ibu Ririe. Masih kan yaa sama pak Hasann? ibu Hermin berkata sambil melemparkan senyum penuh arti .

Kabar tentang hubungan Hasann dengan ibu Ririe pun sudah bukan gosip lagi yang dibisik-bisikan oleh banyak orang. Tapi sudah menjadi fakta yang menyebar di seluruh sudut sekolah itu, bukan hanya dikalangan guru, tapi murid-murid sekolah itu beserta orang tua mereka, sampai ke ibu kantin dan pengurus sekolah. Semua tahu.

Sejak kepindahan yang mendadak dari Ibu Ririe ke Semarang, berita gosip beredar dilingkungan sekolah seputar putusnya hubungan cinta pak Hasann dan ibu Ririe. Tapi dengan berjalannya waktu, dan hubungan yang tetap terjalin dengan baik antara ibu Ririe dengan guru-guru yang lainnya disana, kabar merekatnya kembali hubungan mereka pun seakan kembali ditiupkan, menutup cerita cinta sedihnya.

"Masih bu." Hasann belum berani bercerita kalau sebenarnya saat sekarang ini Ririe sedang berlibur di Bandung . Nanti suatu hari, dia akan ajak Ririe untuk menemuinya , juga untuk berjumpa dengan teman-teman lamanya disini. Suatu kejutan, pikir Hasann.

Masih tampak seperti dulu, terpampang plang Rumah Makan Mirasa, dengan pemandangan kursi rotan dan meja kaca bundarnya di teras depan , deretan kursi dan meja makan di halaman sebelah kiri. Hanya saja rumah makannya baru saja tutup sekitar 30 menit yang lalu, jadi suasana sudah sepi. Hasann memarkirkan motornya dan berjalan perlahan menuju pintu gerbang tempat kos-kosan, dibelakang rumah makan itu. Sekilas ia melihat si mbok yang sedang menggantungkan cuciannya.

"Permisi Buuu... ."

"Ooh ...iya silahkan duduk duulu paak, mau ketemu neng Ririe yaa?"tanyanya.

"Iyaa Bu." Hasann pun duduk dikursi ruang tamu didepan sederetan kamar yang menghadap halaman rumput yang cukup luas itu. Sepi. Ia mengeluarkan bungkusan dan menaruhnya di meja didepannya. Temboknya putihnya masih sama seperti dulu hanya ada beberapa bagian diplafon yang mengelupas, pepohonan disana pun masih seperti dulu. Angin semilir membuat udara terasa segar disore itu.

Tak berapa lama terdengar suara air mendidih dari teko diatas kompor yang bersamaan dengan terdengarnya suara handle pintu yang dibuka. Hasann pun melihat sosok Ririe yang bergegas , keluar kamar untuk mematikan kompor. Ia senang sekali melihat sosok tubuhnya, yang memakai celana sedengkul dan kaos t-shirt, serta rambut sebahunya.

Ririe memperhatikan Hasann yang sedang duduk menghadap ke arahnya, tapi juga melirik ke arah si mbok yang masih didepan jemurannya. Ia memberi kode isyarat ke Hasann untuk mendekatnya. Meski agak keheranan dengan sikapnya ini, tapi Hasann melangkahkan kakinya mendekat, dan Ririe pun langsung menarik lengan Hasann.

Hasann mengerutkan dahinya...ada apa ini gerangan,dalam hatinya.

"Heeh ...ada apa siih ?"tanyanya.

"Sebentar aja engga apa-apa , aku sudah kangen banget sama kamu," katanya berbisik .

Masih berdiri dibalik pintu yang terbuka mereka saling berpegangan tangan dan saling menatap, berciuman melepaskan kerinduan.

Semenit, dua menit, lima menit kemudian..."Kamu kok engga balas pesan aku sih Rie?" suara Hasann yang sengaja diperbesar untuk menghilangkan kecurigaan si mbok, sambil ia berjalan ke arah kursi diruang tamu.

Ririe yang mendengarnya , merasa geli , bisa juga ia bersandiwara, dalam hatinya.

Hasann suka dengan sifat sedikit nakal, dan berani dari Ririe yang seakan menutupi kekurangan dalam dirinya, yang kadang kurang percaya diri.

Tapi tentunya tetap Hasann yang pegang kendali. Ia bukan orang yang gampang dipengaruhi atau diatur-atur. Ririe pun tampak puas setelah menerima ciuman , pelukan dan usapan dikepalanya.

Apakah ia sudah gila ya ? sehingga tanpa malu-malu memintanya untuk itu, aah yang penting rasa kangennya sudah terbayarkan,pikirnya.

Ia suka,bersama Hasann dia bisa menjadi dirinya sendiri, tanpa harus takut jatuh terlalu dalam, karena Hasann dianggapnya sebagai lelaki yang kuat dengan prinsip hidupnya yang benar. Ia tahu meski Hasann menuruti kata-katanya, tapi tetap Hasann tahu batasannya. Sedikit berbeda perasaannya jika ia bersama Ardi. Meski ia juga bahagia bersamanya,tapi ada rasa takut.

Ririe menjawab pertanyaan dari Hasann, "Aku lagi malas chat di ponsel," katanya seakan-akan engga peduli dengan kekhawatiran yang dirasakan Hasann kemarin. Hasann pun hanya bisa menatap kekasihnya itu yang telah sengaja datang dari jauh. Apakah justru dia yang engga peka dengan rasa rindu yang dipendam Ririe? Seharian kemarin sibuk dengan urusannya sendiri ?

"Aku bawakan sedikit makanan buat kamu. Mau ? masih ingat siomay di depan sekolah dulu ? tanyanya sambil membuka bungkusan itu. Ririe tersenyum geli melihat pacarnya ini yang sengaja membawakan siomay Bandung, kesukaannya dulu.

"Ooh mau dooong...hm harumnya...kok kamu tuh bisa-bisanya bawa siomay segala sih?"sambil tertawa-tawa. Seorang Hasann, guru yang terkenal jagoan matematika , membawakan siomay, makanan murah untuk kekasihnya.

"Hmm...kamu jangan lihat harganya hehehe...tapi pengorbanan ku niih, " katanya. Hasann cerita kalau ia diketawain muridnya bawa pulang siomay.

"Ha hahahaha..." pecah ketawanya Ririe. Hal yang sederhana seperti ini yang Ririe sukai dari orang Bandung ini.

"Oh iya aku mau kasih tau, kalo tadi aku dipanggil ibu Hermin."

"Hmm...trus?"

"Dia bilang kalau surat permohonan aku buat ngajar di klas 9 sudah disetujui,mulai triwulan nanti aku bakalan pegang klas 7,8 dan 9" katanya datar tanpa ekspresi.

"Mmm...kok kayaknya kamu engga excited gitu ceritanya? Bukankah itu memang keinginan kamu San ?"

"Iyaa sih , keinginan aku. Tapii..."

"Kok ada tapinya, senang dooong keinginan nya dikabulkan ?" Ririe seakan menginterogasi ingin tahu .

"Iya berarti aku bakalan beneran full-time jadi guru nih, engga bisa lagi punya keinginan buat cari pekerjaan lain. Aku bakal jadi guru beneran !" ulang Hasann lebih memberi tekanan.

"lhoo piye tooh iki, kamu kan memang sudah jadi guru 4 tahun terakhir ini, bagaimana sih maksudnya. Kok aku engga ngerti ?" Ririe bingung dengan pikiran yang ada di kepala kekasihnya ini.

"Bukan begitu maksudnya , maksud aku tuh , kalau aku jadi guru full time dan gajiku engga cukup buat beli keperluan kita nanti bagaimana ? itu maksudku. Aku kan bakal perlu banyak uang buat kedepannya. Buat keperluan ini itu. Kalo uangnya engga cukup bagaimana keluhnya, gaji guru berapa sih ? emang bisa kaya jadi guru ?!"

Hasann merasa tertekan juga dengan keadaan sekarang ini, yang terus pas-pasan uang tabungannya. Ia memikirkan masa depannya . Biaya untuk menikah, beli rumah, beli mobil, apakah cukup dengan gaji seorang guru ?

"Aku sih engga terlalu memikirkan soal dari mana uangnya buat beli ini itu nanti, yaa dijalanin saja," bantah Ririe.

"Stress nanti kalau semua dipikirin mah San, santai aja yang penting kita sudah berusaha."

"Iya kamu kan perempuan ...aku kan harus memikirkan nya dari sekarang," masih keukeuh dengan pendiriannya.

"Iya engga salah untuk memikirkan, tapi jangan sampai jadi stress begitu dong. Aku juga engga menuntut kamu harus begini, begitu kan?" bantahnya kurang suka.

"Laaah nanti kalo misalnya aku mau melamar kamu, dari mana uangnya?" kata Hasan langsung ke topik masalahnya yang sebenarnya ia sembunyikan dari awal ia cerita.

Ririe pun terdiam. Sebal dengan keras kepalanya, mikirin uang terus.

"Hampir aku lupa, ibu Hermin tadi nanyain kamu Rie. Dia tahu kalo kamu kuliah S2 di Semarang . Mau ketemuan engga nanti ?"

Hasann berharap bisa membawanya ke sekolah untuk bertemu dengan ibu Hermin dan juga teman-temannya disana. Pasti ini adalah sesuatu yang menyenangkan Ririe, bertemu dengan mereka semua , termasuk mantan murid-muridnya.

"Boleh. Kapan ? besok ? hayuuu...!" katanya dengan wajah sumringah. Itu yang Hasann suka darinya. Seakan engga ada masalah besar dikepalanya, pembawaannya ringan ceria.

"Okee...besok juga boleh. Aku jemput kamu gitu atau kamu mau datang sendiri ?"

"Masing-masing aja San, jadi aku engga ngeganggu jadwal kamu ngajar. Akupun jadi bisa lebih santai berangkat dari sini. Yaa ?"

"Iya engga apa-apa hehehe,"jawab Hasann sambil terus menatap binar matanya dan hidungnya yang sedikit mancung. Pas sekali dengan lesung pipitnya. Engga banyak orang punya semuanya seperti ini.

"Kalo begitu sampai besok aja yaa...aku pulang dulu sekarang, bagaimana ?"

"Yaa engga apa-apa."

Seperti biasa Hasann membereskan sampah-sampah kemasan makanan dimeja dan membuangnya di tempat sampah.

"Sampai ketemu besok yaa... ." Ia melambaikan tangannya dan hendak berlalu. Tapi melihat Ririe yang masih terpaku disana, ia pun menghampirinya dan mendekapnya.

Ririe ingat terus jadinya perkataan Hasann soal biaya menikah, soal keinginannya menjadi orang kaya. Haduuh pusing rasanya, kok begitu ternyata Hasann ini pikirnya. Yaa kalau mau kaya sih jadi pengusaha atau pedagang dong, bukan jadi guru !

Tapi siapa yang engga mau jadi orang kaya ? langsung ia teringat dengan Ardi di Semarang yang pengusaha mobil mewah itu. Apakah aku mau mencoba berhubungan lebih erat lagi dengannya,dan berusaha lepas dari Hasann, yang lagi pusing memikirkan soal uang ? atau bagaimana ? dalam hatinya.

Ririe memaklumi dan bisa mengerti kenapa Hasann berfikiran seperti itu, mungkin juga ia sudah bosan hidup seadanya. Dan ia pun berambisi untuk menjadi kaya, tapi ia malah lebih menenggelamkan dirinya di profesi guru itu. Pusing.

Seakan pikirannya bercabang antara keinginan lahiriah dan batiniah dia. Bagaimana sih ini ?? pikir Ririe.

Tampak , beberapa murid mendekati Ririe yang berjalan masuk ke halaman sekolah. Makin lama makin banyak , mereka berhamburan mengerumuni untuk menyalami.

"Ibuu...kemana aja siih ?"

"Masih ingat engga dengan saya Bu ?"

"Mau ngajar disini lagi ya Buu? "

Pertanyaan bertubi-tubi dilayangkan mantan muridnya, beberapa sambil memegang tangannya sepertinya sudah menjadi teman dekatnya saja.

"Ibu kuliah lagi sekarang buat S2 , nanti kalau sudah lulus yaa...doakan saja" katanya.

Dan engga kalah riuhnya ketika ia masuk ruang guru...sampai-sampai beberapa murid pun ikut melongok ke ruang guru tersebut. Ibu Hermin pun mendengar kabar kalau ibu Ririe ada disana.

Waah riuh sekali.

Hasann pun ada di ruang guru saat itu, menunggu jam pelajaran berikutnya. Ia cukup senang dengan kehadiran Ririe disana, yang sedikit banyak memberitahukan lingkungan sekolah bahwa hubungan mereka masih baik-baik saja.

Yang terpenting dalam kunjungannya kesekolahnya kali ini adalah pertemuan dengan ibu Hermin,yang mengundang kembali ibu Ririe jika hendak kembali mengajar. Yang tentunya akan menguntungkan Hasann, berkaitan dengan masa depan hubungan cintanya dengannya.

"Nanti setelah lulus kuliah saya pikirkan kembali ya bu, tapi terima kasih buat tawarannya."

Dia merasa senang mendapat penawaran itu, merasa dirinya diterima oleh lingkungan tempatnya bekerja dulu. Ibu Hermin selaku kepala sekolah juga berkenan dengan sikap dan ketulusan Ririe dalam kesehariannya mengajar, apalagi nanti kalau dia sudah meraih gelar Magister Ilmu Pendidikannya. Tentu akan membawa pengaruh yang baik buat sekolah yang dia pimpin.

Idealnya memang Ririe kembali ke Bandung mengajar di sekolah atau mungkin mencari pekerjaan di tempat lain asalkan tetap dekat dengan Hasann. Jika ia masih mengingini hubungan yang lebih serius dengannya, mengingat profesi kekasihnya ini sekarang semakin mantap didunia pendidikan. Hidup sebagai pengajar atau dosen di suatu perguruan tinggi, kayaknya engga jelek. Mungkin perlahan-lahan kariernya bisa menanjak.

Tapi jika berpacaran dengan Ardi dan sampai ke jenjang perkawinan tentu kondisi akan berbeda mengingat ia adalah seorang pengusaha. Dan tampaknya Ardi juga suka sama Ririe. Hanya saja perangainya agak sedikit kasar, yang dirasakan Ririe. Tapi pemikirannya ternyata lebih sederhana dari Hasann soal masa depan. Apa karena Ardi tidak menghawatirkan soal keuangan jadi seakan easy going saja orangnya. Soal kesetiaan mungkin Hasann lebih setia dari Ardi, tapi Ririe juga belum kenal banget sama Ardi.

Dipikirnya berhubungan dengan Ardi engga ada salahnya selama masih tahap bepacaran dengan Hasann. Ia hanya ingin memastikan saja bahwa pilihannya nanti engga salah...aah sudah gila mungkin Ririe dengan pikirannya itu.

Tapi sekarang tentunya yang sedang dihadapi adalah kunjungannya ketempat kerjanya dahulu...semua guru sibuk dengan jadwal mengajarnya masing-masing , hanya bisa bercengrama sebentar saja, untuk melepas rindu bertemu dengan teman lama.

Ruangan guru tadi sempat ramai bersamaan dengan selesainya jam pelajaran. Hampir semua kursi terisi sebelumnya, kini kembali sepi , hanya tampak beberapa guru yang sedang beristirahat sambil menunggu jam pelajaran berikutnya. Hasann masih mengajar di kelas 6, masih sekitar 15 menit lagi selesai.

Ririe menunggu Hasann diruang guru. Tampak kesepian sendiri,ia pun meraih ponsel nya dan mendapati beberapa pesan masuk dari Ardi, dan dari orang tuanya.

"Kabari aku yaa kalau kamu pulang Semarang Rie, nanti aku jemput di stasiun Tawang."

"Engga ada kamu , hidup terasa sepi hehehe...bagaimana kabarnya disana Rie?" tanya Ardi.

Juga beberapa pesan singkat dari orang tuanya yang menanyakan kabarnya.

Masih ada kesempatan untuk bisa pergi-pergi berdua dengan Hasann , dipikirnya selagi masih ada di Bandung sini. Ririe juga ingin tahu lebih banyak mengenai Hasann ini. Oh yaa mungkin mau mengunjungi keluarganya atau pusara almarhum bapaknya.

Terdengar bel tanda jam pelajaran usai, Ririe melihat lewat jendela kaca Hasann yang sedang berjalan dengan membawa tas kerjanya kearah ruang guru. Penampilan rapi ,layaknya seorang guru,dengan kemeja lengan panjang , celana sopan warna hitam dan sepatu kasualnya. Tampak muda dan sederhana dimata Ririe.

"Aku main kerumah kamu yaa,kepingin ketemu ibu dan saudara-saudara kamu San?"

"Serius mau kerumah ku ? ibuku mungkin lagi di tempat jualan tapi Rie, malam dia baru pulang."

"Kita ke tempat jualannya aja yuuk?" ajak Ririe.

"Boleh."