"Ini gila," keluh Sana yang menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya diatas meja kantor miliknya dengan berat.
"Dia, aish," kesal Sana saat tidak berhasil mengatakan nama mantan pacarnya dengan benar dan berakhir memakinya dengan pelan.
"Apa yang membuat ini menjadi sangat sulit, tapi kenapa saat keadaan sedang kacau justru Devan kembali?" Sana menggelengkan kepalanya pelan tidak mengatakan apapun. Pusing? Tentu saja, jangan katakan apapun.
Sana menatap datar kakinya yang sedikit diayun-ayunkan tanpa berpikir serius. Dia bodoh, lelah dan kesal. Tidak ada yang bisa dideskripsikan lebih jauh dan jelas selain ini.
Tangannya mengambil ponselnya dengan sebentar, meliriknya sedikit dan kembali membacanya. "Aish," Sana kembali mengeluh, dia mengumpat kasar karena dia sampai tidak habis pikir kenapa dia mendapatkannya.
Perasaan dan semua milik Sana hanya Wiga, tidak ada yang lain. Tapi jika Sana lelah? Sebagai manusia Sana menghela nafasnya pelan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com