webnovel

Part 12

~Kenapa aku masih saja berharap, walau aku tau harapanku sendiri yang mengkhianatiku~

***

Author

Kepalanya terasa begitu berdenyut. Tubuhnya ia rebahkan pada kasur queensize yang berada di tengah kamarnya. Hembusan nafas kesal terus terdengar, menggema di sekitar tubuhnya. Lalu ia terisak.

"Gue benci kalian!" katanya di sela isak.

Tangannya mencengkram erat sprai, bibirnya ia gigit hingga terlihat memerah, berharap suara isaknya tak akan kembali terdengar.

***

Sang hazel mencoba mengejar gadis yang sedang menuju ruangan di ujung gedung.

"Mau apa lagi?" Gadis yang dikejar sudah jengah mendengar panggilan namanya dan lebih memilih berbalik.

"Saya minta maaf, Mbak." Gadis di hadapannya hanya mendengus.

"Saya gak tau kalau waktunya hampir habis."

"Omong kosong! Jadi gak ada gunanya gue cerita panjang lebar tentang gue tahun lalu kalo cuman bakal terjadi juga, dan lo, berhenti minta maaf sama gue, karena pertama, gue gak suka omong kosong lo dan kedua, gue benci dilabrak gak jelas sama cewe lo!" ketusnya dan langsung meninggalkan sang hazel.

Nata masih terdiam, mencerna setiap kata yang baru saja ia dengar. Hancur sudah. Hancur semua yang ia miliki. Hatinya, pikirannya, hanya karena hal bodoh yang ia lakukan. Kakinya ia langkahkan kembali ke kelas untuk mengambil tas dan memilih ke parkiran untuk meninggalkan sekolah. Yang ia pikirkan sekarang hanya satu, ia akan ke tempat itu, tempatnya menangis dalam setiap lelah, tak ada lagi. Bahkan, omelan pak satpam tak ia hiraukan seolah ia tak pernah mendengar omelan itu.

Kakinya ia langkahkan dengan begitu malas menyusuri lantai putih dengan aroma obat yang begitu menguar dan ingin membuatnya muntah. Ia tetap menyusuri koridor sepi itu, pandangannya naik ketika akan sampai di ruangan yang selalu ia datangi setiap hari.

Buuggggh

"Mau apa lo ke sini?" Tangan sang hazel tak dapat ia tahan saat maniknya menangkap seseorang yang seumuran dengannya berdiri di depan jendela Dina dengan tatapan ke arah Dina. Laki-laki itu sempat mundur beberapa langkah dan meringis kesakitan akibat pukulan tiba-tiba yang mengenai rahang kokohnya itu. Namun, ia hanya melirik sang hazel sekilas lalu melangkahkan kakinya menjauhi ruangan Dina.

"Jangan pernah balik lagi lo!" teriak sang hazel.

***

Hari ini Ero terlihat begitu kacau, ditambah pagi tadi dirinya masih berusaha ditemui orang yang paling tidak ia sukai sekarang. Bahkan, dalam sehari ini ia sudah menangis dua kali di kelasnya hanya karena kejadian kemarin. Kejadian yang menurutnya tak seharusnya terulang lagi dan malah membuatnya tidak ingin mengikuti organisasi itu lagi selama orang yang membuatnya seperti ini masih ikut serta.

"Ero, udah gak usah nangis lagi," bujuk Rara, tapi semua itu tak mengubah keadaan. Ditambah lagi guru-guru sedang rapat agak lama membuat sang manik abu terus tenggelam dalam lembah yang menyebalkan itu.

Drrrt

Dengan malas gadis itu meraih ponselnya di kolong meja, wajahnya yang masih kacau berusaha membaca layar ponsel.

Kak Gamma

Lo bawa mobil sendiri kan ya? Bisa gak nanti sore ke taman, buat potret yang kedua kali sekalian gue ajak temen gue. Katanya lo lagi buruk hari ini,

Iya, kak bisa. Taman mana?

Pusat kota ya, selepas pulang sekolah langsung ya

Ia kembali meletakkan ponselnya dan kembali menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangan, keadaannya tak berubah sekalipun laki-laki yang selama ini ia suka memintanya bertemu sore ini.

***

Gadis itu berusaha terlihat lebih baik kali ini, sebelum ke parkiran ia sempat ke toilet untuk membenahi wajahnya yang terlihat kacau agar terlihat lebih baik karena katanya hari ini pemotretan yang kedua. Dirasa cukup, ia langsung menuju taman di pusat kota. Hembusan napas masih sering terdengar dari gadis manik abu itu, seakan menyiratkan bahwa dalam dirinya masih ada kekalutan tapi berusaha ia tepis.

Ia sempat melirik ponselnya sebelum turun dari mobil. Orang yang akan menemuinya sudah ada di tengah taman, ia tau itu dari pesan yang masuk ke ponselnya. Ia langkahkan kakinya menuju pusat taman.

"Haha, gue mana bisa cinta sama cewe yang udah ngerebut papa gue, Fa." Suara itu begitu familiar di telinga gadis yang sedang menghentikan langkahnya itu.

"Lo itu ya, sulit banget dibilangin!"

"Gue udah bilang, gue cuman mau balas dendam sama Ero,"

Ero yang masih diam di tempatnya menggigit bibir bawahnya. Ia memejamkan matanya berusaha agar ia sedikit kuat mendengar pernyataan yang ia dengar barusan. Gadis itu berbalik sambil mengetik sesuatu pada ponselnya. Hatinya kalut, ia hanya ingin pulang sekarang dan menyuruh laki-laki asing di rumahnya itu pergi.

Ciiiiit

Braaakkkk

***

"Gue tebak lo udah ada rasa ya sama cewek mata abu itu,"

"Apaan sih, nggak lah. Gue ini teguh,"

"Mprreet, teguh pala lo? Ngajakin dia ke taman aja ribet banget. Lagian lo kan udah punya banyak fotonya dia. Kayak lo ke mana-mana gak bawa kamera aja," Alfa masih berusaha menyadarkan sahabatnya.

"Foto itu pada jelek tau. Mana menang gue pake foto itu."

"Nah kan, pertama lo kan ikut lomba ini buat alibi doang, biar dia jadi baper sama lo terus lo mainin, kenapa jadi beneran mau ikut. Atau lo jangan-jangan beneran suka sama dia?"

"Haha, gue mana bisa cinta sama cewe yang udah ngerebut papa gue, Fa"

"Lo itu ya, sulit banget dibilangin!"

"Gue udah bilang, gue cuman mau balas dendam sama Ero,"

"Serah lo dah. Nanti juga bakal kemakan omongan sendiri. Mana dia kok gak dateng-dateng?"

Gamma hanya menggedikkan bahunya lalu mengecek ponselnya. Tak lama ponselnya menandakan pesan masuk.

Ero

Kak, sorry gue gak bisa dateng. Gue ada urusan mendadak di rumah.

Oh yaudah gapapa lain kali

"Dia gak dateng, katanya ada urusan mendadak. Yaudah ayo balik"

.

.

.

.

.

.

:))