webnovel

pulang

pagi itu hujan menerpa sebagian bumi yang dipijak manusia.

daun hijau yang berada didahan pohon pagi itu mengalirkan air jerni dengan sangat kencang menandakan tidak dapat dihentikan oleh tangan yang berkeinginan menghentikan lajunya air itu.

seperti cinta yang mengalir dalam tubuh ini, sesaat tidak dapat diberhentikan oleh waktu. mungkin kamu bisa tetapi tidak dengan diriku yang sudah jatuh terlalu dalam dan bahkan untuk menyembuhkannya hanya dengan mendapatkanmu.

jika aku melakukanya apa kamu masih berada didekatku atau menjauh. yang aku tahu kamu akan semakin pergi menjauh dan tidak akan pernah mengenal diriku yang sudah terlanjur diam dalam perasaan ini.

mungkin apa yang kuusahakan akan membuahkan hasil tapi percaya dengan namanya takdir. aku akan mendapatkan dengan caraku berdoa kepada sang pencipta.

selesai dengan diaryku. aku nenutupnya dan berhenti memikirkan hal yang mungkin jauh dari semua keinginan hatiku.

 aku terus melamun melihat air yang turun dari langit yang seakan menandakan diriku butuh kasihani seseorang. dengan pelan aku melangkah kearah jendela kamarku melihat air hujan itu dengan menengahdakan kepala keatas langit.

aku tersenyum dan mengulurkan tangan ini kealiran air yang deras, mataku terpejam menikmati sentuhan air yang menerpa kulitku, nyaman! satu kata yang keluar dari hatiku, ya nyaman.

seperti hatiku nyaman dekat dengannya tapi apa yang kuharapkan tak sejelas nyamannya dengan dia yang pergi jauh dengan rasa sakit hati ini. 

aku berdoa didalam kediaman hati yang  merasakan dinginnya air hujan dan  semakin membasahi diriku, aku akan berjuang mendapatkan yang kuinginkan walau tak dapat diulang kembali nyata rasanya aku ingin kembali.

mungkin hari ini, hari esok atau nanti tak lagi saling bersama tapi aku tetap mengharapkannmu.

perkenalkan namaku shafiya syadiah  sering dipanggil fiya dengan orang terdekatku saja, umurku sekarang dua puluh tiga masih sangat mudah dalam mengenal sakitnya cinta tapi aku tahu diumurku saat ini aku sudah bisa mengenal cinta dengan baik.

aku baru lulus dari perkuliahan yang berada dimedan dan sekarang akan kembali kebatam tempat kedua orang tuaku melahirkan dan membesarkan aku dengan kasih sayang.

dimedan diriku hanya merantau mengikuti tempat pendidikan yang aku minati, disini banyak hal yang sudah aku lewati dengan banyak menguras air mata dan sekarang aku akan meninggalkan itu semua.

bahkan aku tidak memberi tahu kepada mereka yang merasa aku tinggalkan, siang nanti jam sebelas siang aku akan berangkat dan kemungkinan tidak akan kembali ketempat ini. biarlah mereka mengatakan aku jahat dengan aku tidak memberi tahu.

didalam kamar yang berantakan itu aku masuk dan mengulang merapikan pakaian yang akan aku bawa pulang kebatam. mungkin hari, hari terakhir aku melihat medan dan sekitarnya.

dengan sangat pelan aku memasukkan pakaianku kedalam koper besar yang aku bawa nanti, tiba-tiba tante dan keponakan kecilku datang menghampiri diriku.

"sudah siap beres-beresnya sayang" tanya tante bontotku.

"sudah tan, tinggal surat-surat sekolah saja tan yang aku masukkan kedalam koper"

"hahh" tanteku mendesah sedikit melihat diriku yang tiba-tiba pulang habis dari medan kebatam.

aku melihat tanteku "ada apa tan, tante sesak napas" tanya diriku yang seakan membuat lelucon sedikit demi mengurangi sakit hati ini.

"sayang, tante mau bertanya kepadamu dan jawab dengan jujur. mungkin pertanyaan tante akan menyakitkan hatimu tetapi ini demi kebaikan dirimu juga!" 

bingung dengan pertanyaan tanteku, akupun diam tertunduk tidak mau meneruskan pembicaraan ini. tapi tidak dengan tanteku yang terus berujar dengan lembut kepadaku.

"fiyah! tante tahu kamu begini karena apa. tante ngerti dengan kamu yang ingin pulang kerumah mama karena kangen. tapi tidak dengan tiba-tiba seperti ini sayang, coba kamu luangkan waktu kamu sebentar lagi disini menenangkan hatimu sebentar sebelum kamu pulang kebatam" ujar tante menasehati aku.

aku menatap tanteku yang sudah mau menjaga aku selama disini dan melihat kedua matanya yang sudah berembun dengan air bening. sebentar lagi akan jatuh kepipi mulus tak berminyak itu.

"maafkan fiyah tante, fiyah hanya ingin menenangkan hati fiyah dengan cepat. tante tidak perlu mencegah fiya karena apapun yang akan melarang fiyah akan tetap pergi" 

"fiyah. tante ingin kamu pulang kebatam dengan hati yang sudah siap menerima yang sudah terjadi, bukan dengan cara menghindar seperti ini" 

"fiyah tidak menghindari apapun tan. fiya hanya ingin pulang kerumah mama.fiyah kangen" 

"baiklah, tante ijinkan kamu pulang tapi ingat pesan tante ini. fiyah sudah dewasa dan sudah tahu mana yang salah dan benar. hari ini jika sudah pergi dari tempat yang kamu pijaki, jangan pernah ingat sesuatu yang akan membuat dirimu terpuruk disana. walau tante terkadang lembut dan keras sama fiyah itu semua untuk membangun jiwa kedewasaan fiya saja jangan masukan dalam hati fiya.

tante ingin kamu jadi fiyah kuat dan tegar, biarlah  dia dengan yang lain tapi tidak dengan fiyah. fiyah harus jadi wanita yang kuat, jangan putus asa sayang tante ingin kamu melupakannya bayak pria diluaran sana yang mau sama fiya yang cantik ini, jadi tante harap kamu disana bisa bangun dari keterjatuhanmu".

tanteku, tante dengan satu pendirian yang membuat dirinya teguh setiap mengambil keputusan. menangis melihat diriku yang lari dari sakit hati yang sudah membekas dalam didalam diriku.

dengan pelan aku memeluk tante bontotku, kami berdua sama-sama menangis. aku menangis keras tidak sanggup menerima ini semua tapi aku tidak bisa menolak takdir tuhan. Dia sudah memilih jalannya dan aku juga harus dengan jalanku.

"maaf kan fiyah tan, fiyah janji tidak akan seperti ini jika sudah berada dibatam". janjiku pada tante ku yang baik ini.

tanteku melepas pelukannya melihat diriku  tersenyum. dia memperhatikan wajahku dengan baik, lalu mencium keningku dengan air yang masih mengalir dari kedua bola matanya.

"tante akan pegang janji fiyah, sampai kapanpun fiyah akan tetap kuat dan tegar seperti ini. jangan buat ayah dan mama disana repot karena fiyah. tante akan pantau terus fiyah dari sini jadi jangan macam-macam" 

"iya tan, fiyah janji" janji ku pada tante.

kami kembali pelukan, aku kembali menangis dengan janji yang tidak sanggup aku jalani, mungkin mulut ini berkata janji tapi tidak dengan hatiku yang kembali sakit dengan memikirkan pria yang sudah aku inginkan sejak dulu.

siap dengan acara sedih yang menguras air mata dipagi hari ini akupun siap-siap pergi kebandara dengan berbekal semua yang sudah aku siapkan dirumah mama nanti.

selesai chek-in aku menghampiri kedua orang yang selalu ada untukku disaat aku butuh suport dan dorongan keluarga, jika orang berfikir dorongan yang paling utama adalah kedua orang tua. disini aku berbeda karena kedua orang tuaku yang dibatam mereka jarang mengunjungi ku beralasan pekerjaan.

jadi aku merasa jauh dari mereka adalah anugrah tapi tidak dengan sekarang, aku butuh mereka yang buat diriku sedikir melupakan medan tempat hati ini menangis.

aku kembali memeluk tante dan omku.

"om tidak tahu kamu ambil jam penerbangan secepat ini, padahal om berfikir kamu akan menetap disini saja" ujar om ku.

"fiyah tidak bisa om" 

"kenapa? apa om buat salah sama fiyah atau dimedan fiyah sudah bosan"  

"tidak om, fiyah tidak bosan dimedan. fiyah hanya ingin kerja dan menjaga kedua orang tua fiyah yang sudah lama fiyah tinggalkan dibatam" ucapku tersenyum melihat om dan tanteku.

"baiklah kalau begitu, fiyah disana jaga kesehatan dan jangan lupa ibadah ya" ingat omku padaku.

"iya Oom. fiyah akan ingat, fiyah masuk dulu ya sudah dipanggil"

"ya sudah sana, jangan lupa berisalam sama mama dan ayah kamu kalau sudah sampai" 

"ok Oom"

aku memeluk mereka terakhir kalinya dan bersalaman, berat hati ini meninggalkan tempat yang sudah lama kita tinggali dengan penuh kenangan tapi mau bagaimana lagi semua sudah   digariskan dalam takdir.

aku berbalik melihat kebelakang berharap ada satu cahaya yang membuat hatiku dapat tersenyum sebelum meninggalkan medan. tapi diriku teringat lagi bahwa aku pergi tanpa diketahui oleh teman-teman dan sahabat yang aku sayangi. 

dengan senyum merekah aku melambai kepada dua orang yang aku tinggalkan dibelakang dan terus berjalan. sesampai ditempat duduk pesawat yang aku naikin aku melihat lagi medan.

aku menangis mengingat semuanya. diriku diam dan berdoa dalam dudukku berharap semua bisa aku lalui.

aku mengambil pena dan buku yang tahu tentang diriku, aku menuliskan kata-kata perpisahan terakhir sebelum aku benar-benar pergi jauh.

daun yang sudah jatuh dari ranting pohon tidak dapat utuh lagi ditempatnya. sama dengan hatiku yang sudah jatuh kepadamu tidak dapat diperbaikin lagi, aku berharap hati ini bisa balik lagi ketempat sebelum dia jatuh, sebelum dimana akan ada yang merusaknya dan dihancurkan.

aku pergi begitu juga dengan hatiku, maaf jika aku membuat dirimu tidak nyaman selama aku berada didekatku, tapi tidak dengan sekarang kamu bebas tanpa gangguan dariku lagi.

aku merelakanmu dengan dia dan jangan cari aku kemanapun kamu inginin, karena sampai kapanpun kamu berjuang mencariku aku akan terus pergi bersembunyi jauh dari pandanganmu.

biarlah aku yang mencari dirimu kapanpun aku mau karena aku ingin mengatakan kepadamu terima kasih. karena sudah memberi diriku kesempatan berada didekatmu selama ini.

terima kasih shabri ahmad shadiq untuk kenangannya, aku mencintaimu selamanya itu janjiku.

Próximo capítulo