Di ruangan Dito, Mauren sudah ada di pangkuannya. Ia beberapa kali tertawa melihat ekspresi Mauren yang menggemaskan, ditambah dengan jahilnya seorang Dito yang selalu terlewat batas.
Naya hanya acuh sambil menonton film di handphone-nya. Bersama dengan Asih yang juga sedang menikmati rujak yang dibeli oleh Naya sebelum datang ke rumah sakit.
"Nay, lo beli rujak pake uang siapa?" tanya Dito yang tidak lagi membatasi pertanyaannya. Pantas saja Dito menanyakan asal-usul uang Naya meski memang sedikit tidak sopan, tapi baginya hal itu harus diketahuinya karena ia biasa tau Naya punya uang atau tidak.
Terlihat Naya bingung menjawab, entah harus jujur atau tidak. Tapi ia benar-benar tidak bisa menyembunyikannya karena tatapan Dito yang sudah beda.
"Seno," jawab Naya tanpa menoleh ke arah Dito.
"Nafkah?" ejek Dito yang memang sangat tepat dengan keadaan. Hal itu membuat Naya terpaku dan merasa grogi. "Apaan sih, gak jelas banget." delik Naya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com