Hanjo mengikuti Inge dengan pandangan. Pandangan mata Hanjo kemudian sepenuhnya mengepung Inge. Sangat susah disebut bermakna apa. Tak ada kilau kemarahan. Tak juga sinar kesukaan.
Inge menaikkan mata. Memandang Meisa. "Makanya, tukang pancing jangan dipancing!"
Merasa perkataan itu ditujukan kepadanya, Meisa secepatnya mengeluarkan suara, "Memangnya kamu tukang pancing?"
Inge mengangguk serius. "Tukang pancing orang!"
"Sudah dapat orang yang dipancing?" tanya Meisa dengan bibir miring.
"Sudah."
"Hebat. Mana?"
"Lepas lagi."
"Oh, tak jadi hebatnya." Meisa menggeleng dengan bibir maju. "Lepas sendiri atau dilepaskan?" tanyanya lagi.
"Dilepaskan."
"Kenapa?"
Inge menoleh dengan sudut mata. "Salah pancing."
"Kalau mancing itu umpan yang dipakai mesti disesuaikan dengan apa yang mau dipancing," ungkap Meisa berpetuah bagai orang sudah sangat paham lika-liku kehidupan.
"Kok, tahu?"
Meisa belum bersuara, Inge berkata dengan nada ketus, "Tukang pancing juga ya?"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com