webnovel

Gadhul Bashar

Cinta sebelum menikah hanyalah topeng berbalut nafsu

***

"Baik, kembali ke topik awal. Adapun cara-cara menjaga pandangan salah satunya adalah dengan menundukkan kepala. Karena mata akan sangat jeli memperhatikan sesuatu, apalagi jika itu berkaitan dengan lawan jenis. Pernah dengar istilah dari mata turun ke hati?" tanya Andini berusaha untuk lebih menghidupkan suasana kajian.

Beberapa peserta terlihat senyam-senyum. "Pernah."

"Kalau sudah seperti itu, apa jadinya? Cinta, 'kan? Jika dua remaja sudah dimabuk cinta, apa yang akan terjadi? Bagaimana cara mereka menyalurkan cinta mereka? Apa mereka akan menikah? Tidak! Sama sekali tidak. Anak muda jaman sekarang lebih suka menyalurkan rasa cintanya dalam hubungan penuh kemaksiatan, yaitu dengan cara pacaran."

Andini melangkah maju ke depan. Ingin lebih fokus ke bagian akhwat-nya. "Padahal pacaran itu sangat dilarang dalam agama. Yang bawa al-Qur'an bisa dibaca surah Al-Isra' ayat 32. Di sana dijelaskan untuk tidak mendekati zina. Nah, mendekatinya saja tidak boleh, apalagi kalau sampai dilakukan. Dan pacaran itu termasuk aktifitas yang mendekatkan pelakunya ke jurang zina."

"Tapi Kak, kami nggak ngelakuin apa-apa kok." Andini seolah berperan sebagai orang yang pacaran.

"Kalau gak lakuin apa-apa, kenapa pacaran? Buat apa pacaran?"

"Kami gak berbuat hal yang macam-macam, kak." Andini kembali berperan menjadi orang lain.

"Yakin, gak ngelakuin itu? Kalian tau 'kan kalau ada remaja berduaan maka yang ketiganya adalah syaitan? Jika ketiganya itu syaitan yang selalu menggoda mereka melakukan hal yang aneh-aneh, apa masih yakin gak akan berbuat yang macam-macam?"

"Kami masih tau batasan, Kak. Nggak mungkin dari pacaran, kami berzina."

"Emang ada orang yang bertemu langsung berzina? Enggak, 'kan? Jangan konyol deh. Mereka pasti butuh perantara, istilahnya muqoddimah. Dan muqoddimah-nya itu lewat pacaran. Makanya pacaran diharamkan. Memang tidak semua orang pacaran itu berzina, tapi semua zina berawal dari pacaran. Ingat ya, zina itu bukan hanya hubungan intim, tapi juga ada zina mata, tangan, hati, pikiran, dan lain-lain."

"Tapi kak, pacaran kami pacaran syar'i, kok."

"Nah loh, ini nih yang kadang buat aku geli. Gara-gara pacaran diharamkan, mereka jadi berusaha keras untuk menghalalkan aktifitas itu, dengan cara memberinya embel-embel syar'i agar terlihat islami. Yang paling lucu itu saat ada yang pacaran, memulainya dengan bismillah, dan mengakhirinya dengan hamdalah. Contoh nih, saat mereka mau pegang tangan dengan santainya berkata 'bismillah'. Dan saat selesai mereka pun lekas berucap 'alhamdulillah!'." Seketika beberapa peserta terkekeh.

"Ya, jangan salah. Untung juga kalau gak disambung 'maka nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan'." Lagi-lagi di bagian peserta ada beberapa yang tertawa.

"Banyak yang seperti itu. Alasannya, mereka mengambil hadist yang mengatakan bahwa agar segala sesuatu yang dilakukan itu diberkahi, maka mulailah dengan bismillah, dan akhirilah dengan hamdalah. Padahal, yang haq dengan yang batil tidak boleh dicampur. Karena hal itu tetap akan menjadi batil. Coba deh baca al-Baqarah ayat 42.

"Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan ...."

"Mengapa demikian? Karena keduanya adalah dua hal yang berbeda. Misal, kita ambil contoh bensin dengan air. Dua-duanya 'kan termasuk benda cair, tapi memiliki zat yang jelas berbeda. Jangankan zat, fungsinya pun berbeda. Bensin untuk motor, air untuk diminum. Nah, coba bayangin kalau keduanya ini dicampur. Apa yang akan terjadi? Meledak? Oh, tentu tidak, hehe. Melainkan zatnya akan berubah drastis. Dimasukin ke motor, gak mungkin. Bisa-bisa motornya mogok sebelum dijalankan. Mau diminum, juga gak masuk akal. Memang ada yang mau minum air yang dicampur bensin? Enggak, 'kan? Kalaupun ada, kewarasannya patut dipertanyakan. Itulah kenapa kebenaran dan kebathilan tidak boleh dicampur."

"Ta-tapi Kak, dia baik. Lagian bukannya cinta itu fitrah?" Sekali lagi Andini berperan menjadi orang lain.

"Begini ya, cinta memang fitrah. Tapi jangan karena ke-fitrah-annya ini membuat kalian bermudah-mudah dalam mencintai. Jangan mudah memberikan peluang bagi laki-laki. Tau tidak, jika kalian perempuan memberikan celah sedikit saja, maka mereka laki-laki akan memegang kuat celah itu. Mereka akan senantiasa mendekati. Memang tidak ditunjukkan secara terang-terangan, tapi dengan pelan-pelan. Karena entah kenapa jika hal seperti ini, laki-laki memiliki kesabaran yang melimpah untuk menunggu kalian luluh, ditambah rayuan dan gombalan receh tentunya.

"Laki-laki itu pandai banget merayu, sedangkan perempuan mudah sekali terbawa perasaan. Baru dibantu sedikit saja, langsung nanya ke teman atau bahkan ke dirinya sendiri, 'Eh, dia itu suka sama aku gak, ya?' Atau 'Dia kok baik gitu, jangan-jangan ada rasa lagi sama aku', dan sejenisnya. Terlalu PD memang, sedangkan bisa jadi memang sifat bawaan laki-laki itu yang baik, suka menolong. Ujung-ujungnya jika yang dilakukan laki-laki tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, mereka akan mengeluarkan jargon andalannya 'emang! Laki-laki sama saja'." Sekali lagi peserta dibuat tertawa karena kalimat Andini.

"Ayolah girl, jangan sepenuhnya menyalahkan si pihak laki-laki, karena kalian juga mengambil andil di dalamnya dengan melebih-lebihkan situasi yang ada. Kalian perempuan sebenarnya sadar memiliki hati yang lemah, jadi jangan mudah tersentuh dengan perlakuan manis. Jika tak ingin terjerat dengan cinta yang salah, maka pasangilah hati dengan benteng yang kokoh, jika perlu taruh pecah beling di bagian atasnya agar tak mudah dimasuki oleh sembarang orang. Kenapa? Karena jika orang itu berhasil masuk, maka akan sulit mengeluarkannya.

"Pada dasarnya perempuan memang tak tanggung-tanggung dalam mencintai, makanya mereka rela melakukan apa saja, bahkan mahkotanya pun rela diberikan, 'kamu janji kan, gak akan ninggalin aku?' Cukup girl. Sudah kukatakan laki-laki itu udah pro dalam merangkai kata, dan kata-katanya itu bisa banget ngeyakinin. Jadi kita sebagai perempuan juga harus pandai dalam menjaga diri. Tak ada kata manis, ucapan sayang, ataupun cinta yang sebenarnya sebelum menikah. Karena semua itu hanya topeng berbalut nafsu."

Andini kembali menarik napas sejenak. "Mungkin sekian dari saya, terakhir saya tekankan kepada perempuan tolong jangan mengupload fotonya, bantulah laki-laki menundukkan pandangan. Ingat, dari foto itu kalian bisa membuat laki-laki bergairah, menatap dengan penuh nafsu, dan yang akan mengantarkan kalian pada dosa jariyah. Di mana dosanya akan terus mengalir meski kita sudah meninggal, karena foto itu masih tersebar luas di media sosial."

Andini mundur ke belakang, melihat sekilas ke bagian ikhwan-nya. "Dan untuk laki-laki, saat kalian melihat sesuatu yang tidak pantas untuk dilihat, maka palingkanlah wajah kalian segera. Karena penglihatan yang pertama itu tidak apa-apa, tapi penglihatan yang kedua akan menjadi dosa tersendiri buat kalian. Jangan malah mengatakan 'dilihat dosa, nggak dilihat rugi'. Emang lebih milih mana? Dosa apa rugi? Rugi, 'kan? Ya udah, palingkan."

Andini menghela napas pelan. "Baik, sekian dari saya. Kurang dan lebihnya mohon di maafkan. Jika ada yang tersinggung, maka saya sangat bersyukur, karena itu tandanya hati kita belum mati. Semoga kita tidak hanya tersinggung, tapi juga bisa memperbaiki diri. Semoga bisa menjadi bahan renungan, untuk kalian dan untuk diri saya pribadi. Akhir kata, nun walqolami wa mayasturun. Nun demi pena dan segala apa yang dituliskannya. Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh."

Semua peserta menjawab salam dari Andini. Nadira selaku moderator pun lekas menggantikan posisi Andini, dan tak lupa pula mengucapkan terima kasih atas ceramah yang diberikan tadi. Selain sedikit menghibur, tentunya juga sebagai pengingat. Setelah mengucap Alhamdulillah bersama peserta, Nadira pun menutup kajian kali ini