2 2 Serangan Kencang

Tangan mungil itu dicegahnya untuk berlalu pergi, dia arahkan lagi tubuh Sheyna sehingga berhadapan lagi dengannya.

"Kamu menangis?" Syeina menggeleng tak mau berkata-kata.

"Kamu menangis Syein, aku mendengarkan sendiri" Tuduh Blue membuat Syeina menunduk berkaca-kaca lagi tak berani menatapnya kembali. Tanpa gadis itu kira, Blue langsung menarik gadis itu ke dalam dekapannya. Sebenarnya hati Blue juga tak jauh beda sangat sedih dan megkhawatirkan apa yang terjadi esok hari, apa yang akan menimpa dirinya? dia juga tak mau jika kehilangan gadis cantik nan baik budi ini, Syeina tak kuasa berteriak dan menangis dengan suaranya dalam dekapan lelaki ini, ia merasakan sesaknya dada. Meskipun keduanya tak tahu apa yang terjadi dengan diri keduanya? perasaan keduanya? tapi mereka mengakui atau tidak, meskipun tanpa kata-kata sebelumnya, mereka berdua sudah saling terpaut.

"Bagaimana kalau kau mati Blue? aku tak akan bisa menerimanya"

"Bagaimana kalau kau tidur meniggalkan aku sepuluh tahun? Kau bilang tak bisa menua, sedangkan aku menunggumu menjadi tua. ketika kamu siuman usiaku telah jadi 30 tahun, dan kamu masih 20 tahun?" Syeina terus menuangkan buliran-buliran halus dari matanya.

"Maafkan aku, aku juga tak tahu apa yang harus aku lakukan andai aku tidur sepuluh tahun" jawabnya penuh penyesalan.

Keduanya larut dalam kenyaman hangatnya dekapan yang memang pertama ini mereka lakukan. Itu yang terngiang-ngiang dalam ingatan Syeina saat ini,

Sedangkan Blue juga memikirkan Syeina di medan peperangan itu. Karena memang wajah nan ayu itu tiba-tiba hadir dalam pandangan matanya disana.

Blue teringat dini hari tadi ia sempat bersama gadis itu. Dikala dirinya sedang memantau keadaan dan berjaga-jaga, tanpa ia sadari Syeina sudah berada disampingnya, Syeina juga Blue masih memendam rasa sedih, kalut dan merasa tak ingin kehilangan satu sama lain.

Blue masih menatap gadis ini tanpa berkata-kata, ia tahu rasa di dalam hatinya tak karuan, jantungnya berdetak hebat ketika Syeina semakin mendekatinya. Entah sinyal apa yang ia kirimkan kepada Blue, Syena tanpa aba-aba memeluk lelaki itu lalu mencuatlah air matanya lagi didada Sang pangeran Blue.

"Aku tak tahu kamu itu siapa? aku juga baru mengenalmu, tapi aku jujur saja, sangat takut kehilanganmu Blue, jangan tertawakan aku jika kamu merasa lucu dengan sikapku" Syeina membuka percakapan dan menuangkan perasaan yang ia rasa.

"Aku pun merasakan hal yang sama, tidak tahu bersemayam sejak kapan. Aku sangat merasa nyaman bila ada di dekatmu, bahkan aku bisa sangat marah jika ada lelaki lain yang mendekatimu" balas Blue.

Blue segera memegang kedua pipi gadis ini dengan kedua tangannya, mereka saling menatap penuh arti, Syeina yang matanya masih basah, sedangkan Blue dengan tatapan yang begitu dalam untuknya, mereka berdua saling mengirim dan menangkap suatu sinyal. Blue kini mendekatkan wajahnya dengan lebih dekat. Ia merasakan tubuhnya mengkaku dan otot-otot tubuhnya seakan tegang, Blue mencoba mengatur nafasnya yang sedang susah ia kendalikan di depan gadis ini.

Syeina pun merasa ada yang aneh dengan anggota tubuhnya, bulu-bulu kuduknya berdiri dan merinding seketika. Kaki dan tangannya seolah gemetaran bersama dirinya.

"Apa yang akan dilakukan Blue?" bisik hatinya, nafas Syeina kian tak menentu ketika wajah lelaki tegas dan tampan itu semakin dekat dan dekat lagi dengan wajahnya, sampai dirinya merasakan hembusan nafas lelaki ini pada kulit wajahnya saking dekatnya, Syeina tak mampu menatapnya lagi, dia sangat gemetaran dengan suasana dini hari bersamanya ini. Dia memilih untuk memejamkan kedua matanya.

Blue mulai merasakan dinginnya bibir gadis itu ketika tersentuh dengan bibirnya, ia kemudian mencium Syeina dengan lembut, membuat gadis ini melayang-layang terbawa angin dingin. Syeina tak mampu menolak karena dirinya juga terhanyut dalam perasaan bersama lelaki ini.

"Aku tak tahu Blue datang darimana? Dia dari dimensi apa? Apakah Blue mencintaiku atau tidak, aku juga tidak tahu perasaan dia padaku, karena ia tak pernah mengatakannya, tapi yang aku tahu, aku sekarang hanya menginginkannya bersamaku." gumam Syeina dalam hatinya. Mereka berciuman dengan mesranya, Syeina semakin mengeratkan pelukan dengan mata yang masih terpejam. Ia tak menyangka bila akan dicium oleh lelaki tampannya dini hari ini, ciuman ini semakin menghangat, Blue memagut bibir indah gadis ini dengan penuh kelembutan.

Syeina akhirnya juga membalas Blue dengan penuh kasih sayang. Darahnya mengalir deras dan tulang belulangnya melemah. Syeina melepaskan ciumannya. dengan mulut menganga, dia mengembuskan nafas berkali-kali berusaha menguasai sebak dan getaran di dalam dadanya. Blue tetap tak mau kehilangan moment indah ini, dia dengan cepat sudah menguasai Bibir Syeina lagi sambil meletakkan kedua tangannya memegang kepala dan rambut Syeina. Keduanya memejamkan mata bersama. Menikmati alunan ritme perasaan yang indah di gelap gulitanya malam dibawah cahaya rembulan yang menguning setengah mendung.

Adegan inilah yang kini menjadi bayangan yang berkeliaran di benak Blue, membuat semangatnya makin membara, ia merasa makin harus mendapatkan kemenangan karena juga tak ingin kehilangan gadis cantik itu, Syeina adalah semangatnya saat ini. Dia harus menang dan segera ingin memiliki Syeina.

Pikiran yang melanglang sejenak tak membuat Blue kehilangan konsentrasinya, dia sungguh terlatih sejak kecil untuk mengatur pikiran dan logikanya. Dia makin bersemangat, tetap menengadah memohon untuk disatukan dengan kekuatan alam.

Gemuruh angin yang masih menderu seakan mengumpul dan berjalan dari jauh semakin lama semakin terdengar keras, Ia segera melayangkan tangan dan kepalanya untuk bersiap menguasai angin. Dahan-dahan kering, kerikil dan batu mulai melayang-layang di udara, Angin tiba-tiba berhembus sangat kencang hingga sedikit menutupi pandangan semua orang.

Diatas langit juga hendak beranjak turun badai disertai awan hitam yang berbaris-baris, mereka semua yang berada di area peperangan itu mengira akan ada cuaca yang ekstrem, tampak penampakan seperti akan mulai muncul hujan air atau badai pasir dan debu.

kini semua penjuru dari ujung barat ke timur, selatan ke utara .. semua benda partikel-partikel kecil tengah melayang seakan menolak gaya grafitasi bumi yang pernah dicetuskan. Para prajurit negeri maupun prajurit musuh mulai merasakan keganjilan dan keanehan tatkala beberapa mencoba menendang atau menjatuhkan benda melayang itu gagal. Segera mereka mempercepat langkahnya karena ingin segera menghancurkan negeri lemah ini.

Blue memutar arah angin yang sudah berada di sekitarnya, angin-angin itu seakan menunggu perintah sang tuannya. Kedua tangannya seolah mengaduk berputar-putar dengan tatapan yang serius, alisnya yang tebal itu mengerucut menampilkan dendam yang begitu dalam, tak khayal juga menjadikan benda-benda melayang tadi itu berputar-putar semakin lama semakin cepat. Musuh makin kebingungan dan ingin menyegerakan serangan mereka. Blue dengan cepat meluncur ke udara dan berjungkir balik seakan mengajak angin-angin itu menggelinding dan menyerang ke segala arah.

avataravatar
Próximo capítulo