Gedung-gedung pencakar langit berderet di sisi kanan dan kiri jalan. Bangunan raksasa dengan berbagai macam bentuk dan desain seolah menjadi penghibur mata saat untuk pertama kalinya, sepasang kelereng emas menatap ruang lingkup yang sangat berbeda. Berbagai macam ras hilir mudik, berjalan masuk ke satu gedung ke gedung lainnya, atau hanya sekedar untuk melewati beberapa tempat. Kaca-kaca dan hologram pada bagian depan gedung masing-masing sangat menarik, mempromosikan produk mereka sebaik mungkin.
Leo dan Cosmos hanya pernah melihat dunia luar dari Asisten, berupa video dan gambar. Namun melihat langsung kemegahan sebuah kota, tetap membuat sepasang pendek dan tinggi ini tertegun. Terlebih melihat beberapa orang mengenakan jubah. Jumlahnya tidak sedikit, tetapi sangat aneh melihat mereka mengenakan jubah sampai menutupi seluruh tubuh dan mengenakan tudung. Baik tinggi atau pendek, dari berbagai macam ras yang berbeda dan bentuk tubuh yang berbeda, kebanyakan mengenakan jubah …
Apakah Jubah sedang populer?
Leo menatap beberapa orang yang tidak mengenakan jubah. Mereka semua akan memandang orang-orang yang mengenakan jubah, lalu memberikan jalan. Cenderung menjaga jarak dan bahkan … menghindari? Orang yang mengenakan jubah jelas bukan orang biasa. Mungkin bangsawan? Tapi bukankah ketiga negara tidak berpengaruh di sini?
Tidak mau terlalu banyak berspekulasi, Leo membuka asisten dan berjalan berdua dengan Cosmos menuju ke sebuah restoran mewah. Restoran yang merupakan gedung tinggi bertingkat itu terlihat seperti perpaduan klasik dan modern.
Pintu masuk merupakan sebuah pintu ganda kayu berukir indah. Terdapat dua tiang penyangga berwarna putih yang memiliki tanaman merambat yang melilit. Jendela-jendela prancis yang tinggi memamerkan bagian dalam restoran yang agak ramai dan orang-orang yang menikmati makan siang mereka. Namun, pada lantai dua dan ke atas, bangunan yang terlihat klasik ini memiliki tingkat yang banyak, dengan dinding kaca yang memantulkan cahaya matahari. Membuat silau, orang-orang jadi enggan untuk mendongak ke atas.
Mendatangi restoran mewah ini, sepasang perak sangat mencolok, terlebih melihat pakaian sederhana yang tidak pada tempatnya. Beberapa orang berjubah dan berpakaia mewah berlalu-lalang di sekitar keduanya. Hal ini membuat Leo menyadari ada yang salah ... bukankah kostum mereka berbeda? Namun, Naga Perak sangat percaya diri. Tangan besar itu menggandeng anaknya, menggiring sang remaja menaiki tangga dan mendekati pintu ganda kayu yang terbuka.
Sosok berpakaian formal mendadak muncul dan menghalangi langkah keduanya.
"Maaf, Tuan, untuk masuk ke dalam restoran, diwajibkan setiap pengunjung mengenakan pakaian Formal."
Sosok vampire, dengan mata semerah darah, berdiri kokoh di sana. Tersenyum dan menatap sepasang pria dan remaja berambut perak. Keduanya serupa, masing-masing terlihat sangat mempesona. Namun pakaian yang dikenakan tidak memenuhi syarat untuk memasuki Restoran.
"Pfft—kasihan."
"Sangat bodoh, jelas-jelas peraturannya ditulis."
"Ssst … mungkin, mereka tidak bisa membaca."
Leo melirik, menemukan beberapa orang yang mengenakan jubah berjalan masuk dengan mudah. Mereka saling berbisik, jelas mengejek. Terlebih beberapa orang kesatria yang mengikuti di belakang, turut menoleh, menyeringai dan mendengus merendahkan.
Cosmos tidak pernah dihina seperti ini secara langsung,, kemarahan mendadak meledak di dadanya. Bila bukan karena ada tangan kecil yang mengcengkram tangannya dengan erat, Naga Perak ini pasti akan memanggang mereka semua menjadi arang!
"Kita makan di tempat lain," Leo membuat keputusan. Tidak marah sama sekali dengan tindakan kekanakan itu. Mengejek dan diejek, ia sudah terbiasa. Namun Cosmos berbeda. Naga ini sangat arogan, bagaimana mungkin mentolerir penghinaan? Karena itu, dengan berbaik hati, Leo merentangkan kedua tangannya.
Mood Cosmos tidak langsung membaik. Sepasang kelereng emas menatap si kecil, lalu menggendongnya dengan mudah. Meski marah, Naga Perak cukup tahu diri untuk tidak mengamuk di tempat umum.
Digendong di tempat umum? Biarkan! Peduli setan dengan pandangan orang-orang, yang terpenting Naga ini tenang! Leo berusaha membuang rasa malu yang menjalar ke wajahnya. Ayolah, bukankah ia sudah terbiasa digendong? Bahkan dimandikan dan disuapi? Apa perbedaan ini ketika mereka di hutan? Abaikan mata mereka, abaikan saja, An Leo!
Ia masih bocah, okay! Bukan Penyihir tua berumur ribuan tahun!
Mencoba memasang ekspresi serius tanpa menyadari rona merah sudah tumpah melewati telinga dan pipi chubbynya, Leo membuka Asisten kembali. Oke, otoritas penuh memang di tangan, tetapi ia juga menyembunyikan kendali penuh ini. Akan sangat bodoh bila ia memaksa masuk hanya untuk menikmati makan enak. Satu-satunya alasan memilih restoran ini karena rekomendasi Cosmos.
Dengan mata berbinar dan wajah serius, Naga perak mengatakan bahwa restoran ini adalah restoran terenak dan fasilitas terbaik. Tahu dari mana? Tentu saja, Asisten. Namun sayang, Internet tidak mengatakan bahwa mereka bisa masuk seenaknya. Ternyata, pakaian menjadi syarat pertama untuk masuk, setelah kebutuhan koin yang harus berlimpah.
"Baby, mau makan di mana?" Cosmos kembali berjalan di trotoar, melewati beberapa gedung yang memamerkan dagangan mereka. Pejalan kaki agak ramai, dengan beberapa kendaraan terbang mirip pesawat kecil yang berlalu-lalang.
Menggendong Leo dengan satu tangan dan tangan lainnya fokus dengan layar transparan melayang-layang, ekspresi Naga perak terlihat sangat serius. Ia berjalan konstan, tidak sedikit pun menabrak orang-orang di sekitar.
Remaja cantik menatap layar. Melihat jemari lentik Ayah Naganya membuat ulasan buruk pada Restoran Mewah yang baru saja mengusir mereka. Bahkan tanpa ragu, ikut mengajak beberapa teman Internetnya untuk memberikan ulasan buruk!
Papa Leo: Cabut Investasi untuk Restoran Royal.
"Jangan!" Leo refleks menggenggam tangan sang Naga sebelum pesan dikirim. Gila! Ayahnya ingin mengajak beberapa Investor untuk mencabut Investasi mereka di restoran mewah itu! "Jangan seenaknya melakukannya!"
"Kenapa?" alis Cosmos terpaut, jelas tidak setuju dengan ucapan putranya. Mereka diusir begitu saja, bahkan dihina! Bagaimana bisa Naga ini menerimanya?! Melakukan beberapa Investasi jarak jauh selama lebih dari 7 tahun terakhir, Cosmos sudah masuk ke dalam lingkungan Investor yang dikejar banyak perusahaan. Meski Royal Cafe & Resto bukan salah satu tempat ia menumpahkan uangnya, Cosmos masih memiliki banyak teman yang berhubungan dengan dunia bisnis.
Hanya satu kalimat, Cosmos benar-benar bisa membuat sebuah restoran mewah, kaya dan tua menjadi bangkrut hanya dengan satu kalimat permintaan!
"Mereka tidak mengusir kita, mereka memberitahu kita dengan benar. Bagaimanapun, itu sudah menjadi aturan di sana dan mereka tidak tahu siapa kita, apakah pantas untuk marah?" Leo cemberut, melepaskan tangan putih Ayahnya. "Papa, Restoran Royal sudah sangat terkenal dan menjadi salah satu daya tarik di Planet Ruby. Tidak bisakah membiarkannya? Bukankah Pajak yang mereka bayar juga cukup memuaskan?"
Kata-kata terakhir adalah poin utama.
Hal ini membuat Cosmos menghela napas. Kembali mengalah, Naga Perak membuka layar lain dan mencari opsi yang berbeda untuk menjadi tempat makan mereka. Helaan napas terlontar. Leo, tanpa ragu mulai bertingkah manja untuk mengalihkan perhatian Naga Perak. Memeluk leher sang Naga, lalu dengan ekspresi penuh semangat, memilih-milih restoran mana yang akan dikunjungi.
"Bagaimana bila di sini?" Leo menunjukkan sebuah Café. Dekorasi Café agak unik. Dengan dinding kecokelatan dan beberapa tanaman hijau, memberikan kesan damai dan natural. Leo suka melihatnya, review Café ini juga bagus.
Cosmos setuju. Bagaimanapun, ia tidak pilih-pilih makanan. Karenanya, sepasang berambut perak berjalan menuju Café dan kali ini, tidak diblokir di depan pintu. Namun Leo menemukan hal yang berbeda.
Pengunjung Café, tidak ada satu pun yang mengenakan jubah. Sebagian besar adalah Zero, orang-orang dengan wajah yang tidak terlalu muda, bahkan sebagian besar bertubuh besar dan berpakaian kasar. Hal ini agak … tidak terduga. Leo merasa pergi ke sebuah Pub ketimbang Café.
Mengambil meja di lantai dua tepat di samping jendela, Leo dan Cosmos memesan makanan. Anehnya, orang-orang ini memberikan menu yang secara menual ditulis pada sebuah papan kayu. Seseorang juga melayani, bukan robot. Hal ini membuat Leo tertarik. Bukankah sebagian besar beberapa pekerjaan akan dilakukan oleh robot?
"Tidak ada robot di sini?" ketika pelayan menyerahkan menu, Leo tanpa ragu bertanya.
Pelayan perempuan itu tertegun, lalu beberapa detik kemudian tersenyum. Sosok dengan rambut merah dan mata hijau itu adalah wanita yang cantik, jelas merupakan ras manusia. "Sepertinya kalian orang baru?"
"Um," Leo mengangguk—menjawab tanpa ragu. "Kulihat banyak Restoran dan Café menggunakan robot, tetapi kalian menggunakan pelayan hidup? Bahkan untuk menu, menggunakan pekerjaan manual?"
Pelayan wanita itu tersenyum sopan. Mengangguk. "Café ini sudah berusia ratusan tahun dan sudah diturunkan beberapa generasi, setiap generasi memiliki pegangan yang sama dan tidak mau mengubah kebiasaan ini, jadi … bahkan Menu, masakan dan cara berurusan dengan pelanggan, tidak akan jauh berubah."
Leo mengangguk mengerti.
"Lagi pula, beberapa restoran tua juga melakukan hal yang sama, jadi ini bukan hal yang aneh," senyuman sang Pelayan lebih lebar. "Bagaimanapun, benda mati tidak akan bisa dibandingkan dengan makhluk hidup, bukan?"
Mendadak, sang remaja teringat dengan restoran pertama yang mengusir mereka …
Melihat pelayan yang ramah dan situasi di lantai 2 yang cenderung ramai, Leo menunduk menatap menu. Harga yang tertera tidak bisa dibilang murah, bagaimanapun memakan makanan padat merupakan hal yang mahal. Sekarang, kebanyakan orang akan memakan cairan nutrisi untuk asupan tubuh. Kebanyakan yang masih memakan makanan padat hanya orang-orang yang memiliki 'uang lebih'.
Melihat menu, Leo tanpa ragu membaca beberapa hidangan masakan laut, juga beberapa cemilan dan minuman yang menarik minatnya.
"Oke, apakah itu semua?" tanya sang Pelayan setelah mengulang kembali pesanan si kecil.
"Papa tidak mau memesan?" Leo menoleh, menatap Naga Perak yang sejak tadi diam memperhatikan. Sosok pemuda tampan, dengan helai perak yang menyentuh kulit pucatnya itu bagaikan patung. Duduk diam tanpa suara.
"Tidak," Cosmos tidak tertarik untuk memesan makanan, ia masih ingin melihat-lihat sekitarnya yang asing dan aneh. Lagipula, ia tidak lapar sama sekali. "Baby saja yang pesan."
Leo tidak merasa aneh mendengarnya. Ia kembali memalingkan wajah dan mengangguk. "Hanya itu," ujarnya. "Ngomong-ngomong, kami orang baru di sini, jadi … boleh aku bertanya beberapa hal lagi?"
Pelanggan kecil ini tidak ragu memesan beberapa hidangan mahal, tentu saja sang Pelayan mengangguk. Terlebih, si kecil sangat cantik! Kakaknya juga sangat tampan! "Ya, apa yang ingin ditanya?"
"Planet ini benar-benar aman? Maksudku … di sini banyak Penyihir, apakah memang aman?"
Pelayan itu terkekeh. "Tentu saja aman," ujarnya geli. Lalu ia menatap ke luar dan menunjuk ke seseorang yang mengenakan jubah di sana secara diam-diam. "Lihat di sana? Para Penyihir tidak akan pernah pergi keluar sendirian, mereka akan selalu membawa Guardian mereka."
Mereka yang mengenakan jubah adalah Penyihir.
Leo langsung mengambil kesimpulan.
"Terlebih lagi, banyak Guardian tunggal yang berkeliaran. Yah … jumlah Penyihir jauh lebih sedikit ketimbang Guardian, mereka tentu saja tidak akan melepaskan kesempatan untuk mendekati para Penyihir agar mau mengambil mereka," Pelayan itu merendahkan suaranya—takut bahwa akan menyinggung beberapa pihak.
Leo menatap Pelayan dengan bingung. "Bukankah Guardian dipersiapkan oleh Negara?"
Guardian adalah Kesatria yang dilatih untuk merawat dan melindungi Penyihir. Umumnya, mereka lebih seperti pengasuh. Mengingat Penyihir di zaman ini cenderung langka dan lemah, tentu saja memerlukan perawatan khusus. Karenanya, setiap Negara akan melatih Guardian, menempatkan mereka kepada Penyihir yang bahkan baru saja lahir.
Sang Pelayan menatap sepasang pemuda dan remaja yang rupawan itu. Ia ragu-ragu, kemudian mencondongkan tubuh dan lebih merendahkan suaranya. "Beberapa Guardian di sini sebagian besar adalah Guardian Liar … bagaimanapun, Negara hanya memberikan satu Guardian eksklusif untuk satu Penyihir. Beberapa Penyihir dan keluarga Penyihir cenderung merasa tidak aman meninggalkan keluarga mereka di tempat asing, jadi satu Penyihir, biasanya memiliki lebih dari satu Guardian yang menjaga mereka."
Pelayan itu terdiam selama beberapa detik, cemberut, lalu kembali melanjutkan. "Lalu dari yang kudengar … beberapa Penyihir terlahir di zona kelabu dan tidak memiliki kewarganegaraan, karena itu, beberapa Bangsawan juga akan mendidik beberapa Kesatria menjadi Guardian dan mendekati Penyihir-Penyihir ini. Karenanya, selain dari keberadaan Guardian Liar, juga ada banyak Guardian yang dikembangkan oleh beberapa Bangsawan."
"Hmm … ," Leo bergumam, lalu beberapa detik kemudian menggelengkan kepala. "Ternyata begitu. Tidak peduli apakah ini zona kelabu, permainan politik tetap akan selalu ada," ujarnya seraya menghela napas.
Pelayan itu turut menghela napas. "Benar," setujunya.
"Yah … Kakak, terima kasih informasinya," Leo tersenyum, diam-diam memasukkan satu koin emas di tangan sang Pelayan. Sosok itu membeku, lalu berseri-seri dan dengan cepat menyembunyikan koin emas ke dalam sakunya.
"Tentu," ujarnya ramah. "Lain kali, bila ada beberapa hal yang ingin ditanyakan, tanyakan saja!"
Leo mengangguk setuju. Setelah beberapa patah kata, Pelayan itu pergi untuk memesankan makanan.
"Baby punya koin emas?" Cosmos menatap Baby yang duduk di sampingnya, menatap dengan bingung. 1 koin perak seharga 10 koin tembaga dan 1 koin emas seharga 100 koin perak. Namun benda-benda itu biasanya hanya berupa angka, Cosmos tidak pernah melihat langsung.
"Punya," Leo mengangguk. Bagaimanapun, zaman dulu tidak ada benda praktis seperti Asisten yang menjadi alat perantara untuk mentransfer uang. Beruntung di zaman ini, mata uang tidak berubah sama sekali dan orang-orang masih cenderung menggunakan uang nyata ketimbang elektronik. "Papa mau beberapa?"
Cosmos mengangguk tanpa ragu dan langsung mendapati sebuah kantong kain tergeletak di depannya. Sang Naga mengulurkan tangan. Menyentuh mulut kain dan menemukan beberapa koin emas dan perak menumpuk di dalam Kantung Ruang berukuran kecil. Hanya sekitar 20 x 20 cm, tetapi penuh dengan gemerincing uang.
Si perak langsung menyimpannya ke dalam Kantung Ruang pribadi. Bagaimanapun, Leo sudah memberikannya Kantung Ruang berwujud cincin hitam di jarinya. Ruang itu sangat besar, bisa memuat berbagai macam hal.
"Harga Kristal Penenang naik lagi!" suara kasar seorang pria terdengar. Leo diam-diam menguping, menyaring beberapa obrolan dan mendengarkan berbagai macam hal yang berada di restoran ini.
"Naik lagi? Jadi berapa?"
"Kemarin aku membeli Level 1 jadi 1 koin emas!"
"Ck! Benar-benar mahal—bukankah baru lusa kemarin harganya 80 Perak?"
"Haah … mereka yang memiliki Penyihir benar-benar beruntung, bukankah mereka jadi bisa menghemat Kristal Penenang?"
Kristal Penenang, Kristal yang mampu menyerap kemampuan Penyihir untuk menenangkan Anomali yang terjadi pada Kesatria dan Zero. Benda ini hanya sekali pakai. Bila energi di dalamnya habis, akan segera hancur menjadi abu. Umumnya benda itu hanya digunakan ketika mereka mengalami Anomali, bukan hal aneh bila Kesatria dan Zero akan selalu memegangnya.
Namun …
Bukankah lingkungan ini damai? Kenapa sangat rentan dengan Anomali? Mendengar betapa mereka sangat kesal karena naiknya harga Kristal Penenang, membuat Leo mengerutkan kening. Sungguh, bukankah berarti mereka sering menggunakan Kristal Penenang? Berarti mereka sering mengalami Anomali? Tidak ada istilah ketergantungan pada pemakaian Kristal Penenang. Benda itu hanya berfungsi meredam Anomali dengan paksa dan cepat, itu sebabnya Kristal Penenang umumnya digunakan bila Anomali menyerang di situasi yang tidak menguntungkan seperti ketika sedang bertarung atau berada di tempat umum. Namun selama mereka bisa menahan Anomali, umumnya Anomali akan hilang dengan sendirinya tanpa bantuan apapun.
"Makanan Anda, Tuan."
Hidangan demi hidangan dijajakan di atas meja. Makanan hangat berbaris rapi, mengeluarkan aroma lezat yang membuat lidah bergoyang. Leo dan Cosmos tanpa ragu mengambil bagian. Memakan ikan kakap filet, sup, kerang, rumput laut dan beberapa makanan lainnya. Untuk makanan penutup, Leo memakan sup buah yang segar.
Rasanya, tidak selezat wujud dan aromanya. Leo agak kecewa, terlebih harganya sangat mahal! Masih jauh lebih enak makanan yang dibuat Cosmos. Namun, menyia-nyiakan uang yang telah dikeluarkan, bukan sifatnya. Karena itu, meski tidak habis, ia makan sampai perutnya membuncit.
"Kenyang?" Cosmos berkedip, menepuk perut kecil yang agak menggelembung. Leo cemberut, bersandar di kursi dan mengangguk. Ia bahkan bersendawa. Benar-benar mencoreng citra pangeran kecil yang imut meski tidak puas dengan rasa makanannya.
"Oke, ayo kita pergi," Leo berujar, tetapi masih enggan untuk bangun. Sudah terlalu malas untuk bergerak karena perut yang kenyang. Hal ini membuat sang Naga tersenyum. Meraih si kecil dan menggendongnya kembali. Kali ini, Leo benar-benar pasrah. Sudah meredam semua rasa malu dan menganggapnya angin lalu. Yah ... kebiasaan adalah hal yang mengerikan. Sudah terlalu sering dimanja, Penyihir tua mulai tidak mengenal rasa malu lagi.
"Pergi ke mana?"
"Naik kereta, ikuti tanda panah," jawab sang Naga seraya membuka asisten dan mengirimkan tiket. Cosmos menatap layar transparan yang melayang di hadapannya dan tanpa ragu berjalan keluar dari Restoran setelah membayar makanan.
Teknologi di zaman ini dan di zamannya benar-benar berbeda. Leo tidak berhenti menatap ke kanan dan ke kiri. Selama di perjalanan, kelereng emas yang bulat menemukan beberapa teknologi yang membuat matanya berbinar.
Beberapa kapsul melayang dengan ketinggian yang rendah, beberapa gedung pencakar langit yang berjajar menghalangi matahari, tetapi mampu mempertahankan kehangatan siang hari. Ketika mereka melewati toko elektronik, Leo tidak bisa menahan diri untuk menarik Cosmos agar mereka bisa mampir.
Toko itu menyediakan beberapa jenis robot dan juga Asisten. Masing-masing robot yang memiliki perbedaan fungsi berjajar di dalam kaca transparan. Ruangan besar yang tenang, dengan banyak pengunjung yang kerap berkeliling dan melihat, membuat Leo merasa masuk ke dalam sebuah pameran seni ketimbang toko.
Ada robot pengasuh, roboh pelindung, robot pengajar—beberapa jenis robot dengan fungsi utama dan kendali jarak jauh berjajar rapi. Sangat mengeutkan bahwa robot dan kecerdasan buatan dijual terpisah. Selama kecerdasan buatan tidak dibeli, Robot hanya bisa bergerak secara manual. Tanpa kecerdasan sama sekali. Terlebih, melihat harga cangkang jauh lebih murah ketimbang harga AI. Yah ... satu AI bisa memegang beberapa cangkang. Sayang, fungsi AI tidak bisa terbelah dan hanya fokus kepada tujuan utama pembuatannya saja.
"Bukankah ini edisi terbatas?! Woah … coba lihat fiturnya! Sangat keren!"
"Kudengar, ini hanya diproduksi 10 saja kan?!"
Bisikan dan ucapan penuh kekaguman terdengar, mengelu-elukan suatu produk. Leo tidak tertarik, tetapi Cosmos jelas berbeda. Naga Perak itu menoleh, matanya berbinar menatap ke arah kerumunan. Di sana, beberapa orang berkumpul, mengerumuni sesuatu seperti semut mengerumuni gula.
"Papa mau ke sana?"
Cosmos mengangguk.
Leo mengerucutkan bibir. Ia tidak suka keramaian dan sosok ini juga pasti tidak suka, tetapi ada hal yang menarik minat sang Naga ...
Menghela napas, Leo mengangguk. "Ayo kita lihat?"
Senyuman kecil merekah di bibir tipis itu. Cosmos tanpa ragu mendekat. Memanfaatkan tubuh yang tinggi, sosoknya dengan mudah melihat sebuah robot setinggi 160cm, berdiri cantik di dalam perlindungan kaca transparan.
Leo juga melihatnya, lalu membeku kaku.
Robot yang di elu-elukan banyak remaja dan orang, ternyata merupakan robot cantik seorang remaja. Dengan mengambil wujud Elf yang indah, sosok berambut emas panjang dan mata hijau itu mengenakan armor perak yang terlihat kuat. Ada panah di punggungnya, dengan sebuah perisai berbentuk segi lima yang dipegang pada tangan kiri.
BUKANKAH INI MAINAN KESUKAAN AYAHNYA?!
Leo tahu beberapa game yang sedang dimainkan Ayahnya. Salah satu karakter yang sering terlihat pada layar transparan Ayahnya, adalah sosok ini. Entah apa gunanya, tetapi berlama-lama di sini membuat sang remaja menjadi kesal. Terlebih, robot sialan itu terlihat jauh lebih cantik darinya!
"Papa, kita ke tempat lain," Leo cemberut, menunjuk ke sisi lain. Cosmos tidak bereaksi. Naga Perak itu masih menatap ke depan dengan penuh minat. Ekspresi wajah pemuda tampan itu terlihat serius. Seolah mempertimbangkan ingin membeli ...
"Papa!"
Leo melotot, menyadarkan Cosmos dari dunianya. Beberapa orang bahkan menoleh, menatap sosok pemuda dan remaja, tertegun dengan posisi di mana sosok remaja digendong oleh kerabatnya. Namun, tidak mau mencari masalah, beberapa orang langsung memalingkan wajah, kembali fokus untuk menggosipkan robot di dalam kaca.
"Kita ke bagian lain," ujar sang remaja, melotot memperingatkan. Pemuda tampan itu jelas enggan, tetapi mau tidak mau, menurut. Jadi keduanya kembali berjalan dan sampai ke bagian Asisten.
Kali ini, lantai yang dipenuhi dengan robot berganti dengan lantai yang dipenuhi dengan beberapa meja kaca, dengan desain gelang yang berbeda. Masing-masing gelang yang tergeletak di atas meja memiliki deskripsi yang melayang di atasnya. Setiap pengunjung tidak bisa menyentuh objek, tetapi layar akan dengan berbaik hati membagikan gambar 3D yang dapat diubah sudut pandang.
Leo tanpa sadar menatap pergelangan tangannya sendiri, lalu menatap pergelangan tangan Cosmos. Di tangannya, terdapat gelang hitam-emas yang berkilau. Tipis dan sederhana, tetapi ini adalah Micro yang sedang masa 'istirahat'. Sementara di pergelangan Cosmos merupakan sebuah anyaman bambu yang membentuk gelang. Itu adalah Asisten yang Leo buat sendiri.
Bagaimanapun, membuat Asisten, tidak terlalu sulit. Dengan arahan dan bantuan Micro, Leo bisa membuat Asisten untuk Papa Naganya. Namun melihat desain yang Cosmos gunakan, membuat Leo merasa buatannya sangat ketinggalan zaman. Oh, lihat Asisten yang dijual di sini? Sangat elegan! Masing-masing menonjolkan ciri khas dan juga terlihat menawan! Meski Leo tahu bahwa beberapa Asisten menambahkan fitur khusus seperti Kantung Ruang, tetapi Leo tidak bisa membuatnya. Itu sebabnya gelang Cosmos lebih lebar. Bagian depan adalah Asisten sementara bagian yang disambungkan adalah beberapa rune agar Asisten tidak mudah hancur. Kedua benda ini tidak menyatu, tetapi dijalin dengan anyaman.
"Nanti, aku akan memberikan Asisten baru untuk Papa," Leo cemberut, menepuk bahu sang Naga agar mereka meninggalkan bangunan.
Si perak tersenyum mendengarnya. "Baby sudah membuatkan Papa satu kan?"
"Itu jelek," Leo mencibir. Teringat dengan berbagai macam desain yang berkilau dan elegan. Pencampuran warna antara hitam dan perak, dengan bahan kulit yang terkesan liar, atau dengan bahan tertentu yang Leo tidak tahu. Banyak jenis dan desain, Leo jadi merasa memberikan sampah kepada Naga perak ini. "Aku akan membuatnya menjadi lebih bagus!"
Mengulum senyuman, si perak mengangguk. "Oke, Papa menunggunya." Jeda beberapa detik, sosok Naga mendadak mendapatkan ide. "Boleh Papa yang mendesainnya?"
Sepasang iris emas yang bulat menatap bingung Cosmos. "Papa bisa mendesainnya?"
"Papa bisa meminta orang lain mendesainnya, menyesuaikan gambar sesuai dengan keinginan Papa."
Oh, benar. Selama ada uang, kenapa mereka harus repot? Leo mengangguk setuju. Namun beberapa detik kemudian, sang remaja tertegu. Seolah memikirkan sesuatu, sebelah alis sang remaja terangkat.
"Papa ingin membuat Asisten yang sama dengan yang ada di komik bacaan Papa?"
"Ada beberapa yang menjualnya di Toko Online, Papa tidak mau," Cosmos langsung menyangkal. Tahu persis bahwa ia sedang dicurigai. "Papa ingin membuat desain Asisten yang bertemakan dengan Game Galaxi."
Tema.
Hanya satu kalimat, Leo langsung mengerti bahwa Papanya tidak ingin memiliki Asisten dengan desain yang pasaran. Dengan kata lain, sosok ini menginginkan Asisten dengan desain eksklusif, tetapi tetap pada hobinya ...
Leo tidak menolak. Bagaimanapun, ia sudah berjanji. Lagipula, bila desainnya bagus, kenapa tidak? Yah ... sesekali, bekerja sama dengan hobi Ayahnya, bukan sesuatu yang jelek. Toh, Leo tidak benar-benar melarang kegemaran Ayahnya perihal bermain game, membaca komik dan membaca novel. Karena itu, sepasang Ayah Anak mencapai konsesus. Menunggu hingga waktunya tiba agar hadiah si kecil dapat dibuat dan diserahkan.
Well ... sifat cemburu Leo mulai keluar ahahaha
okay, terima kasih sudah membaca!