webnovel

BAB 32: UNSTOPPABLE ERROR

Madrid, Spanyol

"Halo?" tanya Jirayu sembari mengangkat telepon Mile. "Ini siapa?" (*)

(*) Waktu Spanyol lebih lambat 6 jam 17 menit. Jadi, kalau di Thailand Kamis, jam 2:17 dini hari, di sana masih Rabu, jam 8:17 malam.

Suara Paing menyahut dari seberang sana. "Sebelum itu, apa Anda ini suami temanku?" tanyanya. "Aku menemukannya sakit di sebelah bar kenalan. Mabuk. Kubawa pulang ke rumah seseorang saat ini. Dia dalam masa perawatan."

Jirayu menghentikan mobil di belakang lampu merah. Masih 1 menit 15 detik sebelum berjalan lagi. Lelaki tampan itu pun fokus ke telepon, lalu mengatakan situasi. "Bukan, saya ini co-translator untuk Sekretaris Wen. Kami baru saja bertugas dalam lapangan. Tapi, ponsel dan koper Tuan Mile memang kami bawa. Beliau tadi siang buru-buru ke Toledo untuk menemui klien. Nanti  kabar itu pasti disampaikan segera." (*)

(*) Toledo: suatu daerah yang cukup dekat dengan Madrid. Hanya 70 km perjalanan. Tidak sejauh kota-kota lainnya.

Paing terdengar sedikit kecewa, "Oh, iya. Baiklah," katanya. "Kalau begitu beritahu juga kalau besok Apo kupindah ke RS. Detail nomor kamar dan lain-lain akan kukirimkan setelah diurus. Mungkin akan kutelepon anggota keluarga lain untuk menunggui kondisinya."

"Baik," kata Jirayu. Dia mengabaikan Wen yang bertanya 'itu siapa' di belakang, lantas mengecek hitung mundur lampu merah. "Begitu tiba pasti kujelaskan pada beliau. Kalau boleh tahu atas nama siapa ini? Biar setidaknya jelas."

"Oke, aku Paing. Paing Takhon--"

DEG

"Apa?! Astaga, Tuan Takhon! Maaf, saya tidak mengenali suara Anda!" kata Jirayu mendadak panik. Dia sampai menegakkan duduk tanpa sadar, sebab sang ayah bekerja untuk perusahaan lelaki itu hingga nyaris pensiun.

Paing tertawa kecil di seberang sana. "Ha ha ha. Iya, no prob," katanya. "Aku tutup dulu teleponnya."

"B-B-Baik! Siap!" kata Jirayu sampai bingung menjawabi obrolan.

Tuuuuuttttsss ....

Wen tiba-tiba menepuk bahunya dari belakang. "Hei, jalan. Tidak dengar apa klakson nyaring di sekitar? Kita sudah lampu hijau!" katanya kesal.

"Oh! Shit, tunggu," kata Jirayu yang refleks menginjak gas mobil. "Aku harusnya lebih sopan kepadanya. Hahh ...."

Brrrrrrrrmmmmmmm!

Setelah mereka melaju cepat, Wen pun geleng-geleng sambil melanjutkan kegiatannya mengecek data.

***

Toledo, Spanyol.

Mile uring-uringan karena menemukan banyak hal tak sesuai ekspektasi. Dia keluar ke Puente De Toledo karena tak bisa berpikir, padahal tadi tersenyum manis saat duduk di depan sang klien. "Apa-apaan yang barusan itu?! BEDEBAH!"

BRAKHHH!

Mile pun membanting pintu mobil, sementara Manajer Yuze menyusul dari belakang.

"Tuan Presdir! Tuan Presdir! Saya belum bisa menghubungi Tuan Bas sampai kini," kata Yuze yang berlari kecil mengekori. "Beliau kemungkinan kan sekarang istirahat. Kalau tidak salah di Thailand belum ada pukul 3?"

"PERSETAN!" maki Mile. Dia menginjak gas untuk pergi, padahal tadinya harus mengobrol lebih untuk klien penting ini. "Dasar COO tidak tanggung jawab! Kenapa bisa sampai kelewatan? Sudah kerja 5 tahun tapi masih sembarangan! Apa perlu kumarahi semua bawahannya? Pemotongan gaji takkan menutupi kerugianku kali ini!" katanya dengan mata yang berapi-api. (*)

(*) COO (Chief Operating Officer) atau biasa disebut direktur operasional. Jabatan ini satu tingkat di bawah CEO, dan melapor pada CEO. Ini hanya tersedia dalam perusahaan manufaktur tingkat besar (pabrik barang jadi). Kalau bergerak di bidang medis seperti Paing enggak perlu ada.

Yuze pun tak mau berkomentar lagi. Dia ikut masuk mobil dan terus menerus memanggil, walau tetap tidak ada sahutan dari seberang.

"AAAARRRGGGGHHHHHH!!" teriak Mile sangat kesal. Dia sempat memukul setir karena geram, tapi setelah itu baik-baik saja. Wajahnya begitu tenang, menyimpan intrik. Tinggal bantai saja sang COO besok pagi. Mati kau Bas setelah ini. Bisa-bisanya situasi mengerikan tadi ada. Untung aku bisa kendalikan. Jika tidak ... ini akan jadi lebih parah.

Brrrrrrrrmmmmmmm!

Mobil itu pun membelah malam dengan kecepatan tinggi. Mereka menuju ke Hotel Villa De La Reina, Madrid. Dan itu tanpa berhenti. Mile tidak mau buang-buang waktu. Dia sampai dalam waktu dua jam, sementara Jirayu ikut nyaris kena hantam juga.

"Tuan Presdir! Selamat datang di Madrid--"

PRAKH!

"Parkirkan," kata Mile dengan melempar kunci mobilnya. Langkahnya cepat memburu lift di ujung. Begitu pun Sekretaris Wen yang mempersiapkan laporan. "Jangan lupa persiapkan pesawatnya. Besok pagi langsung ke Las Vegas. Aku harus istirahat sebentar ...."

"Eh, tapi Tuan! Tadi ada--"

Ting!

Mile, Yuze, dan Wen sudah masuk ke dalam lift sebelum Jirayu angkat bicara. Mereka naik ke lantai entah berapa, sementara Jirayu meremas rambut frustrasi.

"ARRRGHH! Astaga! Sudah kuduga pertemuan hari ini tidak bagus!" kata Jirayu sembari berlari. Dia pun segera melaksanakan perintah, walau dalam hati bingung juga bagaimana harus menyampaikan pesan. Sangat buruk! Sangat buruk! Kalau sudah begini mana mungkin kuganggu? Beliau sudah tak berhenti nyaris tiga hari. Ya Tuhan ... mungkin lebih baik kutelepon rumah saja!

Bertepatan dengan berlalunya Jirayu, Yuze dan Wen pun memburu Mile dengan dokumen-dokumen di tangan. Mereka melapor satu per satu, bergantian, sementara Mile duduk frustasi sambil mengendurkan dasinya yang terasa mencekik jiwa. "KATAKAN! Aku tidak mau ada yang terlewat lagi sebelum besok kita berangkat!" katanya.

"Baik!"

"Baik!"

Mile pun mendengarkan kedua bawahannya bicara, padahal kepala sudah berdenyut-denyut karena kurang tidur. Dia sebenarnya ingin memukuli dinding, tapi harus tetap tenang agar masalahnya tidak merembet kemana-mana. Demi Tuhan! Kalau saja perusahaannya sendiri mungkin Mile sedikit tenang. Tapi ini milik Apo. Dia tidak mau mengecewakan sang Omega karena sudah dipercaya meng-handle segala urusan.

"Oke, bagus. Sekarang pergilah, kita bertemu lagi sebelum matahari terbit."

"Baik!"

"Baik!"

Dan begitu dua orang itu pamit, Mile pun ambruk setelah menyuntikkan sebotol dopamin dalam kulitnya.

BRUGHHHHHHH!

"Maafkan aku, Apo. Besok semua ini pasti kuurus," batin Mile sebelum terpejam total. "Aku benar-benar tidak bisa memaksamu diam, jika tidak mempertanggungjawabkannya begitu saja."

Bersambung ....

Dopamin adalah senyawa kimia organik yang biasanya disuntikkan dalam infus. Ini berfungsi untuk mengendalikan emosi, kecemasan, dan konsentrasi. Juga rasa sakit pada tubuh seperti kram, kaku otot, dan termor.