Waktu berputar begitu cepat hingga terkadang insan yang hidup di dunia tidak menyadari. Sama hal nya dengan Aluna, ia sangat terkejut menyadari bahwa pernikahan nya dengan Zaedan tinggal menghitung hari. Tepat nya tersisa 6 hari sebelum hari besar itu tiba.
Setelah rencana membujuk Zaedan untuk membatalkan pernikahan ditolak mentah-mentah, Aluna sudah tidak mau ambil pusing lagi. Terlebih setelah ia menceritakan masalah ini kepada Zeze, Riko, Mita, Nela, dan Nadine. Langkahnya semakin ringan, ia berusaha ikhlas menjalani takdir Tuhan dengan sukarela. Lebih fokus kepada skripsi merupakan tindakan tepat yang diambil oleh gadis cantik ini, hingga saking sibuknya menuntaskan studi, sampai lupa akan hari pernikahan yang menanti.
**
"Gimana skripsi mu?," ini suara pria yang berhasil membuka mulut setelah lama terdiam seribu bahasa. Sekian lama tak berjumpa dan berinteraksi dengan gadis yang tak lama lagi menjadi wanita nya, membuat Zaedan sedikit canggung. Terlebih perjumpaan terakhir dengan sang gadis terkesan kurang menyenangkan "-ku dengar sudah di ACC dan tinggal menunggu sidang". Ungkapan ini mengusung ekspresi kurang sedap perempuan yang duduk di samping.
'Kalo sudah tau kenapa bertanya', kata hati wanita menanggapi ucapan terakhir Zaedan. Teramat jengkel mellihat wajah calon suami. "Iya kang, 8 hari lagi sidang nya. Doakan ya semoga lancar" faktanya kata ini yang meluncur dari bibir mungil merah milik wanita berambut panjang. Ekspresi yang disuguhkan bertolak belakang dengan perasaan nya. "Sudah tidak sabar mau wisuda", kembali Aluna berbicara sambil membayangkan betapa indah moment wisuda yang selama ini dinanti.
"Semoga saja..", hanya ini yang keluar di bibir tebal dan seksi milik Zaedan. Yang semakin menambah kesal dan jengkel Aluna. Wajah datar dan dingin konsisten ditampil kan Zaedan. "Berarti sidangnya setelah kita menjadi suami istri?" lagi-lagi Zaedan melempar kalimat retoris, entah kenapa setiap dekat dengan Aluna membuat ia mati kutu. Bingung mau melalukan apa atau sekedar berbicara pun tak sanggup.
"Iya kang, Em..., kalo misalnya nanti saya wisuda berati akang hadir dong?" masih dalam zona khayalan. Aluna melontarkan pertanyaan yang menggelitik hati. Entah kenapa ada yang sedang senang mendengar pertanyaan itu. "Emm..., itu pun kalo akang bersedia" Aluna sadar calon suaminya orang super sibuk, mana mungkin bisa meluangkan waktu untuk sekedar datang. Terlebih kedepan ikatan antara mereka hanya kedok saja.
"Entah lah, aku tidak bisa janji. Kau tau sendiri aku sangat sibuk" ada niat yang terpatri dalam hati Zaedan untuk menghadiri moment tersebut ketika waktunya telah tiba. Akan tetapi perkataan tak sesuai dengan perasaan.
Mobil BMW 8i putih melaju membelah jalanan ibu kota yang selalu padat. Kondisi di luar berbanding terbalik dengan suasana penumpang mobil. Sunyi senyap tanpa kata setelah sempat berdialog ringan.
Mobil berwarna putih menuju butik langganan Melinda. Ibu Zaedan meminta anaknya mengantar calon istri untuk fitting baju pengantin sekalian untuk dirinya sendiri. Padahal calon mempelai pria tampak tak berminat akan hal tersebut. Ini hanya keterpaksaan demi menghindari teror sang ibu yang tidak akan pernah berhenti sebelum niatnya terlaksana.
**
Kedatangan pria dan wanita yang ternobatkan sebagai calon pengantin disambut hangat oleh seorang gadis cantik. Aluna sempat minder ketika membandingkan visualisasi dirinya dengan wanita di hadapannya. Entah mengapa ia merasa justru wanita itu lebih cocok dan pas jika disandingkan dengan Zaedan kebanding dirinya. Ya, wanita cantik itu merupakan pemilik butik, butik langganan keluarga besar Zaedan. Terutama sang ibu.
Tasya, wanita cantik yang sempat ingin dijodohkan dengan Zaedan sedikit terkejut mendengar Zaedan akan menikah dalam waktu yang dekat. Pasalnya kakek Yudistria dan nyonya Melinda sering bercerita kepada dirinya jika Zaedan sudah 4 tahun sendiri. Lalu bagaimana cerita nya sekarang justru ingin fitting gaun pengantin.
"Ibu ku sudah memesan baju untuk kami bukan?", kalimat pertama yang keluar dari mulut Zaedan bukan sapaan, melainkan pertanyaan to the point terkait kedatangannya bersama Aluna ke butik milik Tasya. Tasya langsung sadar dari lamunannya dan langsung mengangguk ringan "Silahkan, coba sekarang baju yang sudah disiapkan ibu. Biar cepat selesai, kau taukan kalo aku sangat sibuk" titah Zaedan yang mengambil posisi duduk di sofa yang tersedia. Aluna langsung berjalan beriringan dengan Tasya masuk ke kamar ganti untuk mencoba gaun pengantin. Tasya pun tidak minat untuk menanyakan berapa pertanyaan kepada Aluna, terlebih pertanyaan mengapa ia bisa mau menikah dengan Zaedan. Tasya tidak mau ambil pusing, lagian dia juga tidak terlalu tertarik dengan Zaedan.
**
Setelah selesai dengan urusan baju. Kini Zaedan mengantar Aluna menuju kampus untuk mengurus beberapa berkas administrasi terkait jadwal sidang skripsi yang akan dilaksanakan nanti nya. Aneh memang, Zaedan yang biasanya menggunakan supir atau Roby justru inisiatif mengendarai mobil sendiri untuk pergi bersama Aluna.
Tindakan-tindakan tak biasa ini tidak disadari oleh kedua insan yang duduk tenang dalam mobil BMW 8i berwarna putih tersebut. "Pulang nanti naik apa?" Zaedan kembali membuat Aluna terkesiap akan caranya berbicara. Meski terdengar dingin, namun telinga yang mendengar justru merasa ada aura perhatian dibalik itu semua. "Saya sudah biasa naik angkutan umum kang" jawaban Aluna mengundang lirikan mata tak mengenakkan dari pria yang berada di samping nya. Seperti mengisyaratkan bahwa Aluna tidak boleh naik angkutan umum.
"Kang Zaedan tenang aja, saya sudah terbiasa naik angkutan umum kok. Kalo gitu saya pamit dulu, assamualaikum wr.wb" perkataan Aluna diikuti gerakan membuka pintu mobil. Aluna cepat-cepat keluar dari mobil tanpa melihat ke arah belakang sedikit pun. Sengaja memang, untuk menghindari tatapan tajam dari si pemilik kendaraan. Sedangkan yang duduk di dalam mobil malah menghela nafas panjang setelah sosok yang diamati kian menghilang dari pandangan. Tanpa pikir panjang, Zaedan memutar mobil menuju jalan raya dan melesat pergi kembali ke kantor.
Aluna dan Zaedan hanya memiliki agenda fitting baju yang akan digunakan untuk resepsi pernikahan di Jakarta. Sedangkan untuk persiapan lain sudah di atur oleh pihak keluarga Zaedan. Untuk resepsi pernikahan di Bandung, semua diurus pihak Aluna. Aluna tinggal pulang saja ke rumah beberapa hari sebelum hari H pernikahan di Bandung. Semenjak kejadian hari itu, Aluna yang terlalu sibuk dengan skripsinya tidak terlalu mengikuti sejauh mana perkembangan persiapan pernikahan mereka. Baik untuk resepsi di Bandung maupun di Jakarta. Tiba-tiba saja calon ibu mertuanya menelpon dan seketika mengingatkan tentang acara pernikahan ini. Ia juga heran, keluarga di Bandung pun sudah lama tidak menelpon apalagi membahas terkait persiapan pernikahan. Sehingga semakin membuat Aluna sejenak melupakan tentang masalah ini.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....