Rumah Sakit Petra Medika.
Dua orang manusia sedang mondar-mandir di selasar rumah sakit seperti menunggu sesuatu.
Cklek...,
"Gimana dok?".
"Tenang pak, pasien sudah ditangani dan sudah sadar. Lukannya tidak parah, tapi karena terdapat di kepala, darah yang keluar cukup banyak", dokter menjelaskan dengan tenang.
"Apa saya boleh masuk?", tanya Roby.
"Oh iya, sebelumnya pasien meminta seseorang atas nama Roby masuk ke dalam. Apakah itu anda?", tanya bertanya balik.
"Iya pak, saya sendiri".
"Baiklah, silahkan masuk" dokter memberi jalan kepada Roby sambil berlalu ke ruangannya.
Roby sedikit berbalik, mata hitamnya menatap tajam objek di depan seraya berkata. "Kau jangan ke mana-mana, jika kau pergi aku pastikan akan menemukan mu secepat mungkin TUNGGU DI SITU!!". Nada ancaman sangat kentara di telinga.
Cklek...,
Pintu perlahan terbuka menyajikan rancang besi dengan pria di atasnya.
"Bos, apa yang Anda rasakan sekarang?", tanya Roby sembari menghampiri Zaedan yang terbaring di brankar rumah sakit.
"Lebih mendingan, meski kepala ku harus dijahit", Zaedan sedikit meringis. Ia menunduk sejenak lalu tatapannya kembali ke arah Roby. Zaedan membuka mulut dan berkata. "Rob apakah wanita itu masih ada di sini?, apakah dia yang bernama Nabila?".
"Masih bos, dia tidak akan bisa lari sebelum menjelaskan semua yang telah dia perbuat. Tapi saya juga tidak tau apakah dia Nabila atau bukan". balas Roby.
"Dia ada di mana?", Zaedan kembali bertanya.
"Ada di luar".
"Kau pergi keluar sebentar, tanyakan apakah dia yang bernama Nabila. Jika bukan minta dia menerangkan identitasnya, kalo dia tidak mau cari informasi mengenai dirinya"titah Zaedan.
"Baiklah bos", Roby beranjak ke luar.
Cklek...,
Aluna refleks berdiri melihat Roby yang telah keluar.
"Siapa namamu?, apakah kau yang bernama Nabila?" selidik Roby.
Aluna terdiam mencerna pertanyaan Roby. 'Mengapa dia bertanya seperti itu?, apa hubungan pria yang di dalam dengan kak Nabila? apa dia kekasih kak Nabila?' monolog Aluna dalam hati, berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya.
"HEII jawab!!", sergah Roby.
"Ee..ee.., saya bukan kak Nabila tuan. Nama saya Aluna, saya hanya pegawai di toko kue kak Nabila" jawab Aluna gugup dengan kepala sedikit menunduk.
"Katakan identitas lengkap mu sekarang juga" ucap Roby dingin.
Aluna menatap Roby bingung bercampur rasa takut, mengapa dia menanyakan identitas dirinya? apa yang akan dia lakukan?, pikir Aluna.
"Jika kau tidak mau memberitahu, maka aku sendiri yang akan mencari tau. Jangan kau pikir kau bisa lepas dengan mudah" ancam Roby.
Aluna pun dengan terpaksa menceritakan identitasnya mulai dari namanya, kedua orang tuanya, kondisi keluarga mereka, asal daerahnya dan tujuan ia ke Jakarta bahkan memberitahu tempat ia berkuliah. Hal tersebut terpaksa ia lakukan karena ia yakin pria di depannya dan yang terluka sebelumnya bukanlah orang biasa, mengingat penampilan bahkan mobil yang dikendarai dapat mencerminkan orang-orang ini pasti dari kalangan atas.
Roby sedikit terkejut ketika gadis itu memberitahu di mana ia berkuliah, Roby masuk kembali tanpa berkata apa-apa.
**
"Bagaimana?" tanya Zaedan yang sudah berubah posisi menjadi duduk melihat Roby yang berjalan ke arahnya.
"Hmm, sudah bos. Gadis itu bukan nona Nabila. Namanya Aluna dan dia hanya pegawai paruh waktu di toko tersebut". Roby terdiam, tak lama ia kembali menatap bosnya itu. Setelah menarik nafas secara penuh, Roby pun berkata. "Tapi ada hal yang mengejutkan bos, ternyata gadis itu masih berstatus mahasiswa kedokteran di Universitas Akbara" ucapan ini sontak membuat Zaedan kaget.
"Benarkah?, kau yakin apa yang dia katakan itu benar?" selidik Zaedan.
"Saya juga tidak tau pasti bos. Tapi itulah yang keluar dari mulutnya, bahkan dia juga mengatakan bahwa dia salah satu penerima beasiswa Akbara's Scholarship dan hal ini wajar saja, mengingat sebelumnya dia menjelaskan bahwa dia berasal dari keluarga yang sederhana" jawab Roby.
"Coba sekarang kau hubungi pihak yayasan untuk lebih memastikan. Tanyakan apakah ada wanita bernama Aluna yang menerima beasiswa dari perusahaan" titah Zaedan.
"Baiklah bos".
Setelah menunggu beberapa waktu, Roby pun menghampiri bosnya.
"Bos, tenyata memang benar wanita itu bernama lengkap Aluna Azzahra Putri dari SMA Negeri XX Bandung" jelas Roby sambil memperlihatkan biodata seseorang yang tertera di layar handphone milik Roby. Tampak wajah gadis mirip wanita yang sedang menjadi topik pembicaraan, wanita yang kini tengah gelisah di luar sana.
Mendengar hal itu Zaedan tersenyum penuh arti. Deretan gigi putih tersusun rapi tampak jelas dalam pandangan mata. Senyum pria dengan perban di kepala mirip aktor Joaquin Phoenix dalam film yang disutradarai Todd Phillps, salah satu film terbaik di tahun 2019. Bahkan masuk 11 nominasi di ajang Oscar 2020.
"Suruh gadis itu masuk untuk menjelaskan semua perbuatannya".
**
Di sisi yang berbeda, Aluna masih menunduk. Hatinya sangat kacau dan menerka-nerka apa yang akan terjadi kedepannya.
Begitu mendengar pintu terbuka. Aluna mengangkat kepala sembari berdiri, dengan gugup Aluna memandang wajah tak bersahabat milik pria dengan potongan jas berwarna gelap. Bibir mungil itu sedikit bergetar, tetapi tetap mengusahakan berbicara. "Se...se.. selamat sore Tuan".
"Hmmm..." sikap dingin Roby semakin membuat hati orang di depannya gundah. "Ikut aku masuk", tanpa menunggu respon Aluna, Roby menarik secara paksa. Sedikit kasar.
Cklek...,
Mata Aluna menyapu ke segala sisi ruang. Fokusnya tepat pada pria yang duduk bersandar di bankar besi. Aluna sedikit terpaku. Sosok di depannya memilik paras tampan, hidung tegak dan lancip, lekukan di tepi wajah menambah kesan tegas. Sungguh mempesona pikir Aluna.
"Kau pasti tau apa kesalahan mu kan", begitu suara yang terbawa angin masuk ke dalam gendang telinga Aluna, gadis ini seketika tersadar. matanya sedikit menggeser pandangan ke arah kiri. Ternyata tangan mungil sebelah kiri yang tadi ditarik paksa sudah terlepas. Melihat dua pemuda di depan menatap dengan tatapan tak bersahabat, perlahan kaki ramping dengan kulit seputih susu berjalan masuk. Sedikit gemetar namun pasti. "Ta..ta..tau tuan, ta..tapii saya tidak sengaja Tuan" bibir mungil menggoda ikut bergetar.
"Maksud mu" selidik Zaedan, matanya memicing ke arah Aluna.
"Huhh...",
Aluna berusaha menenangkan diri terlebih dahulu sambil menghirup oksigen secara penuh dan mengembuskan nafas kasar.
"Jadi seperti ini tuan, sebelumnya mungkin tuan berdua melihat seseorang keluar dari toko kue. Orang tersebutlah yang membuat saya histeris sampai melempar beberapa piring dan gelas kaca ke arahnya. Huh.....", nafas Aluna tertahan, ia menghirup udara dan kembali berkata setelahnya, "tanpa saya sadari, orang tersebut sudah tidak ada dan lemparan saya mengenai tuan. Saya melemparkan barang ke segala arah dengan mata tertutup saking takut dan panik. Orang tersebut juga membuat teman saya seperti terhipnotis dan berusaha mencelakai saya". Entah dari mana, sebuah kekuatan datang sehingga Aluna mampu menjelaskan detail kejadian dengan tenang dan lancar.
Roby dan Zaedan masih terdiam, menanti kelanjutan cerita.
"Saat itu hanya ada saya dan satu orang pegawai bernama Desi, sekali lagi saya minta maaf tuan saya tidak sengaja" Aluna mulai terisak.
'Hmm... sepertinya dia tidak berbohong, dan..., dia juga terlihat seperti gadis polos. Sepertinya dia bisa ku ajak bekerja sama, hehehehe' batin Zaedan. Senyum devil kembali terpancar, namun segera ia alihkan.
'Hmmm...ada apa dengan bos?, mengapa tersenyum menakutkan seperti itu?, jangan bilang gadis ini akan menjadi korbannya. Jika dilihat kayaknya gadis ini berkata jujur, dia juga gadis polos bagaimana mungkin si bos tega' kali ini suara hati Roby, setelah tanpa sengaja melihat gelagak aneh dari mikik wajah bosnya.
"Sebenarnya aku ingin melaporkan mu kepada pihak berwajib atas perbuatan yang kau lakukan, anak buah ku juga sudah mengambil bukti fisik berupa pecahan kaya yang kau lemparkan kepada ku dan tentunya sidik jari mu masih ada di benda tersebut",Zaedan berbohong.
Mendengar semua itu, tangis Aluna mulai pecah. Mengisi kesunyian sekitar.
"Tapi aku bisa menghentikan semua itu jika kau mau bekerja sama dengan ku" ucap Zaedan setelah merasa rencana kali ini akan berhasil.
"Kerja sama" gumam Aluna yang masih terdengar.
"Ya, kau tidak akan ku laporkan asalkan kau mau menikah dengan ku" ucap Zaedan sontak membuat Aluna dan Roby terkejut. Terlalu blakblakkan, seperti kejadian sebelumnya.
'Huhh.., sudah kuduga' batin Roby sambil menggelengkan kepala yang sedikit tertunduk.
"Apa maksud Anda tuan?, saya tidak mengerti" ucap Aluna dengan bibir bergetar, ia bingung. Kumpulan neouron dalam otaknya belum menangkap informasi dari perkataan Zaedan.
"Yah, menikah dengan ku. Kau tenang saja, aku hanya membutuhkan seorang wanita yang mau menjadi istri ku agar keluarga ku tidak terus-terusan mendesak ku"...,
**
GIMANA KELANJUTANYYA??
STAY TUNE...
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....