1 minggu setelah pertemuan Aluna dengan keluarga Zaedan,
tut..tut..tut...
"Assalamualaikum wr wb Riko".
"Waalaikum salam wr wb, gimana kabarnya Lun?".
"Alhamdulillah baik, kamu ini baru 2 hari aku pulang kampung udah nelpon. Emang ada apa?" tanya Aluna.
"Hmm, mau mastiin aja kalo kamu dan keluarga di sana sehat. Sama aku juga ingin memastikan apa kamu sudah yakin seyakin-yakinnya dengan keputusan mu ini?". Suara kekhawatiran terdengar jelas di ujung sana.
"Insyaallah Rik. Yah, meskipun berat, tapi tidak masalah. Toh ini hanya status dan setelah 2 tahun nanti aku akan berpisah. Lagipula selama menikah nanti aku masih boleh kuliah dan koas" jelas Aluna dengan sembilu di hatinya.
"Baiklah, jika memang kau yakin..aku akan mendukung mu..tapi jikalau pria aneh itu menyakiti mu jangan sungkan untuk menghubungi ku. Yah aku memang tidak memiliki kekuasaan besar sepertinya, tapi bukan berarti aku takut melawannya" ucap Riko dengan hati yang mantap.
"Hahahaha, baiklah my Hero. Aku akan meminta mu mengeluarkan kekuatan super jika dia berani menyakiti ku" ucap Aluna berusaha tegar.
Terdengar suara mobil masuk ke dalam pekarangan rumah keluarga Aluna.
tok..tok..tok..
"Sudah dulu ya Ko, sepertinya orang itu datang ke rumah ku" ucap Aluna tau siapa yang datang karena melihat mobil yang masuk ke halaman rumah.
"Baiklah.. ingat perkataan ku..oke".
"Iya...tenang saja.. assalamualaikum warahmatullahi wb".
"waalaikum salam wr wb".
tok..tok..tok..
"Eh, nak Zaedan ya. Assalamualaikum warahmatullahi wb, sudah datang ternyata mari masuk" ucap ibu Rosita, ibu Aluna.
"Waalaikum salam wr wb, iya bu saya sengaja datang pagi agar terhindar dari macet. Kalo boleh tau kenapa ibu bisa mengenali saya?" tanya Zaedan sembari masuk.
"Ah, kalo soal itu ambu sama abah sudah tau karena kemaren Aluna sempat menunjukkan foto nak Zaedan" jelas ibu Ros.
'Dari mana dia dapat foto ku'. batin Zaedan.
"Ya sudah duduk dulu, Aluna mungkin masih beres-beres di kamar. Kalo abah masih di masjid dari sholat subuh tadi, sebentar ya ambu buatkan minum dulu" ucap ibu Ros sembari melangkah ke arah dapur.
"Hmm.. baiklah bu".
Setelah pertemuan Aluna dengan keluarga Zaedan. Aluna memang menceritakan tentang lamaran Zaedan. Aluna pun mengarang cerita bahwa ia memang sudah pacaran dengan Zaedan sejak 1 tahun terakhir dan memutuskan untuk menikah.
"karena kebetulan hari ini hari Minggu jadi nak Zaedan bisa berkenalan dengan semua penghuni rumah ini" bu Ros datang dari dapur sambil membawa minuman.
"Sebentar ya ambu mau ke kamar Aluna dulu" bu Ros berlalu menaiki tangga.
Rumah keluarga Aluna terdiri dari dua lantai. Lantai bawah seluas 96 meter persegi terdiri dari 1 kamar utama, 1 kamar tamu, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan dapur. Sedangkan lantai atas dengan lantai berbahan kayu seluas 40 meter persegi terdiri dari 2 kamar. Keluarga ini terdiri dari pah Hasan, bu Rosita dan 4 anak gadis cantik mereka yang salah satunya ada calon menantu keluarga Akbara.
Abah Aluna berprofesi sebagai guru PAI di sekolah dasar, sedangkan ambu merupakan ibu rumah tangga. Mereka memiliki usaha toko kelontong kecil-kecilan untuk membantu perekonomian keluarga.
"Eh kang Zaedan sudah datang ya.." Aluna turun dari lantai atas.
"Iya baru saja nyampe" Zaedan berpura-pura lembut.
"Ini minuman nya nak"
"Terimakasih Bu" Zaedan mengusung senyum manis, siapa pun yang melihat sudah pasti terlena. Tapi tidak tau apakah hal serupa juga bakalan dirasakan Aluna.
"Jangan panggil ibu, panggil ambu aja seperti Aluna memanggil ambu" ambu menoleh sebentar ke arah Aluna.
"Baiklah bu..eh ambu" Zaedan tersenyum malu.
'Cih bisa juga dia tersenyum seperti itu' batin Aluna.
"Assalamualaikum wr wb". Terdengar suara dari luar.
"Waalaikum salam wr wb" ucap mereka di ruang tamu.
"Eh abah sudah pulang" Aluna menghampiri abah dan mencium punggung tangan lelaki tersebut
"Alina dan Alena ke mana bah?". Kini suara ambu terdengar.
"Oh itu, mereka pergi membeli buah ke pasar. Katanya pesenan teteh" abah melirik putri sulungnya.
"Buat apa teh?". Rosita menoleh sejanak ke arah anak gadisnya.
"Teteh mau buat puding ambu".
"Sudahlah, abah mau duduk...eh ada tamu ternyata" seketika pak Hasan terhenti sejenak dari langkahnya menuju sofa ruang tamu. "Hemm, sepertinya mukanya tidak asing. Apakah benar ini yang namanya nak Zaedan teh?" tanya abah.
"Iya bah". Konfirmasi Aluna.
"Wah, sudah lama ya datangnya?, maaf abah tadi ikut kajian dari pak ustadz dulu" abah menghampiri sofa dan duduk di tepat di samping Zaedan.
"Eh, tidak lama kok bah. Baru saja Zaedan sampai" Zaedan berusaha sopan. Entah mengapa sikapnya seperti pria yang sedang mencuri hati orang tua sang pacara kala ingin mendekati anak gadis mereka.
'Huhh, dia benar-benar pandai berakting. Beri dia penghargaan aktor terbaik' batin Aluna.
"Kok datangnya pagi sekali?". Senyum di wajah abah belum memudar, masih saja ia tersenyum melihat calon menantunya itu.
"Iya bah, sengaja biar tidak terkena macet". Zaedan pun tetap membalas tiap ucapan pak Hasan dengan hangat.
"Oh iya, kata ambu Aluna masih punya adik lagi ya bah?, ke mana mereka semua?" Zaedan kembali berbasa basi.
"Hmmm, Iya. Aluna punya 3 adik yang sama cantiknya. Kalo yang namanya Alina dan Alena sedang ke pasar. Tapi yang namanya Alana mungkin masih tidur. Biasanya mereka semua ikut abah ke masjid buat sholat subuh. Tapi hari ini Alana tidak ikut. Katanya sedang tidak enak badan". Abah menjelaskan panjang lebar.
"Ohh begitu ya. Oh iya bah keluarga Zaedan kemungkinan besok baru bisa datang. Jadi malam ini Zaedan akan cari penginapan di sekitar sini atau di kota" terang Zaedan.
"Abah ikut saja, terserah keluarga nak Zaedan saja" abah tersenyum.
**
"Hmmm ini enak ambu, siapa yang masak?" tanya Zaedan sembari memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Ini lagi makan, jangan banyak bicara. Lupa ya sama peraturan hidup yang diterapkan keluarga mu" sinis Aluna. Entah mengapa gadis ini berani berkata seperti itu. Terlebih melihat Zaedan yang tanpa beban berakting dan membohongi kedua orang tuanya.
'Cih beraninya dia sinis seperti itu kepada ku. Kemaren-kemaren saja berbicara sambil memohon, mentang-mentang berada di rumahnya. Awas saja kau nanti' batin Zaedan. Matanya melirik tajam sekilas ke arah Aluna.
"Teh, kok gitu sih ngomongnya. Udah seperti bicara sama musuh aja" ambu berusaha menegur anaknya.
"Bukan begitu ambu, tapi aturan di rumah keluarga kang Zaedan itu tidak boleh makan sambil berbicara. Eh dia sendiri melanggar" masih mode sinis. Aluna berusaha membela diri.
"Sudah-sudah makan saja dulu, ini semua Aluna yang masak nak Zaedan dibantu ambu". Abah sebagai orang yang paling tua berusaha meredam suasana yang sudah terasa tak bersahabat.
Semua pun kembali makan dengan hening.
___________
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....