Setelah pintu kembali tertutup, Aluna buru-buru menghampiri lemari di sisi sebelah kiri kasur. Ia sebisa mungkin tidak menciptakan suara ketika kaki halus menyentuh lantai kayu milik kamarnya. Setelah berhasil mengambil apa yang jadi tujuannya, seketika benda-benda tersebut berhamburan ke lantai.
Kaget!. Itulah yang dirasakan oleh Aluna.
Ketika gadis itu membalikkan badan setelah menutup pintu almari. Ia dikejutkan dengan sosok di hadapannya. Bagaimana sosok ini sudah ada di depannya?, bukankah ia sedang terlelap?.
Aluna tidak menyadari situasi saat ini, ia masih syok. Terkejut bukan main.
Di sisi lain, pria penyandang suami benar-benar dibuat tak berdaya. Bagaimana tidak!. Di hadapannya terpampang pemandangan yang belum pernah ia lihat secara langsung. Kulit mulus anak manusia itu sungguh sangat indah.
Mata hazel menilik tajam dua benda melingkar di sana. seketika suhu tubuh Zaedan naik beberapa derajat Celcius. Benar-benar panas. Pandangan dari mata hazel sedikit turun ke bawah, dan...
Glek!!.
ouh shit!. damn!..,
Zaedan menelan saliva. Kumpulan neuron di kepala saling bertaut menerima informasi dan meneruskan ke otak sehingga menimbulkan perasaan asing. Seperti ada gejolak dalam raga yang ingin dikeluarkan. Rasa apa ini?. Apakah ini yang disebut 'hasrat'?. Hasrat yang selama ini terpendam dalam diri pria jakung bermata hazel. Mengapa ini terjadi kepadanya?.
Sebegitu dahsyatnya kah wanita ini bagi dirinya?. pikir Zaedan.
Setelah se per sekian menit berlalu. Dua anak manusia ini tersadar. Aluna buru-buru jongkok memunguti potongan-potongan kain yang berada di lantai. Malu, sangat malu. Itulah yang dirasakan Aluna saat ini. Bagaimana bisa ia mendapati dirinya di tatap pria dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. Meski itu suaminya, tapi mereka bukan pasangan suami istri pada umumnya. Begitu sekiranya pemikiran Aluna.
Mata hazel milik Zaedan sedetik pun tak berkedip. Pandangan mata masih fokus pada dua lingkaran bak gunung tersebut. Terlebih ketika Aluna berjongkok, dua benda itu bergerak-gerak dan hal tersebut semakin membuat Zaedan tak karuan, bukan main. Berkali-kali pria ini menelan ludah, menahan diri agar tidak menerkam apa yang ada di depan.
"Kau sengaja!". Sambil berusaha menstabilkan diri, Zaedan membuka suara. "Hehh.., dugaan ku benar-benar tepat. Seratus persen tepat. Kau...sama saja!". Kalimat-kalimat yang dilontarkan tuan muda keluarga Akbara ini sangat tajam dan pedas terdengar telinga.
"Maksud akang apa?". Tanya Aluna setelah ia berhasil menjangkau baju dan meletakkannya di bagian depan tubuh, sedangkan tubuh bagian belakang masih polos tanpa terhalang apapun.
"Sudahlah, sana pergi benahi diri mu" Zaedan mengalihkan pandangan ke arah kiri. Melihat itu Aluna langsung segera berlari ke kamar mandi sambil membawa baju.
Brak!.
Ketika pintu kamar mandi tertutup sedikit kasar, Zaedan kembali mengarahkan pandangan tepat di mana Aluna berdiri beberapa waktu lalu. Namun sesuatu yang tak terduga terjadi. Zaedan kembali merasakan gelora di tubuh. Hasranya kembali muncul tatkala melihat dua benda yang benar-benar tak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya. Dua benda yang juga pertama kali ia lihat secara langsung. dua benda tersebut berwarna hitam. Salah satu dari benda itu memiliki renda yang diyakini Zaedan sebagai pembungkus dua lingkaran kenyal milik perempuan.
'Shit!. Kenapa tubuh ku bisa panas dan tak karuan seperti ini hanya melihat benda-benda itu'. Pikir Zaedan.
Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, Kepala Aluna muncul dari balik daun pintu. Gadis ini berusaha mengusung senyum yang terlihat canggung. "Kang, eemm..em.., boleh minta tolong ambilkan handuk", kalimat permintaan ini membuat Zaedan menyeringai. Entah kenapa terlintas ide jail dalam otaknya.
"Kau ingin handuk?, bukankah kau sudah membawa baju?. Lalu buat apalagi handuk". Kalimat ini keluar sejalan dengan senyum aneh khas milik Zaedan. Ketika Melihat Aluna kikuk, Zaedan kembali bersuara "Kau kan bisa mengenakan baju terlebih dahulu lalu pergi ambil handuk sendiri, jangan biasakan memerintah suami".
"Emm..itu..itu...kang, em..., ada yang ketinggalan. Jadinya saya belum bisa menggunakan baju". Rona kemerahan di pipi putih milik Aluna sangat kentara. Aluna benar-benar tak tau harus bagaimana, rasanya ingin sekali ia pergi jauh dari jangkauan Zaedan saat ini.
"Apa yang ketinggalan?, mengapa kau minta aku mengambilkan handuk untuk mu?, kau ketinggalan apa biar aku yang akan mengambilkan untuk mu. Cepat katakan agar kau segera berpakaian karena aku juga ingin menggunakan kamar mandi". Zaedan tau apa yang ingin diambil Aluna. Ia sengaja ingin memberi pelajaran kecil bagi istrinya itu.
Mendangar hal tersebut membuat Aluna kaget. Ia sedikit merinding, tak bisa dibayangkan oleh Aluna jika Zaedan akan melakukan hal tersebut. Yah, meski mereka sudah sah, namun untuk kesekian kalinya, mereka bukanlah pasangan suami istri pada umumnya.
Aluna kembali dibuat kaget ketika tersadar dari lamunan dan mendapati suaminya sudah berada di depan dengan radius yang sangat dekat. Pupil mata milik gadis Bandung ini melebar saat melihat benda yang ada dalam genggaman Zaedan. 'Ya Tuhan!, apa yang ia lakukan'. pekik Aluna dalam hati.
Berbeda dengan Aluna, Zaedan merasa canggung bukan main. Ini pertama kalinya ia memegang benda terkutuk itu, benda yang bisa saja meruntuhkan pertahanan Zaedan saat ini juga. Zaedan berusaha sekuat tenaga menahan itu semua, meski sesuatu di bawah sana mulai mendesak. Menciptakan rasa tidak nyaman bagi diri Zaedan.
Tindakan yang dilakukan Zaedan hanya sekedar mengerjai Aluna. Entah mengapa ia ingin sekali membuat Aluna malu. Pipi merona yang tampil dari wajah Aluna menjadi pemandangan mengasikkan menurut Zaedan.
"Kau mencari ini kan", kali ini suara Zaedan terdengat mengejek. Membuat Aluna makin merasa ingin menangis saja. "Kang, bagaimana akang bisa tau saya membutuhkan itu" kepala Aluna menunduk, ia malu sangat malu. Bahkan untuk bertatap muka dengan suaminya saja tak mampu.
"Hahaha, mengapa kau bertingkah seperti itu?, benda ini ku temukan tergeletak di lantai. Kau lupa meraihnya", ucapan ini lagi-lagi membuat Aluna tak tau harus bagaimana lagi. Tak bisa dibayangkan dua benda itu tergeletak dan dilihat oleh Zaedan. Sungguh sangat sangat memalukan.
"Ambil ini". Titah Zaedan.
Aluna pun berusaha meraih benda yang disodorkan Zaedan dengan kepala yang masih setia menunduk. Melihat hal tersebut membuat Zaedan menarik lengan Aluna sambil berkata "Mengapa kau begitu malu kepada ku?, bukankah aku sudah resmi menjadi suami mu?, bahkan bukan hanya sekedar melihat dan memegang, aku bahkan berhak merasakan". goda Zaedan.
Mendengar hal ini Aluna sontak mengangkat kepala dan berkata dengan garangnya, "Mohon maaf kang, saya rasa akang belum lupa akan janji kita sebelumnya".
Brak!.
Setelah kalimat tersebut terucap dari bibir mungi milik Aluna. Pintu kamar mandi pun tertutup secara kasar kembali. Bahkan sempat membuat Zaedan tersentak kaget.
Dengan perasaan yang berubah menjadi emosi amarah, Zaedan berteriak berkata "Hei.. aku hanya main-main. Jangan merasa percaya diri, aku pun tak sudi untuk sekedar merasakan tubuh mu itu. Wanita-wanita ku lebih cantik dan seksi asal kau tau itu!". Entah mengapa amarah di dalam diri Zaedan spontan muncul hanya sekedar mendengar ucapan dari Aluna.
Zaedan memang sedikit aneh. Emosi dalam dirinya seakan-akan tak stabil. Padahal ia bukan lagi remaja, seharusnya diusia matang saat ini ia mampu mengendalikan itu semua.
Setelah mengatakan hal tersebut, Zaedan pun beranjak menuju kasur. Namun bola matanya melotot saat bertemu pandang dengan orang yang ada di depannya...
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....