webnovel

KEMALANGAN

Tahun 213 cart

Hosh Hosh Hosh

"Cepat lari" Teriak seorang laki-laki yang sedang mengayunkan sebuah kayu kepada Seoarang perjurit bertubuh gempal.

"Aku sudah tidak kuat" ucapnya sambil menahan nyeri perutnya.

BUGHH!!

"TIDAK RAEL!!" Teriaknya sambil menangis

Laki-laki yang kini dihadapannya mengeluarkan banyak darah di kepalanya.

Dengan sekuat tenaga Rael menarik kaki perajurit itu hingga terjatuh lalu menggigit telinganya sampai lepas, perajurit itupun pingsan.

Rael tersenyum menghampiri wanita yang sedang tertunduk lemas itu.

Hiks hiks hiks

Rael mengusap kedua pipi wanita itu dgn tangan yang berlumuran darah.

"Kamu harus hidup Lize" ucapnya dengan nada lirih

Lize tidak tega dengan kondisi Rael yang kini sudah penuh luka.

"Gara-gara aku hiks..." ucap Lize

Rael menggeleng lalu memeluk Lize

"Ini keputusanku Lize, kamu harus selamat, kembalilah lalu hiduplah dengan bahagia"ucap Rael

Lize melepaskan pelukan Rael

"KAMU MENYURUHKU KEMBALI KEPADA AYAHKU YANG SUDAH MEMBUNUH IBUKU SENDIRI!!!" terika Lize tidak terima

"Jangan seperti itu, hiduplah disana agar kamu aman demi bayi kita" ucap Rael lalu mengelus perut Lize

"Tidak tidak,aku akan menyembuhkanmu lalu kita bisa sembunyi lagi" tangan Lize mengeluarkan cahaya yang disebut mana.

Rael mencegah Lize dgn menggenggam tangannya

"Jangan Lize,jgn sia-siakan kekuatanmu untukku" ucap Rael

"Kenapa!!!kenapa kamuu begini Rael"

WUSH

Tiba-tiba ada angin kencang datang.

"CHARLIZE AYAH AKAN MENYELAMATKAN MU DARI MANUSIA RENDAH ITU"

Seorang Pria dengan menunggangi kuda bersayap mendatangi Rael dan Lize.

Dewa Amron,Ayah Lize.

Penguasa langit Bulan, Dia seorang laki-laki yang selalu mementingkan dirinya sendiri.

JLEBB

Sebuah pendang menusuk tubuh Rael.

"RAEL!!!"

Dewa Amron menarik tangan Lize

"Tidak Ayah!!!" Lize memberontak

"Penggal Dia" perintah Dewa Amron

Seorang perajurit menarik pedangnya lalu mengayunkan pedangnya tepat keleher Rael.

CRAATT

"Bagus" gumam Dewa Amron

Lize mematung menyaksikan belahan jiwanya mati secara mengenaskan tepat didepannya sendiri.

"Mari pulang putriku" ucap Raja Amron

HAHAHAHA

Lize tertawa kencang

"KENAPA AYAH BEGITU KEJAM" teriak Lize histeris

Lize berlari menghampiri seoarang perajurit lalu menarik pisau yg terikat ditubuh perjurit itu.

"Lihat aku ayah, lihat anak kesayanganmu ini yang sebentar lagi akan mati" ucap Lize menempelkan pisau itu dilehernya sendiri.

Dewa Amron tersenyum.

Lize memejamkan mata dan

PATSS

Seketika Lize terjatuh pingsan.

"Putri bodoh" Dewa amron membuang pisau yg ada di tangan Lize

"Paduka sudah menyelamatkan Putri Lize" ucap komandan Luca

"Yah karna aku tidak mau rugi, bawa dia" ucap Dewa

***

Cuit cuit cuit

Seminggu kemudian

AAKKKKHHHH

"Tarik nafasmu Yang Mulia, sedikit lagi"

Lize mencengkram bantal dengan sekuat tenaga.

OOEEKKKK

"Bayinya sudah keluar"

Pandangan Lize buram keringatnya bercucuran nafasnya tidak beraturan.

"Selamat Yang Mulia, bayi Anda Perempuan" ucap seorang Dayang menghampiri Lize sambil menggendong bayi.

Dayang itu meletakan bayi Lize disamping Lize.

Lize mengelus pipi kecilnya lalu tersenyum.

"Rael Anak kita sangat cantik"gumam Lize

"Zea,nama yang Indah kan nak, Ayahmu sudah menyiapkan nama ini khusus untukmu"

"Semoga kamu bisa hidup semaumu nak"

Tahun 220 cart

Seorang anak kecil berlari lari mengejar awan cahaya, mungkin sekarang umurnya sudah 7 tahun.

"ibu Ibu lihat, kali ini aku bisa menangkap awan cahaya ini" ucap nya begitu senang

Pandangan Lize kosong melihat anaknya berada didepannya.

"Ibu" lirih Zea

Selama ini Lize selalu menatap kearah pepohonan dengan tatapan kosong, Lize berkali-kali tidak menghiraukan seruan Zea yang memanggilnya.

Zea sudah terbiasa dengan sikap Ibunya yang seperti itu, karna Zea sudah tau.

"Ibu Ibu lihat ini aku bisa menerbangkan batu batu itu"

WUNG WUNG WUNG

"Kasian putri Zea, dia selalu diabaikan seperti itu,Padahl Putri Zea masih kecil" bisik seorang dayang

Zea sudah biasa mendengarkan rasa kasian yang dilontarkan para Dayang diistana, sejak kecil Zea tidak pernah dipeluk Lize, atau hanya sekedar mengelus kepala Zea, itu tidak pernah sama sekali.

Untuk anak kecil saumuran Zea, bisa dibilang Zea sudah dewasa, dia tidak pernah mengeluh tentang semuanya, tentang Ibunya yang selama ini mengabaikannya.

"Ibu pergi dulu,maaf" ucap Lize,

zea mengangguk mengiyakan.

Bila Ibunya bilang seperti itu berarti cukup untuk hari ini dia menampakan wajahnya didepan Lize.

Setelah Lize Pergi, Zea selalu meminum teh sisa ibunya, Lize selalu duduk dimeja taman sambil minum teh, Lize tidak pernah menghabiskan tehnya, alasannya teh terasa pahit diakhir.

Tapi bagi Zea Rasnya begitu manis, entah kenapa bisa begitu.

"PUTRI,PUTRI PUTRI" panggil seorang dayang dengan raut wajah menyedihkan Menghampiri Zea

"Ada apa"

"Yang....mul...ia Li..ze" ucap dayang terbata bata

"Apa"

Dayang itu menunduk sambil menggigit bibirnya.

Ada apa ini,

Zea mengeluarkan mata kristalnya untuk meihat kearah istana Lize, Zea bisa menembus jarak yang jauh dan tembok tembok yang tebal.

Tiba tiba badan Zea gemetar kakinya melemas lalu Ia jatuh ketanah..

Zea melihat pemandangan yang menyakitkan, Ibunya mati Dengan pisau yang tertancap dilhernya.

"Kenapa"

***

Didalam istana yang besar itu Zea terus berlari, setiap Ia melewati tempat yang pernah Zea dan ibunya habiskan bersama, Zea menangis.

Emosi Zea yang tidak setabil membuat Mananya terkuras abis sampai Liontin yang Ia pakai pecah, Liontin yang menghubungkan kekuatan yang dimilikinya.

"Yang Mulia anda tidak boleh seperti ini" seorang pengawal mendekati Zea yang sedang tertunduk sambil menangis.

para dayang dan beberapa pengawal istana hanya mampu melihat Zea menagis, mereka tidak tega melihat majikan mereka terluka.

"keributa apa yang sedang terjadi disini" Dewa Amron datang , Dia sudah curiga kalau cucunya sedang dalam bahaya.

Dewa Amron mendekati Zea lalu memakaikan kalung berbandul bulan sabit berwarna hitam pekat.

"ini untuk kebaikanmu"

saat kalung itu terpasang dileher Zea, tubuh zea langsung memanas, dia merasakan sakit yang teramat.

AAAKKHH

sampai akhirnya Zea kehilangan kesadarannya, Dia tidak bisa mengontrol kekeuatannya yang besar.

"bawa Dia kedalam kamar" perintah Dewa Amron

"paduka maaf atas kelancangan hamba, Putri Lize telah tiada" ucap seorang pengawal.

"apa peduliku?" Dewa Amron langsung pergi ,Dia tidak peduli dengan anaknya yang sudah tiada, karena suatu alasan Dewa Amron sudah tidak mempunyai emosi.

[Terus Suport 'AKU ADALAH MALAIKAT' yah,biar author semangat nulisnya,, ^^ Have A Nice Day, sampai jumba Di bab selanjutnya ^0^]