webnovel

Bab 26: Ancaman di Kota Qiandu(3)

Ketika lonceng dari Kuil Pelindung Langit terus berdentang, aura dari formasi kota mulai menguat, tetapi tidak cukup cepat untuk sepenuhnya melindungi kota Qiandu. Zhang Tianyi, berdiri di samping Zhou Yan yang sudah terluka, mengambil napas dalam. Dengan tatapan tegas, ia memusatkan energinya ke Teknik Badai Jingliu. Awan gelap berkumpul di atas kota, kilat menyambar tanah, membuat Yin Lei untuk pertama kalinya terlihat sedikit terganggu.

"Sungguh kekuatan yang patut dihormati," gumam Yin Lei dengan suara rendah. "Tapi tetap saja tidak cukup."

Ia mengangkat kedua tangannya, menciptakan lingkaran energi gelap yang meluas, seolah hendak menelan seluruh formasi pelindung kota. Zhang Tianyi memfokuskan badai petirnya ke lingkaran tersebut, dan benturan energi menyebabkan ledakan besar yang memaksa semua yang terlibat mundur beberapa langkah.

Zhou Yan, yang terlihat lemah, masih menggenggam Pedang Jingqi dengan erat. Dengan suara rendah, ia berkata kepada Zhang Tianyi, "Kita perlu waktu. Jika formasi ini aktif sepenuhnya, kita masih bisa bertahan. Tapi mereka harus dialihkan…"

Zhang Tianyi mengangguk tanpa kata. Ia tahu apa yang dimaksud Zhou Yan. Dengan langkah pasti, ia maju, menghadapi Yan Xie langsung.

"Jika kalian benar-benar ingin menguji kekuatan Nascent Soul, aku tidak akan menahan diri lagi," katanya sambil mengangkat kedua tangannya. Teknik Formasi Jingliu mulai mengaktifkan pola rumit di udara, memunculkan sebuah sangkar energi yang mengurung dirinya dan Yan Xie.

Yan Xie menyeringai, terlihat tidak gentar. "Apa kau benar-benar berpikir kau bisa menahanku di sini, Zhang Tianyi? Kau hanya mempercepat kehancuranmu sendiri!"

Sementara itu, Yin Lei, dengan tatapan sinis, bersiap meluncurkan serangan mematikan ke arah Zhou Yan yang tampak sudah terluka dan terlihat lemah. Aura kegelapan dari energi bayangan mulai berkumpul di sekitar telapak tangannya, menciptakan pusaran yang memancarkan niat membunuh. Namun, sebelum ia sempat bergerak, udara di belakangnya tiba-tiba bergetar, menghasilkan suara retakan kecil seperti kaca pecah.

Sebuah celah dimensi muncul dengan kilauan biru bercahaya. Dari dalamnya, sosok Lian Chen melompat keluar, dengan tangan sudah dipenuhi oleh energi bercahaya tak terbatas. Matanya bersinar dengan fokus tajam, tubuhnya memancarkan aura kekuatan yang melampaui batas kultivasi normal.

"Beraninya kau mengganggu kedamaian orang-orang di kota ini!" seru Lian Chen dengan suara menggema, penuh ketegasan.

Sebelum Yin Lei bisa berbalik atau menyadari apa yang terjadi, Lian Chen melayangkan Pukulan Energi Tanpa Batas langsung ke punggungnya. Gelombang energi besar menyebar dari titik benturan, menghancurkan tanah di bawah mereka dan mengirim Yin Lei terlempar dengan kecepatan luar biasa. Tubuhnya menghantam keras sebuah pilar batu besar di tepi alun-alun, meretakkannya menjadi serpihan.

Yin Lei memekik kesakitan. Darah segar menyembur dari mulutnya saat tubuhnya terguncang hebat. Dengan gemetar, ia mencoba bangkit, matanya penuh kebencian dan keterkejutan.

"Bagaimana mungkin seorang bocah sepertimu memiliki kekuatan sebesar ini?" suaranya terdengar serak dan tajam.

Dia menatap Lian Chen dengan intens, matanya menyipit seolah mencoba mengungkap rahasia yang tersembunyi. "Sepertinya kaulah bocah yang dimaksudkan oleh Wei Zhen. Aku bisa merasakan aura dari Batu Pusaka Langit yang ada padamu."

Lian Chen tetap berdiri tegak, energi di sekeliling tubuhnya masih berdenyut, menciptakan aura dominasi yang membuat semua orang di sekitar terpana.

Di kejauhan, Zhou Yan yang menyaksikan kejadian itu menghela napas lega sambil tersenyum kecil. "Anak itu... potensi dan keberaniannya benar-benar luar biasa," pikirnya, sebelum segera bersiap membantu melawan ancaman lain yang mungkin muncul.

Namun, Yin Lei belum menyerah. Dengan tatapan licik, ia mulai mengumpulkan sisa energi dari sekitarnya. Jelas, ia masih menyimpan rencana untuk melawan Lian Chen dan bermaksud merebut Batu Pusaka Langit, seperti yang diperintahkan oleh Kepala Sekte Kegelapan. Atmosfer di alun-alun kembali memanas; pertarungan yang lebih sengit tampaknya tak terelakkan.

Yin Lei perlahan mengangkat tangan kanannya. Energi hitam pekat, seperti kabut beracun, mulai menyelimuti tubuhnya. "Jangan berpikir kau sudah menang, bocah! Batu Pusaka Langit mungkin memberimu kekuatan, tapi kau belum sepenuhnya menguasainya!" serunya dengan nada penuh ejekan.

Lian Chen tetap berdiri tegak. Matanya bersinar tajam, mencerminkan keberanian dan tekad. Dia menarik napas dalam, mengendalikan qi yang mengalir dalam tubuhnya, lalu melangkah maju. Setiap langkahnya terasa seperti gelombang tekanan tak kasat mata, seolah-olah gravitasi di sekitarnya meningkat secara mendadak, memberikan pukulan berat bagi jiwa-jiwa di sekitarnya.

Yin Lei memanfaatkan momen itu untuk menyerang. Dia mengayunkan tangannya ke depan, melepaskan gelombang energi kegelapan yang menyelimuti alun-alun. Gelombang itu mendistorsi udara, membuat tanah di bawah mereka bergetar. Beberapa penduduk yang masih berada di sekitar langsung jatuh terduduk, tak mampu melawan tekanan spiritual dari serangan itu.

Namun, sebelum energi itu bisa mencapai Lian Chen, sebuah suara menggelegar memenuhi udara. "Teknik Pelindung Jingliu!"

Zhou Yan, yang telah mengamati dari kejauhan, mengaktifkan formasi pelindung kecil di sekitar Lian Chen, memecah energi kegelapan Yin Lei menjadi percikan tak berbahaya. Meskipun dia tidak terlibat langsung, Zhou Yan ingin memastikan bahwa Lian Chen tetap memiliki ruang untuk bertarung.

Lian Chen, menyadari dukungan itu, mengangkat kedua tangannya ke udara. Batu Pusaka Langit yang ada di jantungnya mulai bersinar terang, menyelimuti dirinya dalam cahaya emas yang memukau. Dengan suara lantang, dia berteriak, "Cakar Dimensi Ilahi – Tahap Pertama!"

Dalam sekejap, sebuah celah dimensi kecil terbuka di depan Lian Chen. Dia menjulurkan tangannya ke dalam celah itu, dan ketika dia menariknya kembali, muncul sebuah cakar energi emas yang memancarkan aura destruktif. Dengan gerakan cepat, Lian Chen mengayunkan cakarnya ke arah Yin Lei.

Yin Lei mencoba menghindar, tapi cakar dimensi itu melesat jauh lebih cepat dari perkiraannya. Energi emas itu menghantam tubuh Yin Lei dengan keras, membuatnya terpental beberapa meter hingga menabrak salah satu tiang alun-alun. Darah segar muncrat dari mulutnya, menunjukkan bahwa serangan itu berhasil melukai organ dalamnya.

Namun, Yin Lei bukan kultivator sembarangan. Dengan napas yang tersengal, dia mengeluarkan pil obat dari lengan jubahnya dan langsung menelannya. Energi gelapnya kembali meningkat secara tiba-tiba. "Kau memaksaku menggunakan cadangan terakhirku, bocah!" katanya penuh amarah.

Atmosfer kembali mencekam. Cahaya emas dari Batu Pusaka Langit bersinar semakin terang, sementara aura kegelapan dari Yin Lei menyebar seperti badai. Penduduk yang tersisa buru-buru mencari perlindungan, dan Zhou Yan bersiap untuk campur tangan jika diperlukan.

Tiba-tiba, terdengar suara tidak jauh dari tempat mereka bertarung. "Sudah cukup," ucap suara tersebut, dalam namun tenang.

Huai Tian muncul, langkahnya perlahan tetapi penuh kepastian. Aura kedamaian yang ia bawa terasa kontras dengan tekanan gelap yang memenuhi udara. Ia berdiri dengan tangan di belakang punggungnya, menatap Yin Lei tanpa ekspresi.

"Kalian adalah makhluk-makhluk yang tersesat," kata Huai Tian. "Namun bahkan dalam kegelapan, masih ada keseimbangan yang harus dijaga. Dan kalian, sayangnya, telah melampaui batas itu."

Yin Lei tertawa kecil. "Seorang tua renta seperti kau pikir bisa menghentikan kami? Kau bahkan tidak punya kekuatan untuk bertarung."

Huai Tian tidak menjawab. Sebaliknya, ia mengangkat tangannya, dan cahaya lembut mulai bersinar dari telapak tangannya. Cahaya itu, meski tidak terlihat berbahaya, mulai mengganggu energi gelap yang ada di sekitar Yin Lei. Lingkaran energi gelap yang ia ciptakan mulai memudar perlahan.

"Apa ini?" gumam Yin Lei, kehilangan senyumnya. Ia mencoba memusatkan kekuatannya lagi, tetapi setiap usahanya terasa sia-sia. "Kau… apa yang kau lakukan pada energi kami?"

Huai Tian tetap diam, matanya tertutup, dan aura harmoni yang ia ciptakan semakin meluas. Dalam sekejap, Yin Lei merasa dirinya terkurung dalam semacam kekuatan yang tidak bisa ia pahami. Suhu yang ia turunkan kembali normal, dan qi di sekitarnya mulai membanjiri dirinya dengan paksa, seolah memurnikan energi gelapnya.

Di sisi lain, Yan Xie yang bertarung dengan Zhang Tianyi juga mulai merasakan dampaknya. Energi gelapnya mulai kehilangan stabilitas, dan meski ia berhasil memukul mundur Zhang Tianyi beberapa kali, auranya tidak lagi sekuat sebelumnya.

"Apa ini… sihir macam apa ini?!" teriak Yan Xie, marah. Ia mengayunkan tangannya ke arah Zhang Tianyi dengan penuh kekuatan, tapi serangannya meleset ketika Zhang Tianyi menggunakan Teknik Badai Jingliu untuk menghindar dengan gerakan angin yang cepat.

Próximo capítulo