Langit perlahan berubah menjadi gelap. Senja menyelimuti hutan terlarang, membawa kabut tipis yang dingin dan membuat suasana semakin menekan. Lian Chen berdiri di dekat pohon tua, napasnya terengah-engah. Luka di tubuhnya belum sepenuhnya pulih setelah pertempuran sebelumnya. Namun, dia tidak punya waktu untuk berhenti. Batu pusaka yang menyatu dalam tubuhnya bergetar pelan, memberikan peringatan akan bahaya yang semakin mendekat.
Dia memejamkan mata, mencoba merasakan auranya. "Empat orang," pikirnya sambil mengatur napas. Tiga di antaranya memiliki tingkat kultivasi yang masih bisa ia hadapi, tetapi satu aura terasa begitu berat dan menekan. "Tingkat kultivasinya jauh lebih tinggi," gumamnya pelan.
Dia mengepalkan tangan, merasakan energi yang ia serap dari bumi dan udara. "Aku hanya bisa mengandalkan tubuhku sekarang." Lian Chen sadar betul bahwa dia belum menguasai jurus jarak jauh. Semua kekuatannya hanya bergantung pada energi yang ia serap dan tubuhnya yang diperkuat oleh batu pusaka. Namun, itu saja tidak cukup melawan musuh sekuat ini.
Dari kejauhan, suara langkah kaki mulai terdengar, semakin dekat seiring waktu berlalu. Suara itu diikuti oleh tawa dingin yang menggema di antara pepohonan.
"Anak muda! Kami tahu kau di sini!" teriak suara berat, penuh kesombongan. "Tidak ada gunanya bersembunyi. Serahkan batu pusaka itu, maka kami mungkin akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup!"
Lian Chen tetap diam, tubuhnya menegang. Matanya terus mengamati sekeliling, mencari celah untuk melarikan diri. Tetapi suara itu kembali terdengar, kali ini lebih mengancam. "Jika kau tidak menyerahkan diri, kami tidak akan segan untuk menghancurkanmu!"
Tiba-tiba, tiga sosok muncul dari balik pepohonan. Aura gelap memancar dari tubuh mereka, membuat udara di sekitar semakin berat. Salah satu dari mereka, seorang pria kurus dengan mata tajam, maju ke depan. "Kau terlalu berani membawa sesuatu yang bukan milikmu! Batu itu milik Sekte Kegelapan!"
Lian Chen mengatur napas, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tidak akan menyerahkan batu ini kepada siapa pun," katanya dengan nada tegas, meskipun dalam hati ia merasa waspada.
Pemimpin kelompok itu tertawa kecil, langkahnya mendekat. "Kau pikir bisa melawan kami? Bahkan dengan batu itu, kau hanyalah seorang pemula!"
Pertarungan yang Tidak Seimbang
Tanpa peringatan, salah satu anggota sekte meluncur ke arah Lian Chen dengan kecepatan luar biasa. "Cakar Kegelapan!" Serangannya berupa cakar energi hitam yang melesat tajam.
Lian Chen melompat ke samping, menghindari serangan itu dengan gerakan cepat. Dia memanfaatkan celah yang ada dan menghantam perut pria itu dengan pukulan penuh energi yang ia serap dari bumi. Serangan itu cukup kuat untuk menghancurkan pertahanan lawannya, membuatnya terlempar ke tanah.
Namun, dua anggota lain segera bergerak maju. Salah satu dari mereka mengangkat tangannya, menciptakan rantai hitam yang melayang di udara. "Rantai Penjara Bayangan!" Rantai itu meluncur dengan cepat, membidik Lian Chen.
Dia berusaha menghindar, tetapi rantai itu mengenai bahunya, meninggalkan luka yang terbakar. Rasa sakit menyengat tubuhnya, namun dia tidak berhenti. Dengan menggunakan tenaga yang ia serap, dia menghantam tanah dengan tinjunya, menciptakan gelombang kejut kecil yang cukup untuk membuat lawan-lawannya terpental beberapa langkah.
"Dengan tubuh ini, aku masih bisa melawan kalian!" pikirnya, meskipun napasnya semakin berat.
Namun, situasi berubah ketika pemimpin sekte itu mengangkat tangannya. "Kau sudah cukup bermain-main. Saatnya mengakhiri ini!" Bola energi hitam mulai berputar-putar di telapak tangannya. "Gelombang Penghancur Jiwa!" Bola itu melesat dengan kecepatan luar biasa.
Lian Chen mencoba menghindar, tetapi serangan itu terlalu cepat. Bola energi menghantam tubuhnya, membuatnya terlempar ke belakang. Dia terjatuh, darah mengalir dari sudut bibirnya. Tubuhnya terasa lemah, namun matanya tetap memancarkan tekad yang kuat.
Pemimpin sekte itu mendekat dengan senyum penuh kemenangan. "Batu itu... milikku!" katanya.
Kabur ke Kedalaman Hutan
Lian Chen mencoba bangkit meskipun tubuhnya penuh luka. Batu pusaka di dalam tubuhnya kembali bergetar, seolah memberikan arahan. "Pergi lebih dalam," bisiknya dalam hati. Ia tahu ini bukan waktu untuk bertarung. Dengan sisa tenaganya, ia berlari secepat mungkin ke arah yang lebih dalam dari hutan terlarang.
Pemimpin sekte mengerutkan alisnya. "Kejar dia! Jangan biarkan dia kabur!" teriaknya kepada bawahannya.
Namun, semakin jauh mereka masuk, suasana hutan berubah drastis. Pohon-pohon menjadi lebih besar dan menyeramkan, udara semakin berat dengan aura yang tidak biasa. Lian Chen sadar bahwa dia telah memasuki wilayah yang sangat berbahaya.
Tiba-tiba, sebuah auman keras menggema di udara. Dari kegelapan, muncul seekor serigala raksasa dengan bulu hitam berkilauan dan mata merah menyala. Aura makhluk itu begitu kuat hingga membuat Lian Chen merinding.
Namun, perhatian makhluk itu tidak tertuju pada Lian Chen. Sebaliknya, matanya menatap musuh-musuhnya, para anggota sekte kegelapan.
Pemimpin sekte segera menyadari bahaya. "Binatang purba... Ini tidak baik," katanya dengan nada serius. Binatang purba adalah makhluk legendaris dari zaman kuno, tercipta dari energi primordial langit dan bumi. Mereka memiliki kekuatan luar biasa, kecerdasan tinggi, dan ikatan mendalam dengan alam. Sebagai penjaga wilayah alami, mereka jarang muncul, kecuali wilayah mereka terancam atau keseimbangan dunia terganggu. Keberadaan mereka sering dianggap mitos oleh generasi sekarang.
Serigala raksasa itu menerjang salah satu anggota sekte dengan kecepatan yang tak tertandingi. Cakar tajamnya menghantam tubuh pria itu, menembus pertahanannya seolah-olah itu hanyalah lapisan tipis kertas. Suara retakan tulang terdengar jelas saat tubuhnya terlempar ke udara, menghantam tanah dengan keras. Darah mengalir deras, dan pria itu terkapar tak bernyawa di tempat.
Tidak jauh dari sana, seekor ular raksasa dengan sisik keemasan meluncur keluar dari bayangan pepohonan. Matanya bersinar tajam, seperti seorang pemburu yang tak pernah gagal menangkap mangsanya. Anggota sekte yang lain berusaha melawan, mengayunkan pedang penuh energi gelap ke arah ular tersebut. Namun, gerakannya terlalu lambat. Ular itu melilit tubuhnya dengan kecepatan luar biasa, mengencangkan lilitannya hingga terdengar suara tulang yang patah. Dalam waktu singkat, tubuh pria itu hancur, remuk dalam genggaman ular tersebut.
Kini, hanya tersisa dua orang dari sekte kegelapan: pemimpin sekte dan satu anggotanya. Wajah mereka penuh dengan ketegangan dan keputusasaan, menyadari bahwa kekuatan mereka tidak sebanding dengan makhluk-makhluk purba ini.
Pemimpin sekte berusaha memulihkan ketenangannya, mengangkat tangannya ke udara sambil melafalkan mantra. "Lingkaran Kegelapan Absolut!" Sebuah perisai hitam pekat muncul, menyelimuti dirinya dan anggota terakhir yang masih bertahan. Aura gelap itu bergetar, seolah merespons bahaya besar yang mengancam.
Namun, serigala raksasa itu tidak memberikan mereka waktu untuk bernapas. Dengan auman yang mengguncang hutan, ia melompat, mencakar perisai tersebut. Setiap pukulan dari cakarnya menciptakan retakan di permukaan perisai, seperti kaca yang hampir pecah. Pemimpin sekte terhuyung mundur, menggertakkan giginya saat ia mengerahkan lebih banyak energi untuk mempertahankan perisainya.
Sementara itu, ular keemasan kembali bergerak, menyerang anggota sekte terakhir. Meski perisai hitam melindunginya, lilitan ular itu semakin menekan, menguras kekuatan dari penghalang tersebut. "Aku tidak bisa bertahan lebih lama!" teriak pria itu, wajahnya memucat ketakutan.
Pemimpin sekte menyadari bahwa pertahanan mereka tidak akan bertahan lama. Ia memutar otaknya, mencari cara untuk keluar dari situasi ini. Namun, serangan tak henti-henti dari makhluk-makhluk purba itu membuatnya semakin sulit berpikir jernih.
Retakan terakhir di perisainya terdengar seperti dentingan kecil, tetapi dampaknya sangat besar. Serigala raksasa itu berhasil menghancurkan penghalang tersebut dengan satu serangan kuat, menyebabkan pemimpin sekte terlempar ke belakang. Tubuhnya menghantam tanah, dan darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Anggota sekte terakhir yang berdiri tidak seberuntung itu. Dalam sekejap, ular keemasan menyelesaikan pekerjaannya, menghancurkan tubuh pria itu hingga tersisa puing-puing kehidupan.
Hanya tinggal pemimpin sekte yang tersisa. Ia terengah-engah, tubuhnya penuh luka, dan energinya hampir habis. Ia menatap serigala dan ular yang sekarang mengelilinginya, tatapan mereka seperti hakim yang bersiap menjatuhkan vonis terakhir.
Dengan sisa kekuatannya, pemimpin sekte bangkit dan berteriak, "Kalian menang hari ini, tetapi aku akan kembali!" Ia memaksakan diri untuk melarikan diri, menyeret tubuhnya yang terluka parah keluar dari hutan.
Makhluk-makhluk purba itu tidak mengejarnya. Mereka berdiri diam, seolah hanya melindungi wilayah mereka dari ancaman luar. Auman serigala dan desis ular keemasan menggema di udara, memperingatkan siapa saja yang berani kembali ke tempat itu.
Pemimpin sekte yang melarikan diri akhirnya keluar dari hutan, tersisa dengan luka-luka fisik dan kehancuran mental. Ia tahu bahwa kekuatan yang mereka hadapi bukan sesuatu yang bisa ditaklukkan dengan mudah. Kekalahan ini adalah peringatan keras, dan ia harus merencanakan langkahnya dengan lebih hati-hati di masa depan.
Di Tengah Wilayah Berbahaya
Lian Chen, yang masih berdiri dengan lemah, menghela napas lega. Dia tahu bahwa makhluk-makhluk ini telah menyelamatkannya secara tidak langsung, tetapi dia juga sadar bahwa bahaya belum sepenuhnya hilang. Batu pusaka di dalam tubuhnya bergetar, memperingatkan bahwa hutan ini menyimpan misteri yang lebih besar.
"Aku harus berhati-hati... Wilayah ini tidak aman," pikirnya. Dengan langkah pelan, dia mulai mencari tempat untuk beristirahat dan memulihkan kekuatannya. Di dalam hati, dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan hutan ini hanya salah satu ujian yang harus dia lalui.