webnovel

Bab 11: Pengumuman dan Kejutan

Suasana riuh di lapangan Akademi Stellar menggema hingga ke seluruh sudut kampus. Para siswa baru berkumpul dengan penuh antisipasi. Ujian Battle Royal telah berakhir, dan kini saatnya pengumuman hasil yang paling ditunggu-tunggu. Desas-desus beredar tentang siapa yang masuk 10 besar dan kelas mana mereka akan ditempatkan.

Di depan mereka, berdiri Airi, seorang kepala akademi Stellar yang disegani, siap untuk menyampaikan hasil. Dengan senyum tenang dan sikap anggun, dia menarik perhatian seluruh siswa.

"Selamat datang di Akademi Stellar! Hari ini, kita akan mengumumkan peringkat 10 besar dari Ujian Battle Royal yang telah kalian jalani dengan sangat baik."

Suara tepuk tangan dan sorakan memenuhi udara. Mata setiap siswa tertuju pada Airi, beberapa penuh harap, sementara yang lain terlihat gugup.

"Aku akan mulai menyebutkan nama-nama 10 besar."

Airi mengangkat selembar kertas, dan dengan nada penuh wibawa, dia mulai menyebutkan nama-nama tersebut satu per satu.

"Alya Celestia."

Sorak sorai bergema lebih keras saat nama Alya disebutkan. Alya melangkah maju dengan penuh percaya diri, senyum tipis menghiasi wajahnya. Dia menerima kartu siswa dari Airi dengan anggukan hormat.

"Kristoffer Von Celestia."

Kris, yang tak kalah karismatik dari saudarinya, berjalan dengan tenang. Tepuk tangan menggema, meski lebih sedikit daripada Alya, menunjukkan bahwa Alya memang lebih menonjol dalam ujian kali ini.

"Lyrith D. Sallivan."

Aura misterius mengelilingi Lyrith, darah dari garis keturunan raja iblis mengalir dalam dirinya. Beberapa siswa tampak waspada, namun tak bisa menahan rasa kagum mereka pada kekuatannya.

"Azariel Seraphis."

Wajahnya yang tampan membuat para wanita terpesona dengan holo yang bersinar dikepalanya memberi kesan agung. Dia melangkah maju dengan tenang, sorot matanya yang tajam membuat beberapa siswa mundur setengah langkah.

"Wang Ying Yue."

"Lee Seo Ryun."

"Keira Draconfall."

"Alan Ashford."

"Sahra Qadir."

"Sierra Luisa."

Nama-nama lain terus dipanggil hingga seluruh sepuluh besar berdiri di depan kerumunan. Masing-masing menerima kartu siswa mereka secara pribadi dari Airi, yang memberi mereka ucapan selamat satu per satu.

Setelah memberikan kartu kepada semua 10 besar, Airi berdiri kembali di tengah panggung. "Dan mereka yang berada di 10 besar akan ditempatkan di Kelas S, di bawah bimbingan langsung Lucas Von Celestia, sang Sword Saint, sebagai guru pelajaran tempur lapangan mereka!"

Sorakan keras meledak di seluruh lapangan. Para siswa tampak sangat iri dan terkesan, sementara 10 besar hanya berdiri dengan berbagai ekspresi—beberapa bangga, yang lain tetap tenang, menyembunyikan perasaan mereka.

"Untuk kalian yang tidak masuk 10 besar," lanjut Airi, "penempatan kelas akan ditampilkan pada layar di depan. Silakan cari nama kalian dan menuju pos kelas masing-masing untuk mengambil kartu siswa kalian."

Raka dan Lily, yang berdiri di antara kerumunan, saling berpandangan sebelum bergegas ke arah layar. Nama mereka tertulis jelas di daftar Kelas B. Lily, yang melihat itu, mendadak berhenti dan mengerutkan dahi.

"Kelas B? Aku pikir setidaknya aku akan masuk kelas A," gumam Lily dengan nada kesal, melipat tangannya di dada. "Aku bahkan mengalahkan Selene!"

Raka, yang berdiri di sampingnya, tersenyum lembut. "Yah, kelas B juga bukan buruk, kan? Kita masih punya banyak kesempatan untuk membuktikan diri. Lagipula, ini lebih baik dari yang aku harapkan."

Lily mendengus, jelas masih tidak puas.

"Aku tidak suka kalah," bisiknya, meski nadanya terdengar lebih lembut kali ini.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju Pos B untuk mengambil kartu siswa mereka. Di sana, mereka melihat Thalassius dan Selene sedang berdiri menunggu. Lily langsung menatap Thalassius dengan pandangan mengejek.

"Heh, tidak kusangka kita akan sekelas dengan orang yang kita kalahkan," sindirnya, ekspresi sinis terlihat di wajahnya.

Thalassius menatap Lily dengan tenang, sama sekali tidak terpengaruh. "Ini memang sebuah aib bagiku, namun mau bagaimana lagi? Ini keputusan akademi," balasnya dengan nada rendah, penuh ketenangan yang tak tergoyahkan.

Lily terdiam, mengepalkan tangan kesal. Dia berharap mendapat reaksi yang lebih besar darinya, tetapi ketabahan Thalassius hanya membuatnya semakin frustasi. Di sisi lain, Raka menyembunyikan senyum kecil. Dia tahu Lily tidak suka ketika orang lain tetap tenang saat dia mencoba mengganggu mereka.

Di saat yang sama, Selene tiba-tiba memandang Raka dengan tatapan yang tajam dan serius. Raka merasa canggung di bawah tatapannya dan segera bertanya,

"Apa ada yang salah? Eh, Selene?"

Namun, Selene tidak menjawab. Tanpa sepatah kata pun, dia berbalik dan berjalan menuju pos untuk mengambil kartu siswanya. Raka menghela napas panjang, merasa bingung dan sedikit khawatir.

Setelah menerima kartu siswa mereka, Lily mengajak Raka untuk keluar dari keramaian. Wajah Lily mulai melunak ketika mereka keluar dari kerumunan siswa.

"Hei, Raka," kata Lily tiba-tiba. "Malam ini... datanglah ke kamarku. Ada sesuatu yang penting yang ingin kubicarakan denganmu."

Raka, yang merasa sedikit bingung, mengangguk pelan.

"Uh, baik. Tapi apa itu sesuatu yang serius?"

Lily hanya tersenyum misterius.

"Kamu akan tahu nanti. Jangan lupa ya, ini nomor kamarku," katanya sambil menyerahkan secarik kertas dengan nomor kamarnya tertulis di atasnya.

"Baik, sampai nanti," kata Lily sambil melambaikan tangan, lalu berjalan pergi. Raka melihat secarik kertas di tangannya dan kemudian mendongak ke langit. Langit yang cerah dan biru menyambutnya, seolah menandakan bahwa hidup barunya di akademi baru saja dimulai.

Próximo capítulo