webnovel

Bab 2: Ujian Penempatan

Matahari pagi memancarkan sinarnya ke langit Akademi Stellar, menandakan hari yang sangat dinantikan oleh semua murid baru. Ujian penempatan kelas akan segera dimulai, dan suasana penuh ketegangan terlihat di wajah setiap orang. Raka berdiri di antara kerumunan siswa, mencoba menenangkan hatinya. Hari ini adalah hari di mana nasibnya di akademi ini akan ditentukan.

"Perhatian, murid-murid," suara Kepala Sekolah Prof. Airi terdengar lantang dari podium.

"Selamat datang di ujian penempatan kelas. Hari ini, kalian akan memasuki Monolit World, sebuah dunia yang telah kami ciptakan dengan menggunakan teknologi sihir yang dipelajari dari artefak suci dunia Monolit. Di sana, kalian akan berpartisipasi dalam sebuah Battle Royal. Ingat, ini hanyalah simulasi. Kalian tidak akan benar-benar terbunuh, namun akan langsung dikirim kembali ke dunia asal begitu kalian 'terbunuh.'"

Para murid saling bertukar pandang, beberapa terlihat antusias, sementara yang lain tampak tegang. Raka sendiri merasa campur aduk.

"Sebuah Battle Royal?"

Itu bukan jenis ujian yang dia harapkan.

"Kalian akan dibagi menjadi tim yang beranggotakan dua orang," lanjut Airi.

"Peringkat akan ditentukan berdasarkan performa kelompok kalian, bukan individu. Jadi, bekerjalah sama dengan baik."

Raka menunggu dengan cemas, mencoba menebak siapa yang akan menjadi partnernya. Ia berharap ini bukan seseorang yang akan memandang rendah kemampuannya, seperti yang biasa ia alami.

"Raka, partner-mu adalah Lily Evernight," kata seorang asisten, membacakan nama-nama dari daftar.

Raka menoleh dan menemukan seorang gadis berdiri tak jauh darinya. Rambutnya seputih salju, kontras dengan mata birunya yang dingin dan tajam. Raka mengenali ciri khas itu dia dari Ras Demon.

"Lily, ya?" Raka mencoba memulai percakapan.

"Aku Raka. Senang bertemu denganmu."

Lily menatapnya dengan tatapan dingin, kemudian mengangguk singkat.

"Senang bertemu denganmu juga. Jadi, apa rencana kita?"

Raka menggaruk kepalanya, sedikit bingung dengan sikap Lily yang langsung to the point. "Yah... Aku hanya bisa menggunakan Telekinesis dasar. Tidak ada atribut khusus, dan talent-ku... yah, bisa dibilang F. Jadi, aku tidak bisa banyak membantu."

Mata Lily melebar sedikit mendengar itu. "Telekinesis dasar? Talent F?" dia mengulang, nadanya terdengar skeptis. "Bagaimana bisa orang sepertimu diterima di akademi ini?"

Raka merasa pipinya memanas, namun dia berusaha untuk tetap tenang. Sudah biasa bagi orang lain meremehkannya.

"Yah, mungkin aku beruntung," jawabnya singkat.

Lily mendengus. "Hmph. Jangan menghambatku, kalau begitu," katanya dingin.

"Aku memiliki kemampuan Cryokinesis dan menguasai atribut Es dan Kegelapan. Talent-ku adalah A, kekuatanku dipengaruhi oleh emosiku. Jadi, kita akan membuat rencana berdasarkan itu."

"Dimengerti," Raka hanya bisa mengangguk setuju, mencoba untuk tidak merasa terlalu kecil hati.

Di sisi lain lapangan, Alya telah diberitahu siapa partner-nya. Dia melihat Kris, murid dari Sword Saint Lucas, yang berdiri tidak jauh darinya. Kris adalah murid Lucas dan telah diperintahkan untuk menjaga Alya, sama seperti gurunya yang bertugas sebagai penjaga pribadi sang Saintess, Stella. Alya menatap Kris dengan tajam, matanya penuh dengan kecurigaan.

"Apakah ujian ini sudah diatur?" tanyanya dengan nada dingin.

Kris tersenyum tipis, tidak terpengaruh oleh tatapan tajam Alya.

"Aku tidak tahu apa yang kau maksud, Nona Alya," jawabnya tenang.

"Aku hanya diperintahkan oleh guruku untuk memastikan keselamatanmu selama ujian ini."

Alya mengerutkan kening, tidak yakin harus merasa lega atau kesal. Dia menghela napas, memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah ini.

Di podium kehormatan, Stella Celestia, sang Saintess, duduk bersama dengan pengawalnya, Lucas Von Celestia. Di samping mereka, Kepala Sekolah Airi duduk dengan anggun. Meskipun ia adalah mantan Great Mage dari White Tower, penampilannya yang masih muda membuatnya sulit dipercaya sebagai seseorang yang sebenarnya sudah tua.

"Jadi, kehadiranmu di sini untuk melihat penerusmu, Saintess?" tanya Airi dengan senyum penuh arti.

Stella tidak menyangkalnya.

"Alya memiliki potensi yang luar biasa," jawabnya tenang.

"Aku ingin melihat sejauh mana dia bisa melangkah. Namun, pihak akademi harus tetap netral dalam ujian ini."

Lucas, yang berdiri di belakangnya, memalingkan wajah dengan gugup. Airi tersenyum lebar, langsung mengalihkan pembicaraan.

"Kandidat siswa kali ini sangat menjanjikan. Sepertinya kita akan memiliki generasi baru yang luar biasa."

"Ya, mereka benar-benar penuh kejutan," kata Stella sambil menatap ke arah Raka, seakan ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Sementara itu, bel peringatan dibunyikan, tanda bahwa ujian akan segera dimulai. Semua siswa mulai mempersiapkan diri, termasuk Raka yang berdiri di samping Lily.

"10... 9... 8...," hitungan mundur dimulai. Semua murid berkonsentrasi, persiapan terakhir untuk memasuki Monolit World.

"3... 2... 1..."

Kilatan cahaya menyelimuti mereka, dan dalam sekejap, Raka merasakan tubuhnya diangkat dan dilemparkan ke dalam kegelapan. Saat dia membuka matanya, dia menemukan dirinya berada di tempat yang sepenuhnya berbeda. Monolit World, medan pertempuran ujian mereka, terbentang luas di depannya. Di sekelilingnya, lanskap berubah dengan cepat dari padang rumput yang tenang menjadi hutan gelap yang misterius.

Pertempuran akan segera dimulai, dan Raka tahu bahwa ini bukan hanya tentang membuktikan dirinya, tapi juga tentang bertahan hidup di antara para murid berbakat lainnya.

---

Próximo capítulo