Langit sudah terang, tetapi angin dingin masih bertiup.
Angin kencang mengamuk seperti raungan jiwa yang mencari balas dendam.
Seorang pemuda berpakaian merah darah tiba cukup diam-diam dengan sebuah kepala di tangannya.
Kain di tubuhnya yang ramping semula tak bernoda, tetapi sekarang dadanya merah.
Tapi pemuda itu tidak peduli.
Dia benar-benar tidak peduli.
Tidak peduli seberapa sakitnya, bagaimana mungkin lebih kuat dari sakit hati?
Pemuda ini adalah Braydon Neal!
Mukanya yang tampan menatap kuburan sepi di depannya.
Inilah kali pertama Braydon di sini.
Seluruh tentara Ludwig dikubur di sini.
Di kuburan sepi yang tak berujung, bisa samar-samar terlihat betapa tragisnya perang kala itu.
Di tumpukan terbesar.
Ada sebuah monumen setinggi sembilan meter!
Batu nisan terbesar tidak punya nama.
Orang yang mendirikan batu nisan tidak ingin orang luar tahu siapa yang dikubur di kuburan ini.
Itu sebabnya mereka mendirikan batu nisan tetapi tidak mengukir nama.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com