webnovel

TUNGGU SAJA

"Mau sama aa aja"

Terbang. Seketika diriku terbang melayang. Aku tidak menyangka kalau ia akan berkata seperti itu. Padahal tadinya aku tidak akan berharap lebih lagi padanya. Tapi sekarang, ia telah meyakinkanku bahwa ia adalah pilihan yang tepat bagiku. Pilihan yang tidak hanya dipandang oleh mata, melainkan dirasakan juga oleh hati.

"yakin mau sama aa aja? ga bakalan nyesel?" tanyaku memastikan bahwa ia tidak salah pilihan

"yakin" jawabnya penuh penegasan

"tapi si Zafian orang Subang kan?" aku menebak posisi rumah Zafian

"ga tau, Iya mungkin" jawabnya disusul dengan kecurigaan "emang mau ngapain?"

"engga cuma nanya aja" jawabku

"jangan bilang kalo mau nyamperin ke rumahnya" ia pun semakin curiga

"ngedatengin mah engga, cuman AA mau ngadigdig rumahnya aja. hahaha" ngadigdig artinya mendatangi dalam bahasa Sunda

"ih tuh kan jangan! mau ngapain coba" ucapnya panik

"ya mau silaturahmi lah, emang ga boleh?" jawabku sambil menggodanya

"ya boleh sih kalau mau silaturahmi, tapi jangan ah. takut"

"iya iya engga" aku pun mengakhiri drama ini. Lagian siapa juga yang mau mendatangi rumahnya. apalagi sampai ribut. haduuuh dasar. aku juga bukan tipe orang yang suka kekerasan. aku hanya suka KAMU.

"udahan yaa marahnya, jangan marah lagi"

"engga, AA ga marah. mana bisa AA marah ke Bila"

"iya maksudnya kesel, bete. udah yaa..." ucapnya lembut

"iya udah"

"asiiik party!" jawabnya senang

"jadinya gimana?" aku memastikan lagi

"mau sama AA aja, Bilanya jangan dititipin ke Zafian" jawabnya dari hati yang paling dalam

"iya iya engga, yaudah udahan dulu ya telponannya" aku mengakhiri panggilan

"iya AA, kalau ada apa-apa bilang aja ke Bila ya"

"Siap! wassalamu'alaikum "

"Wa'alaikum salam " panggilan pun terputus

Sekarang hatiku lebih ceria. Karena orang yang aku cinta nyatanya belum ada yang punya. Tuhan, aku tidak menginginkan bahagia. yang aku inginkan hanyalah ia yang sekarang bersamaku akan terus bersama hingga umur kita menua. jikalau itu gagal, lantas bagaimana aku bisa bahagia?

"si Pian jadi ga kesini?" aku duduk di sofa sesampainya di rumah Yana

"katanya sih jadi, lagi siap-siap mungkin" jawabnya sambil berjalan ke arah dapur "mending sekarang kita makan dulu" ia pun menaruh nasi dan lauknya di meja

"iya iya siap" aku menganggukkan kepala

"iya sok atuh" ia menyuruhku yang sedari tadi hanya menatap makanannya saja

Kita berdua pun makan bersama di ruang tamu. hanya kita berdua. romantis kan? andai saja Nabila yang berada disini, pasti aku telah menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Karena untuk bisa bertemu dengannya saja sesulit makan bubur pake sumpit.

* * * * *

"assalamualaikum!" ucap seseorang di luar rumah Yana yang membuatku tersadar dari tidurku. Jadi tadi aku tertidur? bisa-bisanya setelah makan enak langsung tertidur pulas karena menunggu Pian yang telah lama tak kunjung datang.

"wa'alaikum salam" jawabku setelah membuka mata

"malah tidur coba" Pian bersalaman denganku

"ana juga ga nyadar, tadi tiba-tiba pindah alam. Hahaha "

"jadinya mau kemana nih kita?" tanya Pian padaku dan Yana

"ke sumber mata air Aqua aja yuk!" usulku

"boleh, tapi jauh engga sih? soalnya ana harus ijin ke orang tua dulu" tanya Yana agar bisa meminta ijin pada orang tuanya

"lumayan, ada kali 1 jam-an" terangku

"boleh deh sekalian jalan-jalan juga" Yana pun setuju atas pendapatku

"eh tapi tunggu dulu!" Pian mengangkat tangan menghentikan rencana

"kenapa?" tanyaku penasaran

"tungguin dulu" jawabnya seakan menunggu seseorang

"nungguin siapa?" aku semakin penasaran

"nungguin si Repi sama Jadi"

"ada ceweknya ya?" tanyaku yang sebenarnya aku sudah tahu jawabannya

"ada" jawabnya tanpa bersalah

deuh kenapa harus ada cewek sih? gak tau apa, baru juga tadi aku baikan sama Nabila. sekarang tiba-tiba mau main sama cewek. Apa arti air mata yang tadi dikeluarkan oleh nabila?- batinku kesal.

"ngapain bawa cewek sih? kan kita janjiannya juga mau main bertiga" aku kesal dengan Pian

"ih gapapa atuh. please. ana mau boncengan" ia memohon padaku dan Yana

aku menarik napas dan membuangnya kasar "yaudah cepetan"

"oke"

Kita pun tidak jadi langsung berangkat karena harus mengikuti kemauan Pian. Bukannya aku melang ia untuk bermain dengan pacarnya, tapi tadi pagi Nabila Baru saja menangis karena ku. Masa aku akan membuatnya menangis untuk yang kedua kalinya? apa yang akan ia pikirkan kalau ia tahu aku bermain dengan perempuan lain. Dan aku yakin bukan hanya pacarnya yang datang, pasti ada beberapa temannya juga.

Hampir satu jam kita menunggu kehadiran mereka, namun tidak kunjung datang juga. bahkan batang hidungnya pun tidak ada. "Pian! mana? pada jadi kesini ga?" tanyaku sedikit kesal

"i-iya jadi ini baru nyampe pasar katanya" jawabnya setelah melihat handphone

"ih masih jauh atuh pasar mah. setengah jam-an lagi" terang Yana sebagai tuan rumah

"tuh kan kata si Yana juga masih lama, langsung aja berangkat yu" aku sudah mulai kesal

"bentar lagiii... aja please please please" ia masih memohon

"setengah jam lagi ya, kalo masih belum datang juga kita berangkat" ucapku penuh penegasan

"iya iya"

Kita pun kembali menunggu. Entah apa yang ada di otaknya. padahal, yang aku inginkan hanya bermain bertiga. kita-kita aja gitu. jika ada yang ingin ikutan boleh, dengan catatan laki-laki.

"mana? ga Dateng Dateng tuh" aku melihat sekitar rumah Yana. "entar ketemuan di jalan aja lah"

"yaudah lah kita ketemuan di jalan aja" ia mulai pasrah

Kita menaiki motor masing-masing. Aku bersama Yana dan Pian sendiri- mau boncengan sama pacar, katanya. Motor-motor melaju keluar pekarangan rumah Yana dengan tujuan sumber mata air Aqua yang ada di daerah lima ratus.

tiiit! tiiit! tiiit!- suara klakson berbunyi. Pian membunyikan klakson kepada pengendara motor di arah berlawanan.

"siapa?" aku mengencangkan suara karena bising

"itu mereka" ia menunjuk motor yang tiba-tiba berhenti

Mereka pun berputar arah dan menghampiri kita bertiga "eh Aldi! gimana sehat?" ucap Repi menjabat tanganku

"Alhamdulillah sehat, ente sehat?" tanyaku balik

"sehat Alhamdulillah" jawabnya. "eh Yana, sehat?"

"Alhamdulillah" jawab Yana yang sedari tadi duduk di belakangku

"jadinya mau kemana ini teh?" tanya jaid mencari tujuan

"Kita ke rumahnya Yana dulu aja yuk" Pian mengajak kita untuk balik lagi ke rumah Yana

"yuk! ana ngikutin dari belakang aja" ucap Repi

Aku hanya bisa pasrah dan mengikuti alur. Benar kataku. bukan hanya satu perempuan. disini sudah ada tiga perempuan dan sepertinya akan ada lagi yang akan menyusul. kita tunggu saja.