"Bangunlah! Satomi Adney!"
Seseorang memanggil dan menyuruhku untuk bangun, aku membuka mata perlahan dan mendapati kalau dia adalah seorang lelaki bertinggi badan sekitar 180 cm dengan wajah yang menyeramkan.
Dia lumayan tinggi untuk seorang guru, dan kupikir dia adalah seorang atlet.
Tentu saja aku sangat yakin kalau tidak segera bangun, maka hukuman yang berat menanti ku.
Walaupun agak berat, aku dengan terpaksa segera menggerakkan dan membangunkan tubuhku dari kasur.
Salah satu kakiku menapak pada lantai kamar, lalu disusul oleh kakiku yang satunya.
Dia sangat berbeda dari ayahku dan tentu saja dia berbeda, bodoh sekali diriku ini.
Mungkin karena aku masih belum terbiasa terpisah dengan ayahku, sekarang aku malah membayangkan dirinya.
Walaupun aku mengetahui kalau ini adalah sekolah asrama yang dibatasi, tapi tetap saja aku berharap kalau ayahku akan datang mengunjungi ku nantinya.
Aku juga berharap agar bisa melihatnya lagi nanti.
"Waktumu 10 menit, segera bersiap-siap dan pergi!"
Lelaki ini menyuruhku dengan tegas.
Aku mendapatkan kembali kesadaranku dan berusaha untuk fokus menghadapi apa yang sedang kuhadapi sekarang, yaitu sekolah ini.
"Siap laksanakan!"
Aku lalu menjawab lantang dengan postur tubuh tegap walaupun agak goyah.
"Bagus!"
Selesai mengatakan itu, dia pergi keluar kamar.
Sekarang aku harus mandi lalu bersiap pergi ke sekolah.
Aku hanya mandi selama kurang dari 10 menit, lalu aku membuka lemari dan berpakaian seragam sekolah.
Hanya ada tiga seragam di sekolah ini, pertama seragam wajib, kedua seragam olahraga, dan ketiga seragam klub.
Saat ini aku mempunyai seragam wajib dan seragam olahraga, untuk seragam klub itu hanya akan ada saat aku berada di kelas 2.
Seragam wajib dipakai saat hari biasa dan seragam olahraga akan dipakai saat ada kegiatan atletik.
Selesai bersiap-siap, aku tidak sarapan dan langsung pergi ke sekolah karena makanan disediakan oleh pihak sekolah.
Aku keluar dari area asrama dan sampai di area sekolah, lalu aku pun langsung memasuki kelas.
Aku sendiri berada di kelas 1-E, ini adalah kelas dengan kemampuan terendah berdasarkan hasil tes ujian masuk sebelumnya.
Di sekolah ini terdapat 5 kelas setiap angkatannya yaitu kelas A sampai E, sepertinya jumlah siswanya itu sendiri ada 31 siswa.
Kelas A adalah kelas unggulan dan sering menjadi kebanggaan sekolah karena selalu memenangkan kejuaraan olimpiade tingkat nasional maupun internasional.
Berbanding terbalik dengan kelas E, ini adalah kelas yang menampung siswa dengan kemampuan pas-pasan atau bisa dibilang hanya naik sedikit tingkatan dari siswa biasa.
"Wah, lihat! Bukankah dia sangat cantik?"
"Kau benar! Dia seperti model dengan kecantikannya yang seperti itu!"
Baru melangkahkan kaki memasuki kelas, aku langsung mendapati keadaan kelas yang tidak biasa.
Banyak anak laki-laki yang kagum dan terpesona dengan kecantikan gadis berambut pirang yang duduk di bangku depan.
Semua bangku belakang telah diisi oleh laki-laki mengerikan, jadi terpaksa aku harus duduk di bangku depan sama seperti saat tes dulu.
"Hei, siapa namamu?"
"Apa ada sesuatu yang kau sukai?"
"Ayo kita berteman baik!"
Banyak siswa di kelas yang mengerumuni gadis itu dan kurasa dia sedang dalam kesulitan menghadapi mereka semua.
Tidak hanya para laki-laki, para perempuan juga tidak ingin kalah untuk berbicara dengannya.
Orang yang berwajah cantik serta memiliki penampilan yang bagus memang selalu menarik perhatian, itu karena dia memiliki satu daya tarik yang bisa mentolerir semua kesalahan yang diperbuatnya.
Semua berbanding terbalik dengan orang yang tidak memiliki daya tarik satupun, dia akan terus dianggap bersalah walaupun tidak memiliki kesalahan.
Begitulah kehidupan yang tidak adil ini akan terus berlangsung.
"Namaku Lina Lyubochka, aku ingin menjadi dokter, salam kenal semuanya!"
Jadi namanya Lina Lyubochka, dia dengan mudahnya populer di hari pertama bersekolah.
Dia ingin menjadi dokter dan karena itulah dia masuk ke sekolah ini.
Alasan yang bagus, Yuboh.
"Wah, apa kau berasal dari luar negeri? Namamu terdengar asing."
"Kau pasti sangat pintar!"
"Hehe, tidak juga. Tapi terima kasih, kuharap kita bisa berteman baik!"
"Tentu, kita pasti bisa berteman baik!"
Ternyata mengamati dan sedikit memperhatikan sekitar cukup bagus untuk dilakukan, walaupun aku tidak peduli dengan kejadian apa saja yang akan terjadi.
Beberapa menit kemudian, seorang guru laki-laki berambut hitam dan bertubuh tinggi kurus datang memasuki kelas, jika dilihat mungkin tingginya diatas 180 cm.
Dia lebih tinggi dari orang yang membangunkan ku saat di kamar asrama tadi.
Lalu dia duduk di kursi guru dan membuat banyak siswa panik lalu berhamburan untuk duduk di bangku mereka masing-masing.
"Ya, harap tenang! Aku akan memperkenalkan diriku, namaku adalah Smith Afton, panggil saja Pak Smith. Aku akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun penuh, mohon kerjasamanya!"
"Baik, Pak Smith!"
Hanya sedikit siswa yang membuka mulutnya ketika Pak Smith selesai berbicara, mungkin mereka takut dengan tatapan intimidasi yang dikeluarkan olehnya.
Tubuhnya lumayan berotot dan dia memiliki tinggi badan layaknya seorang atlet, lalu tatapan matanya juga terlihat seperti elang yang siap untuk berburu mangsa.
Tentu saja itu menakutkan.
"Sebelum aku menjelaskan tentang aturan sekolah ini, ada baiknya kalian saling memperkenalkan diri terlebih dahulu. Dimulai dari kau, perkenalkan dirimu!"
Pak Smith menunjuk jari tangannya ke arahku, itu berarti beliau menyuruhku untuk memperkenalkan diri.
Aku yakin semua teman sekelas ku ini sedang bingung dan bertanya-tanya tentang aturan apa yang harus ditaati.
Mereka pasti berharap kalau aturan sekolah itu tidak akan mempersulit mereka nantinya.
Semua tatapan teman sekelas ku mengarah padaku.
Seperti biasa dan tanpa emosi apapun, tidak perlu berdiri lalu aku langsung mengenalkan diriku.
"Hmm ... ya, namaku Satomi Adney, panggil saja Satomi! Sekian!"
"Tunggu Satomi, jangan bercanda! Apakah terlalu sulit bagimu untuk memperkenalkan diri?! Dan harap berdiri saat sedang bicara dengan guru!"
Tentu saja dia marah karena perkenalanku yang terlalu singkat.
Bahkan aura menakutkannya terasa sangat jelas memenuhi seisi kelas dan itu membuat mereka ketakutan, kecuali diriku sendiri.
Jika aku dihukum sekalipun karena tindakanku ini, maka aku hanya perlu menjalaninya.
"Hmm ... maaf, Pak Smith! Aku tidak memiliki kelebihan apapun, lagipula tidak ada yang peduli jika aku menyebutkan hal merepotkan seperti hobi dan cita-cita. Bukankah kebanyakan dari mereka hanya akan mengingat bagian pentingnya saja? Seperti nama."
Dengan sedikit bualan, aku menjawab pertanyaannya.
"Menarik sekali Satomi, aku kagum dengan kata-katamu. Baiklah, jika ada satu orang lagi yang memperkenalkan diri sama seperti Satomi, aku akan langsung menyuruh kalian keluar. Paham?! Perkenalkan diri kalian dengan benar!"
Pak Smith lalu menatap seisi kelas dengan tajam lalu mengeluarkan kata-kata ancaman terhadap mereka.
"Ya! Kami mengerti!"
Semua siswa kecuali aku sontak menjawab dengan tegas ketika Pak Smith mengancam mereka.
Ternyata hukumannya hanya keluar kelas, bagiku itu sangat ringan.
Tidak ada yang salah dengan perkenalanku, hanya saja apa yang kulakukan dan kukatakan membuat beliau tak berkutik hingga berujung pada pelampiasan ke siswa lain.
"Selanjutnya kau!"
Pak Smith kembali menunjuk jari tangannya pada seorang laki-laki di sampingku.
Tanpa membutuhkan waktu yang lama dia langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya.
Ternyata dia juga tidak takut dengan Pak Smith sama seperti diriku, menarik sekali.
"Yo! Halo semuanya, kalian bisa memanggilku Danna! Aku sangat suka berlari dan cita-cita ku adalah menjadi apapun yang terpenting bisa menghasilkan uang, hahaha!"
Lelaki disampingku bernama Danna, dia terlihat seperti penghibur kelas dengan perkataannya yang seperti itu, bahkan dia masih bisa tertawa sendiri disaat siswa lain sedang ketakutan.
"Ya, setidaknya lebih baik dari Satomi. Selanjutnya!"
Karena perkenalannya lebih baik dariku, Pak Smith tidak marah dan menyuruh untuk melanjutkan sesi perkenalan.
Kali ini Pak Smith tidak menunjuk jari tangannya karena mereka sudah mengetahui jalan dan gilirannya untuk melakukan perkenalan.
Selanjutnya adalah seorang gadis populer yang seisi kelas sudah mengetahui namanya.
"Izinkan aku memperkenalkan diri, namaku Lina Lyubochka dan panggil saja aku Lina. Hobi ku adalah mempelajari semua hal tentang sains, sedangkan kekuranganku yang paling menonjol adalah tidak terlalu menyukai pelajaran olahraga. Untuk cita-cita aku ingin menjadi seorang dokter, sekian terima kasih!"
"Tepuk tangan semuanya! Perkenalan seperti inilah yang harusnya dapat diterima. Kerja bagus, Lina!"
Pak Smith menjadi bersemangat ketika ada seseorang yang memperkenalkan dirinya sesuai dengan keinginannya.
Dia juga menyuruh semua siswa yang ada di kelas untuk bertepuk tangan.
Demi menghindari Pak Smith dalam suasana hati yang buruk, hampir semua siswa bertepuk tangan hingga terdengar bunyi tepukan tangan yang cukup keras.
Apa aku juga melakukannya?
Tentu tidak.
Mungkin aku harus memujinya.
Yuboh, kau melakukan sesuatu yang baik.
"Kau membuat suasana kelas membaik karena suara tepuk tangan tadi," gumam ku.
"Cukup, selanjutnya!"
Untungnya Pak Smith tidak mendengarkan apa yang kugumamkan dan sesi perkenalan lanjut berjalan.
Aku merasa bosan.
Sekarang aku sudah tidak peduli dengan sesi perkenalan karena yang terpenting aku sudah melakukannya, lalu aku memutuskan untuk menyandarkan kepalaku di meja.
Begitulah perkenalan yang panjang dan memakan waktu terus berlangsung, hingga akhirnya semua siswa di kelas sudah memperkenalkan diri mereka.
Jika dipikir-pikir, aku hanya mengetahui dua orang nama teman sekelas ku.
Cukup menyedihkan walaupun sebenarnya aku tidak peduli.
"Kerja bagus, kalian semua! Satomi, jangan tidur saat aku akan menjelaskan!"
"Maaf!"
Pak Smith menegurku karena melihat kepalaku yang bersandar di meja lalu tanpa pikir panjang aku langsung meminta maaf, walaupun aku tidak menyesal sama sekali.
"Tidak ada maaf untuk yang kedua kalinya, keluar sekarang!"
Yah, sepertinya aku membuat Pak Smith marah.
Dia menunjuk jari tangannya ke arahku dan menggesernya ke arah pintu, tentu saja itu adalah perintah untuk diriku keluar kelas.
"Aku ingin siswa yang mematuhi peraturan! Satomi Adney, keluar sekarang!"
Aku diam sejenak untuk berpikir.
Aku tidak akan dihukum berat hanya karena masalah ini bukan?
Jika tidak masalah, aku akan keluar sekarang.
Bukannya aku takut dihukum berat oleh Pak Smith, hanya saja aku tidak ingin berbuat banyak hal di hari pertama ku bersekolah, apalagi menjalani hukuman berat.
Aku hanya ingin bersantai, itu saja.
"Baik, Pak Smith!"
"Bagus, harap sesali perbuatanmu barusan!"
"Ya, aku mengerti ... Pak Smith!"
Tanpa membutuhkan waktu yang lama, aku pun pergi keluar kelas melewati Pak Smith dan beberapa teman sekelas ku.
Perasaanku saat ini?
Tentu saja tetap datar dan tanpa emosi apapun, ditambah lagi aku tidak peduli dengan hukumannya.
Aku yakin kalau aku akan baik-baik saja walaupun sudah dipandang buruk oleh mereka.
Apa kesan pertamaku tentang sekolah ini?
Merepotkan.