webnovel

BAB : 3

Seorang pemuda dengan pakaian lusuh dan ikat pinggang dari kulit ular berjalan mengelilingi sebuah arena yg dibuat dari papan kayu dan dikitari bambu seluas 20 x 20 meter persegi. Pemuda itu berkali- kali memukul alat musik bende keliling arena sambil berteriak.

" Ayo ..ayoo..kumpul para pendekar untuk bertarung. Tunjukkan kehebatan kalian dalam pertarungan hari ini..ayoo..siapa yg paling hebat.. Datanglah..." kata pengawal yg dipercaya membacakan pengumuman. Untuk pemanasan, penyelenggara pertarungan yg juga guru perguruan silat Bangau terbang Kebopait menyuruh anak buahnya berlaga di tengah arena. Panjul dan Soreng bertarung. Mereka yg mewakili perguruan Bangau Terbang mulai adu ketangkasan. Tapi kurang menarik perhatian karena mereka tak sungguh 2. Ada seorang pendekar yg langsung melompat ke tengah arena membabat dua orang murid Kebopait dengan pedangnya.

" Hiiiiaaaaahhh!!"

" Crass !!"

Luar biasa gerakan pendekar itu sehingga dengan sangat cepat mampu memenggal leher dua orang lawan sekali tebas.

Tanpa ampun dua pendekar muda itu terkapar dengan kepala terpotong pedangnya. Kebopait yg bertanggung jawab terhadap serangan itu akhirnya turun tangan melihat muridnya dibunuh dengan kejam.

" Bedebah !! Mau cari binasa kamu ya"

" Yah. Aku memang mau cari mati. Siapa yg bisa membunuhku ? Ayo kalian semua maju melawan aku" kata pendekar bertopeng harimau itu.

Penonton yg datang mulai emosi melihat kesombongan pendekar Topeng Macan. Tapi masih tertahan oleh perlawanan Kebopait.

" Hiiiaaattt!!"

'" Hiaaaahhh!!"

" Aww,!!"

Kebopait tampak keteter hingga beberapa langkah mundur. Bajunya robek kena sabetan pedang Topeng Macan.

" Ha ha ha ha...ayoo..jangan panik. Hiiaaahhh!!" kata pendekar sombong itu sambil bersalto dan membabat kepala Kebopait yg terlempar keluar arena. Saat itulah muridnya menahan serangan Topeng Macan dengan siku rangannya yg dgn cepat menyodok pundak Topeng Macan. Spontan para murid Bangau Terbang marah menyerbu Topeng Macan yg telah membunuh kawan mereka.

Kembali Topeng Macan melompat kebelakang disusul belasan murid Kebopait yg bersiap dengan pedang di tangan.

" Serbuuuuu!!!"

Senang sekali Topeng Macan menghadapi para murid Kebopait yg hanya berbekal emosi. Sekali ia melompat maka tebasan pedangnya mampu menjatuhkan lima pemuda murid Kebopait.

Kebopait yg sudah keteter terpaksa mantek aji Bolosrewu untuk melawan Topeng Macan. Topeng Macan bukan sembarang manusia. Matanya yg tajam bisa memilah mana lawan sesungguhnya ketika muncul ribuan orang yg mirip Kebopait.

" Hiiiiaaaaahhhh!!!"

Satukali sabetan pedang Topeng Macan telah menewaskan kepala perguruan Bangau Terbang, kalau tidak datang seorang pendekar muda dengan kapak mautnya.

Suro Gendeng dengan sabetan kapak maut 131 ditangannya telah menyedot kekuatan dari pedang maut Topeng Macan.

" Heeeaaaaahhhh!!!"

" Heit! Heit!!"

" Wuuuuaaaah"

Topeng Macan harus menghentikan kesombongannya saat pedang di tangannya patah kena gempur kapak maut Suro Gendeng. Suro Gendeng terus mendesak mana kala tubuh Topeng Macan terhuyung-+ huyung ke belakang.

" Ayooo terus bunuh aku atau aku akan membunuhmu." tantang Topeng Macan kepada Suro Gendeng. Sebenarnya Surogendeng enggan membunuhnya. Tapi karena lawannya sudah berniat membunuh hingga Suro terpaksa mengerahkan ilmunya yg sangat dahsyat Bayusaketi.

" Hiaaaatttt"

Topeng Macanpun bersiap dengan ajian penangkal gaib dengan menyatukan dua telapak tangan kemudian mendorong kedepannberadu dengan sinar merah yg keluar dari tangan Suro.

" Glegerrr !!'

Tubuh Topeng Macan menggigil seperti kena aliran listrik dan terbakar., kemudian meledak hancur berkeping- keping.

Penonton mulai bersorak girang. Terutama Kebopait yg telah diselamatkan oleh Suro Gendeng.

Tentu saja penonton yg sudah berdesakan di sekeliling panggung mulai kenal dengan pendekar muda dengan kapak mautnya yg terselip dipinggang bermata dua. Surogendeng mulai terkenal dan cukup disegani. Namun begitu ada seorang pendekar yg penasaran ingin mencoba kekuatan Suro Gendeng. Ken Abang yg kemudian melompat ke tengah arena berhadapan dengan Suro Gendeng.

Ken Abang yg tadi melihat sendiri bagaimana Suro Gendeng menghancurkan musuhnya dengan Bayusaketi cukup memberi hormat sambil mundur selangkah. Suro pasang kuda2 dan selipkan kembali kapak mautnya ke pinggang. Ken Abang sepertinya hanya penasaran dan ingin mencoba kekuatan Suro Gendeng yg ternyata mampu mengimbanginya. Ia menatap tajam ke arah mata Suro Gendeng yg sangat tajam mengikuti gerakan kaki dan tangannya.

Tanpa kata2 tangan mereka maju saling pukul dan menghindar. Adu kekuatan antara kaki dan tangan yg sangat dahsyat hingga keduanya terpental oleh pukulan, tendangan dan serangan tenaga dalam.

Ken Abang tersuruk kebelakang hingga bersalto dan jatuh pada tumpuhan satu tangan. Sedang Suro Gendeng terguling hingga bersalto dan bangkit dalam posisi kuda2.

Ken Abang geleng kepala melancarkan serangan kembali. Kali ini Suro Gendeng menyambut sambil menggunakan tenaga peringan tubuh terbang. Tapi Ken Abang malah menariknya keluar dari arena dan lenyap dalam kabut.

Siapa Ken Abang sesungguhnya ? Ken Abang mengakui kehebatan Suro Gendeng dengan ilmu yg dikuasainya. Ia merasa satu tujuan dan satu hati dengan Suro hingga memutuskan untuk segera pergi meninggalkan arena yg tidak menguntungkan bagi mereka.

Próximo capítulo