webnovel

Renovasi

"Eh? Apa tuan serius?" tanya Lixia.

"Ya. Meskipun mungkin penyelesaiannya akan membutuhkan waktu lama. Tapi itu akan menjadi awal jalan bagi kita," jawab Satria sambil mengeluarkan uang 600 koin emas yang sudah dia siapkan.

"Kalian bisa memberikan ini kepada rentenir, untuk masalah renovasi aku akan menjelaskannya lagi nanti sebab kita membutuhkan tempat tinggal sementara selagi tempat ini direnovasi. Aku akan menemui Alexa dan Trixi di gedung asosiasi petualang, aku titip Nekora di sini dulu," kata Satria.

"Oh iya tuan. Apa tuan tidak mau melihat pisau yang sedang aku tempa?" tamua Lixia dengan berbinar-binar.

"Oh taring yang aku berikan waktu itu ya, baiklah. Aku juga sudah penasaran sampai sejauh mana kamu bisa mengolahnya," kata Satria seraya berjalan menuju tempat menempat.

Lixia langsung menunjukan taring Leviathan yang sudah dia tempa meskipun baru setengah jalan tapi setidaknya taring itu sudah berbentuk seperti sebuah pisau. Melihat hal itu Satria yakin kalau Lixia memang berbakat jadi seorang blacksmith. Satria memuji Lixia dan mengatakan di tempat kerja barunya nanti Satria pasti akan menyediakan alat-alat menempa dengan kualitas terbaik. Mendengar hal itu Lixia terlihat semakin senang.

Satria langsung berjalan menuju gedung asosiasi petualang Kota Lunar, namun entah mengapa rasanya hari ini dia bertemu banyak demi human. Bahkan diantara mereka terlihat adalah para demi-human petualang, tapi Satria tidak terlalu mengkhawatirkannya dan terus menuju ke gedung asosiai.

Semua petualang yang ada di sana seperti biasa menatap Satria dengan tajam, terlebih kali ini Satria juga memakai jubah khas priest meskipun tidak membawa tongkat sihir. Senjata andalannya juga dia simpan kembali di dalam tas miliknya. Satria langsung masuk ke dalam gedung dan menuju lantai dua tanpa menghiraukan pandangan para petualang di sekitarnya, bahkan beberapa anggota Squad Gven terlihat terus menatap Satria dari kejauhan.

"Lama tidak berjumpa, Alexa," tukas Satria saat melihat Alexa sedang duduk bersama Trixi diluar ruangan kerja mereka.

"Eh? Satria?" ujar Alexa.

"Satria, kamu ternyata kembali lebih cepat," sambut Trixi sembari tersenyum.

"Ya. Aku buru-buru datang kemari karena urusanku di Ibukota sudah selesai," jawab Satria. Alexa langsung mempersilahkan Satria untuk duduk.

"Aku tidak menyangka kau akan segera pulang. Kami sudah mendengar semuanya dari Ibu Lixia kalau kau berniat membantu mereka," tukas Alexa.

"Oh, jadi mereka sudah menceritakannya. Akan lebih mudah kalau begitu, memang benar aku berniat membantu mereka tapi seharusnya mereka juga mengatakan bahwa aku bukan membantu mereka tapi membeli kediaman serta toko mereka," kata Satria.

"Mereka juga menjelaskannya, tapi melihat keuntungan yang kamu tawarkan itu rasanya tidak salah kalau kami menyebutnya sebagai bantuan," ujar Trixi sambil menawarkan teh tapi Satria menolaknya.

"Langsung saja, aku datang kemari karena ingin menawarkan sesuatu kepada kalian," kata Satria. Trixi dan Alexa langsung menatap tajam Satria yang mendadak serius.

"Aku ingin mencari tempat tinggal baru, kalau bisa daripada menyewanya aku ingin membelinya. Tapi kalau tidak ada yang disewa juga tidak apa-apa, tapi aku ingin harganya agak murah. Di pedesaan yang agak jauh juga tidak masalah, aku ingin membawa semua barang-barang milik Lixia dan Ibunya ke tempat baru itu sedangkan kediaman dan toko mereka akan direnovasi," jelas Satria.

"Nanti jika berhasil kalian akan aku berikan imbalan," sambung Satria. Tapi Alexa dan Trixi hanya tersenyum mendengarnya.

"Itu tidak perlu, jika demi Lixia dan ibunya aku pasti akan membantu semampuku meski tanpa imbalan," kata Trixi.

"Trixi benar, kau tidak perlu sampai seperti itu. Kita adalah teman jadi kau tidak perlu memberikan kami imbalan, lagipula Lixia juga adalah teman kami," timpal Alexa.

"Aku tidak yakin, tapi jika memang itu benar maka akan lebih mudah," batin Satria.

"Kalau begitu aku ucapkan terima kasih. Nanti jika sudah menemukannya tolong kabari aku atau Lixia," kata Satria.

"Oke," jawab Trixi sambil membuat isyarat dengan jarinya.

"Tapi apa kau yakin ingin merenovasinya? Biayanya mungkin akan sangat mahal, terlebih berada di tengah-tengah kota seperti itu," tanya Alexa.

"Aku akan mengumpulkan uangnya, bagiku tempat itu adalah tempat yang sangat cocok untuk berbisnis. Seberapa besarpun biayanya tetap saja keuntungan jangka panjang yang akan diterima pasti lebih banyak," jawab Satria tanpa ragu sebab semua itu sudah dia perhitungkan matang-matang.

"Alexa, kami minta tolong dong. Ada banyak berkas yang perlu diurus akhir bulan ini. ketua asosiasi nanti akan memeriksanya," tiba-tiba saja dari arah tangga terdengar seorang wanita memanggil Alexa. Saat dilihat ternyata petugas asosiasi lainnya yang datang dari lantai atas.

"Aku pergi dul-"

"Eits, kalian mengobrol saja di sini," potong Trixi sambil menahan tubuh Alexa yang mau berdiri. Trixi terlihat mengedipkan matanya kepada Alexa sambil menyeringai.

"Biar aku saja," sahut Trixi.

"Ayo Trixi," kata petugas wanita itu sambil berjalan kembali ke atas.

"Selamat mengobrol," kata Trixi sambil mengedipkan matanya.

"Ish, dia ini memang aneh," ujar Alexa sambil tersipu malu.

"Oh iya, apakah informasi untuk mengakses statistik kita sudah disampaikan di Kota Lunar ini?" tanya Satria. Alexa terlihat kaget.

"Oh, aku pikir kau belum mengetahuinya. Ya, semua orang di Kota Lunar pasti sudah mengetahuinya. Tadinya aku juga ingin menanyakannya kepadamu tapi keburu membahas masalah Lixia," jawab Alexa.

"Begitu ya, apa selama aku pergi ada player yang datang kemari?" tanya Satria lagi.

"Aku bertemu dengan sebelas orang player, mungkin sebenarnya lebih dari segitu tapi yang aku sadari dan aku sapa hanya sebelas orang saja. Pertama datang dua orang, kedua empat orang, ketiga empat orang dan kelima satu orang yaitu tadi pagi. Tapi yang terakhir itu sudah memakai armor dan perlengkapan bagus, kelihatannya dia adalah player yang cukup berpengalaman," jawab Alexa.

"Tapi aku tidak mengatakan bahwa aku adalah player, sebab mereka terlihat kurang bersahabat. Malah aku baru ingat kalau aku dijalanan juga pernah bertemu dengan satu squad player full party, tapi aku tidak berani menyapa mereka. Terlebih aku khawatir dengan keselamatanku sendiri, apalagi setelah semua orang tahu cara mengakses slot tas miliknya," sambung Alexa.

"Tindakanmu sudah benar, di dunia ini tidak ada orang yang akan peduli dengan keselamatan kita selain diri kita sendiri. Aku yakin itu juga yang dipercaya oleh player lainnya. Jika mereka kurang bersahabat juga wajar, sebab diperjalanan pulang aku juga bertemu dengan player biadab yang tidak ragu menghabisi teman-temannya," kata Satria.

"Benarkah? Tapi kau tidak apa-apa?" tanya Alexa dengan wajah khawatir.

"Tidak apa-apa. Oh iya, aku lihat tadi diluar banyak sekali petualang demi human. Apakah di Kota Lunar sedang ada banyak quest?" tukas Satria.

"Oh, akhir-akhir ini memang banyak petualang dari Kerajaan Grimer yang datang kemari, banyak juga pedagang dari sana. Maklumlah Kerajaan Luxurie memang sangat terbuka dengan demi human," jawab Alexa. Satria hanya menganggukan kepala saja tanda paham, meskipun baginya hal itu bukanlah sesuatu yang wajar.

Kerajaan Grimer yang ada di sebelah barat Kerajaan Luxurie memang salah satu kerajaan besar yang penduduknya hampir Sembilan puluh persen adalah demi human. Jika dilihat dari peta maka Kerajaan Grimer berbatasan langsung dengan Kerajaan Luxurie, tapi jika dari Kota Lunar ingin menuju ke wilayah Kerajaan Grimer maka harus melewati Kota Vix terlebih dahulu yang juga masih ada dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Luxurie.

"Oh iya sebenarnya aku penasaran. Kau sudah memutuskan untuk membantu Lixia dan keluarganya, tapi kau juga pasti tahu yang kau hadapi itu adalah rentenir yang kemungkinan pasti punya hubungan dengan para pejabat Kota Lunar ini. Apa kau tidak takut?" tanya Alexa.

"Maksudmu karena mereka sudah mengincar tanah tempat Lixia berada?" tebak Satria.

"Ya. Aku yakin orang sepertimu sudah tahu apa yang sebenarnya mereka rencanakan," jawab Alexa sambil tersenyum.

"Mereka akan membutuhkan waktu lama untuk menyadari aku adalah orang yang meminjamkan uang kepada Lixia. Aku menyuruh mereka untuk mengatakan dapat uang dari orang lain, mereka pasti akan berhati-hati dalam bertindak. Sebab dalam waktu singkat aku melunasinya, mereka pasti akan diam-diam menyelidikinya terlebih dahulu," jawab Satria.

"Apa kau tidak takut?" tanya Alexa.

"Tidak, semuanya sudah aku perhitungkan. Meskipun tidak sesuai rencana, aku sudah menyiapkan rencana cadangan lainnya. Karena itu kalian tidak perlu khawatir," jawab Satria.

"Hemh.. jika kau yang mengatakannya aku hanya bisa percaya," ujar Alexa sambil menghela nafas.

"Ngomong-ngomong darimana kau akan mencari uang untuk biaya renovasi toko dan kediaman Lixia? Terlebih kau bilang juga ingin membeli rumah untuk tempat tinggal sementara," tanya Alexa.

"Aku akan bekerja keras menyelesaikan quest. Selain itu aku punya keahlian lain yang mungkin bisa dimanfaatkan untuk mencari uang," jawab Satria. Dia sudah merencanakan semuanya dengan matang termasuk mencari biaya tambahan untuk biaya renovasi, dia sendiri sadar kalau uangnya saat ini pasti tidak akan cukup.

"Langkah pertamaku di dunia ini akan segera dimulai. Vanzard, Andre, kalian tunggu saja! Jika semuanya lancar maka sebentar lagi kalian akan menuai semua perlakuan kalian kepadaku!" batin Satria.

Bersambung

Próximo capítulo