webnovel

Skeleton King, Skullix

"Fireball!" ucap Zord yang langsung menyerang dengan sihir bola api dari jarak jauh.

"Bagus Zord," ucap Raven.

"Mereka cari mati ya," batin Satria yang langsung maju berlari.

'Bhoomr'

Sihir itu meledak tepat di kepala skeleton raksasa, tiba-tiba saja skeleton itu langsung melesat menuju Zord. Satria terlihat kesal karena petualang yang datang bersamanya ternyata hanya bisa menyerang sembarangan saja. Zord dan Raven tampak terkejut karena skeleton di hadapannya jauh lebih cepat dibandingkan yang lainnya.

'Ttttrrraaanngg'

Skeleton menghantamkan pedang di kerangka tangannya, tapi Satria langsung melompat dan menahan tebasan skeleton itu dengan bilah tombaknya. Suara dentingan senjata terdengar begitu nyaring dan menggema, squad Raven terlihat kaget karena mereka tidak menyangka jika Satria akan mampu menahan tebasan monster yang jauh lebih besar darinya.

"Jika kalian ingin pergi cepatlah pergi sekarang!" ucap Satria sambil melompat ke arah lain untuk mengalihkan perhatian skeleton raksasa.

"Ayo cepat!" kata Raven sambil berlari melewati monster skeleton dan masuk ke ruangan dungeon lantai 10 bersama teman-temannya.

"Aku sangat ingin mengalahkanmu, tapi aku harus sedikit menahan kekuatanku saat ini," ucap Satria pelan sambil menghentakan kakinya ke dinding gua. Tubuhnya langsung melesat mengikuti Squad Raven. Tapi monster skeleton tidak tinggal diam dan langsung menebaskan pedangnya mengincar Satria.

'Trang'

'Srrink'

Terdengar suara dentingan senjata beradu, Satria menahan serangan pedang monster skeleton tersebut dengan tombaknya saat melayang di udara. Suara bising langsung tercipta saat pedang monster skeleton bergesekan dengan senjata yang dipegang oleh Satria, percikan api langsung terlihat tercipta dari gesekan yang terjadi.

Tubuh Satria tetap melesat seakan hantaman monster skeleton tidak mampu menggoyahkan pergerakannya. Dengan tepat Satria berdiri di dalam ruangan lantai 10 dungeon. Tempat itu ibarat gua yang sangat besar dan menjulang tinggi, bebatuan kecil dan kerikil tampak berserakan di lantai.

'Bregh'

Tepat ketika Satria menapakan kakinya di dalam ruangan tiba-tiba saja pintu gua yang mereka masuki langsung tertutup, saat Satria menengok ke jalan yang menuju ke lantai 11 pintu guanya juga langsung tertutup oleh batu besar tanpa ada celah sedikitpun. Raven yang memegang pedang langsung terbelalak, senjatanya langsung jatuh ke tanah.

"Mustahil," ujar Raven.

"Apa kita salah perhitungan?" kata Zord yang tanpa dia sadari tongkat sihirnya sudah jatuh ke tanah. Begitu juga dengan busur panah yang dipegang oleh Lea dan Vi yang jatuh ke tanah.

"Ini bohong kan?" ucap Vi dengan nada sendu. Lea dan Sil hanya bisa tertegun dengan wajah pucat. Tanah yang mereka pijak terasa mulai bergetar hebat.

"Apakah ini pertanda bos lantai akan respawn saat ini?" tebak Satria.

"Ya. Saat bos lantai sudah respawn maka saat ada petualang yang masuk pintu tempat bos lantai berada akan langsung tertutup, petualang yang masih berada di luar ruangan tidak akan bisa masuk. Pintu baru akan terbuka jika pertarungan di dalam sudah selesai," jawab Sil dengan terbata-bata.

"Begitu ya, jadi sistemnya masih sama dengan yang ada di game. Semua petualang harus masuk secepat mungkin ke dalam ruangan bos lantai jika ingin mengikuti raid melawan bos lantai. Biasanya hanya ada jeda lima detik saja sejak petualang pertama masuk ke dalam ruangan sampai pintu tertutup, tapi dengan pintu sebesar ini aku yakin seribu petualang masih bisa masuk dalam jeda segitu," batin Satria sambil menatap tanah yang terus bergetar semakin kencang.

"Kalau tidak salah bos lantai 10 di Dungeon Luxurie adalah Skeleton King, Skullix," pikir Satria.

Dari dalam tanah tepat di kejauhan di depan mereka mendadak muncul tulang belulang, perlahan tulang-tulang itu semakin tinggi dan semakin tinggi lagi hingga akhirnya semua wujud tulang belulang itu terlihat jelas di hadapan Satria dan Squad Raven. Tentu saja hal itu membuat Raven dan teman-temannya menggigil ketakutan dengan mata terbelalak.

Di hadapan mereka kini berdiri sebuah skeleton raksasa berwujud seperti seorang ksatria. Memakai armor full menutupi tubuhnya yang berkilau, membawa dua pedang di punggungnya serta memakai sepatu serta penutup kepala yang berwarna sama dengan armor tubuhnya. Monster Skullix itu memiliki level 40 yang tentunya diperuntukan untuk dihadapi oleh squad full party yang memasuki dungeon.

"Ini tidak mungkin," ujar Raven.

"Kita pasti akan mati," timpal Zord.

"Ayah, Ibu," ucap Lea yang tubuhnya langsung lemas. Vi dan Sil juga langsung ambruk dan duduk di tanah sama seperti Lea, tanpa disangka Raven dan Zord juga langsung terduduk lesu.

"Squad full party saja belum tentu bisa mengalahkannya, apalagi kita," tutur Vi dengan lirih, airmata terlihat mulai berlinang di pelupuk matanya.

Itu memang wajar sebab Skullix adalah bos monster lantai 10, untuk menghadapinya saja dibutuhkan banyak petualang secara bersamaan. Kini mereka hanya berlima dengan level yang rendah, tidak mungkin memiliki harapan untuk menang menghadapi monster berlevel 40. Hanya Satria saja yang terlihat masih tenang dan menatap Skullix dengan tajam.

"Lancer," ucap Satria mengubah job classnya.

"Squad? Full party? Mustahil? Mati? Apa yang kalian katakan, apakah kalian masuk ke dalam dungeon tanpa berpikir apa-apa? Apa kalian masuk ke dalam dungeon tanpa memikirkan kematian? Apa kalian ingin mengalahkan monster tanpa terluka? Jangan bercanda! Seiring dengan langkah pertama kalian di dalam dungeon maka kematian sudah mengiringi kalian!" tegas Satria sambil berjalan melewati squad Raven.

Satria langsung memainkan tombaknya di tangan kanan sambil berjalan diantara Raven, Zord, Lea, Sil dan Vi. Tatapannya dengan tajam tertuju kepada Skullix, langkah kakinya bergerak tanpa ada keraguan dan ketakutan sedikitpun.

Dia masih ingat, dulu saat pertama kali dia berjalan di lantai 10 dan menghadapi Skullix, dia juga sendirian saja tanpa ada satupun teman ataupun player lainnya. Dia masih ingat saat itu dia berhasil menang meskipun HP miliknya tersisa sedikit lagi, tapi selama ini dia belum pernah kalah menghadapi bos lantai dungeon manapun, meski di dalam game sekalipun dia tetap melakukannya dengan serius dan penuh perhitungan. Kini ingatan itu kembali terbayang di otaknya seakan sedang bernostalgia.

"Jika kalian takut mati di dalam dungeon sebaiknya jangan pernah masuk! Jika kalian tidak ingin terluka di dalam dungeon sebaiknya jangan pernah memulainya! Jika kalian tidak sanggup berdiri di hadapan monster seperti ini sebaiknya jangan pernah menjadi petualang!" teriak Satria hingga suaranya menggema di seluruh ruangan gua.

"Satria," ujar Raven dengan wajah terkejut. Kini Satria sudah berdiri membelakangi mereka semua tanpa gemetar sedikitpun, padahal dia tahu jika kalah maka kali ini mungkin taruhannya adalah nyawanya sendiri.

"Kau," gumam Zord sambil menatap Satria yang berdiri menenteng tombak di pundak kanannya.

"Akan aku tunjukan kepada kalian, sekuat apa jiwa seorang petualang sejati!" tegas Satria.

"Ini adalah kesempatanku dan tidak akan aku biarkan berlalu. Di dunia ini aku tidak akan membiarkan mereka menghinaku lagi! Di dunia ini akan aku balaskan penderitaanku selama tiga tahun ini! Atas nama mendiang ayah dan ibuku, aku bersumpah! Mereka akan mendapatkan balasannya dengan tanganku sendiri!" ucap Satria dengan lantang sambil mengingat wajah orang-orang yang menghinanya selama ini.

"Lightning lance!" teriak Satria sembari memegang tombaknya erat-erat di atas pundaknya, tiba-tiba saja kilatan-kilatan petir langsung menyelimuti tombak yang dipegang oleh Satria.

Debu-debu serta kerikil di sekitar tempat Satria berdiri langsung beterbangan, Skullix yang merasakan ancaman terlihat langsung menghunuskan kedua pedang dari punggungnya. Kini kilatan petir yang menyelimuti tombak di tangan Satria terlihat semakin banyak, ruangan gua yang tadinya agak gelap kini tersinari oleh cahaya biru dari kilatan petir yang menyelimuti tombak.

"Musnahlah!" teriak Satria sambil melemparkan tombaknya yang sudah diselimuti oleh petir.

'Wwwwrrrrr'

Suara gemuruh guntur langsung terdengar seiring dengan lesatan tombak dari tangan Satria, deru dari angin yang riuh bergemuruh juga tampak mengikuti lesatan tombak yang bersinar biru tersebut. Raven, Zord, Sil, Vi dan Lea yang masih duduk langsung terbelalak tanpa mampu berkata, mereka seolah terpana dengan cahaya kilat biru yang menyelimuti tombak.

Bersambung…

Próximo capítulo