webnovel

Solo vs Satu Guild

"Dari guild mana kau berasal hah?" tanya guardian.

"Tidak mungkin wizard biasa bisa menahan tehnik pedangku seperti itu, katakan siapa kau sebenarnya?" tanya swordman.

"Guild? Aku tidak tergabung dalam guild apapun, lagipula aku lebih suka bertarung sendirian. Aku tidak suka dibebani dengan keberadaan orang lain," jawab Satria sambil berjalan maju kearah tiga pria di depannya.

"Fighter," ucap Satria. Tubuhnya kembali terasa sejuk pertanda perubahan job classnya.

"Sayang sekali karena kalian harus menghadapiku!" tegas Satria yang langsung maju, dua swordman langsung berlindung dibelakang guardian yang memegang tameng. Sementara itu assasins di belakang Satria kembali melesat maju. Tapi Satria tetap maju dan melayangkan tinju kanannya ke arah guardian yang memegang tameng.

'Bbbrrrraakkhh'

'Bbbrrrsssttt'

"Heukh.." pekik guardian sambil memuntahkan darah dari mulutnya.

Tameng yang digunakan guardian itu langsung hancur berkeping-keping dan tidak mampu meredam tinju Satria, armor yang dikenakan oleh guardian juga langsung hancur tertembus pukulan Satria. Lebih dari itu pukulan Satria langsung menembus perut guardian sampai bersimbah darah.

"Monster," ujar dua swordman yang terlihat pucat pasi ketakutan, tubuh mereka berdua langsung gemetaran.

"Haa.." teriak Assasins yang langsung menancapkan pisaunya ke leher Satria.

'Cleb'

Pisau milik assasins memang mampu menusuk leher Satria tapi hanya beberapa mili saja, tidak ada darah yang keluar sedikitpun. Assasins terlihat ketakutan, Satria langsung berbalik mencengkram kaki assasins dan dibanting ke tanah sampai dia memuntahkan darah. Tulang-tulang tubuh assasins itu terdengar remuk seketika.

"Mustahil.. bagaimana mungkin wizard bisa sekuat itu," ujar satu swordman.

"Ampuni kami.. ampun.. kami menyerah," kata swordman lainnya sambil berlutut memohon ampun.

"Level rendah, armor jelek dan senjata yang jelek tanpa enchant. Semua itu menunjukan kalian berasal dari guild yang payah. Kalian benar-benar NPC yang lemah," kata Satria sambil menatap tajam dua swordman yang masih gemetar ketakutan.

"NPC?" gumam salah satu swordman yang tampak tidak mengerti istilah yang dipakai oleh Satria. Hal itu membuat Satria semakin yakin bahwa yang dihadapinya saat ini memanglah NPC, jika player maka tidak akan kebingungan begitu bahkan mungkin akan langsung mengatakan bahwa dirinya adalah player.

"Jadi di dunia ini NPC juga paham tentang sistem guild ya, ataukah mungkin tidak ada player lain selain aku dan para orang biadab itu di dunia ini sekarang?" batin Satria mencoba memahami kejadian yang barusan menimpanya. Di kejauhan terdengar suara ledakan yang membuat asap hitam kembali membumbung tinggi.

"Katakan apa yang terjadi di sana!" bentak Satria sambil menunjuk ke arah suara ledakan.

"Ampun tuan, kami hanya melaksanakan perintah ketua guild untuk menyerang desa tersebut," jawab swordman sambil berlutut.

"Iya tuan. Kami hanya mengikuti perintah ketua guild," sambung satu swordman lainnya.

"Begitu ya," ujar Satria sambil menyeringai, kelihatannya NPC di dunia ini benar-benar memiliki pemikiran sendiri layaknya manusia.

"Aku ingin sekali mengampuni kalian, tapi kesalahan kalian sangatlah fatal. Aku paling tidak suka melihat ada pria yang menganiyaya wanita seperti itu, jadi sebaiknya kalian siap menerima akibatnya!" tegas Satria.

'Beukh'

'Bbrrrsstt'

Satria melayangkan tendangannya secara memutar, saat itu juga kedua tubuh swordman yang terkena tendangannya langsung hancur seketika membuktikan betapa jauhnya perbandingan kekuatan mereka. Setelah semua lawannya hancur Satria langsung mendekati tubuh wanita yang masih tidak sadarkan diri itu.

"Priest," ucap Satria.

"Healing: cure wounds!" sambung Satria sambil mendekatkan tangan kanannya diatas kepala si wanita, saat itu juga cahaya gradasi berwarna kuning langsung bersinar menyelimuti tubuh wanita. Perlahan semua luka di tubuhnya pulih kembali tanpa bekas.

"Perasaan ini, rasanya mereka benar-benar hidup. Kelihatannya di dunia ini sekarang tidak ada bedanya player dan NPC," batin Satria saat menyandarkan wanita itu di punggungnya. Dia berniat membawanya menuju ke desa yang sedang diserang.

Satria kembali memahami beberapa hal saat ini, biasanya baik NPC maupun player bisa dilihat nicknamenya mengambang di atas kepala. Tapi kini tidak ada sistem seperti itu, nicknamenya sendiri bahkan mengambang diatas tangan kirinya, tapi saat dia pegang dengan telapak tangannya selalu saja tembus, entah untuk apa kegunaannya.

Satria terus berjalan menuju ke arah asap yang membumbung tinggi, setelah cukup dekat dengan desa terlihat jelas pemandangan mengerikan yang ada di sana. Rumah-rumah terbakar, mayat-mayat banyak yang bergelimpangan. Orang-orang dengan full armor terlihat mondar mandir di sekitar desa. Beberapa wanita tampak diikat dan dibawa oleh orang-orang tersebut, Satria langsung meletakan tubuh wanita yang dia bawa dibawah pohon yang rindang.

"Orang-orang biadab seperti itu kelihatannya memang cocok jadi kelinci percobaanku. Akan aku anggap mereka sebagai hidangan awal sebelum aku menikmati hidangan utamanya," kata Satria yang langsung melompat ke sebuah dahan pohon. Wajah teman-teman sekelasnya langsung terbayang di pikirannya.

"Fighter," ucap Satria.

Dari atas pohon dia melihat bahwa di alun-alun desa banyak sekali orang-orang yang memakai full armor, beberapa wanita yang diikat juga terlihat dibawa ke sana. Sementara itu di tepi desa dia bisa melihat beberapa warga yang berlarian menyelamatkan diri ke dalam hutan, kelihatannya sama seperti yang dilakukan wanita yang baru ditolongnya.

Satria hanya tersenyum senang, dia langsung berjongkok mengumpulkan tenaga di kedua kakinya. Sekejap mata dia menghentakan kakinya hingga pohon besar tempatnya berdiri tadi bergetar hebat, tubuh Satria melesat ke udara dalam sekali lompatan. Sesuai perhitungan Satria, dia dengan tepat mendarat di alun-alun tempat berkumpulnya orang-orang yang menyerang desa.

'Bbbrrreeggghh'

Terdengar suara benturan keras saat tubuh Satria menapak di tanah, tanah di sekitar kakinya langsung terangkat berhamburan menyisakan lubang yang besar. Getaran tanah bisa dirasakan semua orang yang berdiri di alun-alun, tatapan mereka kini tertuju kepada Satria yang entah darimana tiba-tiba mendarat di langit. Seorang pria yang memakai armor paling bagus diantara yang lainnya terlihat menatap Satria dengan tajam.

"Siapa kau?" tanya seorang pria yang membawa kapak.

"Sepuluh swordman, tiga priest, satu cleric, empat wizard, lima sorcerer, empat guardian, lima archer, tiga ranger, sepuluh fighter, empat gunner, tiga paladin, satu alchemist, satu blacksmith dan satu beast tamer. Jumlahnya ada lima puluh lima orang ya, sudah bisa dibilang kalau mereka sudah full party sebab sudah ada lebih dari sepuluh job class berkumpul," batin Satria tanpa menghiraukan pertanyaan lawannya.

"Kelihatannya dia hanya warga desa biasa yang mau cari mati kemari," tukas seorang fighter sambil tertawa. Kawan-kawannya yang lain juga ikut tertawa sambil melihat penampilan Satria.

"Selagi yang lain melarikan diri dia malah cari mati," timpal seorang swordman sambil berjalan ke dekat Satria.

"Mungkin dia memang ingin melarikan diri, tapi malah tersesat kemari. Bukan begitu bos?" ucap seorang swordman sambil menatap pria yang mengenakan armor paling bagus.

"Ya, dia kelihatannya memang ingin cari mati," jawab pria dengan armor paling bagus, dipunggungnya terdapat dua bilah pedang yang disarungkan.

"Aku datang kemari hanya untuk memberikan hukuman bagi orang-orang keji seperti kalian," kata Satria tanpa rasa takut sedikitpun. Semua orang di sana langsung tertawa terbahak-bahak, hanya para wanita yang ditawan saja yang tidak ikut tertawa. Dari raut wajah mereka tampak terpancar harapan untuk diselamatkan.

"Aku sudah kenyang ditertawakan seperti itu selama dua tahun lebih!" bentak Satria yang langsung melesat dan mengantam perut swordman di dekatnya menggunakan tangan kosong.

'Beukh'

'Bbbrrrsstt'

"Akh.." pekik swordman saat perutnya tertembus pukulan tangan kanan Satria, semua rekannya tampak terkejut melihat pergerakan Satria.

"Serang!" teriak pria dengan armor paling bagus memberikan perintahnya.

"Fireball!"

"Ice javelin!"

"Fire spear!"

Tiga wizard langsung menggunakan sihirnya sementara tiga fighter langsung melesat menuju Satria, tapi Satria malah tampak tersenyum senang. Belasan tombak api melesat ke arahnya tapi dengan lincah Satria menghantam tombak api itu dengan pukulannya hingga hancur, bongkahan-bongkahan es langsung melesat menuju Satria tapi dengan cepat Satria membenturkan dua tinju tangannya di depan dada.

'Bbbrrekkh'

Saat itu juga bongkahan es yang mendekatinya langsung hancur berkeping keping, terakhir ada bola api besar yang datang kepadanya tapi Satria langsung melompat ke atas dan menendang bola api itu sampai hancur. Semua orang terkejut karena Satria tidak terluka sama sekali setelah menghantam sihir dengan tangan kosong.

"Fighter memang job class yang memiliki daya tahan tubuh kuat selain guardian, tapi mustahil tidak terluka sedikitpun setelah dihantam sihir tingkat dua seperti itu," ucap salah satu guardian.

Tiga fighter yang menuju Satria langsung melayangkan pukulannya, tapi dengan cepat Satria memutarkan tubuhnya menghantam tiga fighter yang menyerangnya. Saat itu juga tubuh mereka langsung terpental dengan suara tulang yang remuk, dari mulut mereka bertiga tampak mengeluarkan darah.

"Fire punch!"

"Maksimal attack!"

"Lightning kick!"

'Bbbbhhhaammrrrr'

Tiga fighter kembali maju, satu melayangkan pukulan berapi, satu menghantamkan tendangan petir dan yang terakhir melayangkan kedua pukulannya. Saat ketiga serangan itu mengenai tubuh Satria terdengar dentuman suara yang dahsyat, debu-debu langsung berhamburan dari sekitar tempat berdiri Satria. Tapi tubuhnya tetap bergeming tanpa ada luka sedikitpun.

"Dari damagenya kalian mungkin masih level belasan saja. Akan aku tunjukan tehnik fighter yang sesungguhnya kepada kalian!" kata Satria sambil melayangkan pukulan tangan kanannya.

"Lightning punch!" ucap Satria menggunakan salah satu tehnik job fighter yang dikuasainya. Kilatan petir amat terang menyambar menyelimuti pukulan tangan kanan Satria.

'Ttttaaarrr'

'Bbbrrrr'

"Aakkhh.." tiga fighter yang menyerang Satria langsung menjerit saat tubuhnya tersengat petir yang menyelimuti tangan Satria, padahal mereka bertiga sudah berhasil menghindar namun kilatan petir Satria tetap mengenai mereka bertiga. Kini tubuh mereka langsung gosong seakan terbakar.

"Serang bersamaan! Tunjukan kepadanya hukuman karena menantang Guild Rhino!" teriak pria yang memakai armor paling bagus sambil mencabut kedua pedang di punggungnya. Dia adalah ketua guild yang menyerang desa, namanya Gion. Mendengar perintah ketuanya mereka semua langsung bergerak mengelilingi Satria untuk menyerangnya secara bersamaan.

"Serang menggunakan sihir tingkat empat!" teriak salah satu wizard.

"Thunder strike!"

"Burning flame!"

"Icy burst!" terdengar tiga wizard langsung menggunakan sihir tingkat empat.

"Lightning slash!"

"Fire slash!"

"Triple slash!"

"Air slash!" empat swordman langsung menggunakan tehnik pedangnya dari kejauhan.

"Magic arrow: ice arrow!"

"Magic arrow: fire arrow!"

"Magic arrow: burning rain!" tiga archer tidak mau kalah dan langsung melepaskan tehnik panah mereka.

"Illusion bullet!"

"Lightning shoot!" dua gunner langsung menembakan tehnik senjata mereka.

"Hahaha.. inilah.. inilah solo vs squad yang aku impikan selama ini!" teriak Satria bersamaan dengan musuhnya yang mulai menggunakan tehniknya untuk menyerang. Satria merentangkan kedua tangannya ke samping seakan menyambut datangnya serangan musuh.

Bersambung…

Próximo capítulo