webnovel

Pengkhianat

Sosok Floy Beelzebub hilang dari pandangan, aura mencekam dari aura sihir jahatnya mulai menghilang, Kiora berlari ke arah Ewa Lani yang tergolek lemas akibat serangan tadi.

"Ewa Lani, bagaimana keadaanmu?" tanya Kiora yang langsung bersimpuh memeriksa kondisi badan Ewa Lani.

Wanita itu langsung menyalurkan energi ke badan Ewa Lani yang tampak lemah. Rei masih terlihat tegang, matanya sangat merah, dia marah melihat temannya terluka langsung di depan matanya. Dia merasa marah, tapi hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri yang sangat lemah.

"Apa kau khawatir Rei? Kau bisa menyalurkan energimu melalui tanganku untuk membantu Ewa Lani juga!" saran Kiora sambil menyuruh Rei memegang tangannya.

"Tapi, aku tak punya energi apapun!" ujar Rei.

"Setiap orang pasti punya Rei, aku bisa melihat kau juga punya energi yang mungkin belum kau sadari!" ujarnya.

Rei menggenggam tangan Kiora, bocah itu duduk tenang sembari mengatur nafasnya. Kiora memejamkan mata dan Rei mengikutinya. Rei merasa dia memang tidak punya kekuatan tapi setidaknya dia punya jiwa yang tulus ingin membantu kesembuhan temannya. Ewa Lani melihat Rei, badannya ikut melayang mengikuti sihir penyembuh yang dikeluarkan oleh Kiora.

"Aku sudah baikkan! Terima kasih!" ujar Ewa Lani yang mulai merasa lebih baik.

Kiora menghentikan penyaluran energinya, bersama selesainya sihir penyembuh, turun hujan yang cukup lebat membasahi tubuh mereka semua.

"Air hujan ini akan muncul sebagai akhir dari sihir penyembuhan!" jelasnya.

Hujan turun menghilangkan pengaruh sihir Floy Beelzebub di tubuh Ewa Lani, Rei berlari menepi, dia khawatir air hujan bisa menghilangkan zat warna pada rambutnya. Dia merasa merahasiakan identitasnya adalah cara teraman baginya saat ini.

Penasehat dan beberapa penyihir pengurus pemerintahan kota Helike berkumpul, mereka berbincang-bincang dan memanggil pemimpinnya.

"Nona Kiora, apa yang harus kita lakukan?" tanya salah satunya resah.

"Iya, kita harus bagaimana? Apa kita harus menerima tawaran Floy dengan rencana gilanya ataukah kita melawannya yang berarti siap berperang?" tanya seorang pengurus pemerintahan.

"Kita tidak mungkin menerima tawaran Floy! Tapi untuk berperang kekuatan kita sangat tidak imbang!" jawab Kiora miris. "Aku akan mencoba meminta bala bantuan!"

Saat Kiora sedang berdiskusi, Ewa Lani dan Rei diantar oleh seorang pelayan untuk beristirahat. Ewa Lani butuh setidaknya tigs hari meditasi, untuk mengembalikan kekuatannya seperti sedia kala. Mereka bisa menggunakan sebuah kamar yang cukup besar, ada batu pualam datar di tengah, ranjang datar batu itu bisa digunakan Ewa Lani untuk melakukan meditasinya.

"Rei, kau juga bisa istirahat saat aku sedang meditasi, aku yakin kau juga sangat lelah!" ujar Ewa Lani.

"Sudahlah, jangan pikirkan aku, kau harus fokus dengan penyembuhanmu, seminggu lagi bisa saja akan terjadi perang di sini!" jawab Rei.

"Baiklah, apa kau ingin ikut meditasi denganku? Kau bisa belajar kekuatan bila kau mampu membuka energimu," jelasnya.

"Kekuatan? Aku? Apa bisa?" tanya Rei.

"Tadi, aku merasakan energi yang disalurkan Kiora semakin besar setelah dia memegang tanganmu, aku merasa pasti ada energi tersembunyi yang bisa kau gunakan untuk melindungi dirimu!". Aku juga tak yakin apa aku bisa tetap hidup setelah perang nanti, setidaknya kalau energimu terbuka kau masih bisa lari menyelamatkan diri".

"Baiklah aku mau, bagaimana caranya?".

Ewa Lani mengajak Rei meditasi bersama, Rei belajar tentang bagaimana cara mengatur nafas untuk membuka energi di dalam tubuhnya.

"Dalam setiap nafas, menarik udara, menghembuskannya, menarik lagi dan menghembuskannya lagi, itu sama seperti kita menarik energi dari alam. Energi itu akan berputar dan akan semakin besar jika kita tau cara mengolah nafas dengan benar, pertama-tama kau harus duduk bersila, posisi kaki kanan di atas kaki kiri, punggung tegak tapi tetap rileks. Lipat tanganmu ke depan perut dengan posisi tengadah dan bagian kanan ada di atas. Ikuti caraku mengambil nafas, saat kau sudah bisa meniru cara nafasku, lakukan terus dengan mata terpejam!" jelas Ewa Lani. "Mari kita mulai!".

Rei mengamati semuanya, melihat cara gadis itu menarik nafas, ternyata tarikannya sangat panjang, sangat berbeda dengan cara bernafas biasa. Rei mencobanya, duduk diposisi yang diajarkan dan menirukan cara bernafas Ewa Lani. Gadis itu tiba-tiba melayang, sekitar dua jengkal dari permukaan rajang batu pualam. Rei masih mengamatinya, belajar mengolah nafas ternyata tak semudah yang dia bayangkan. Lambat laun Rei mulai menyesuaikan, dia bisa mengikuti cara bernafas Ewa Lani dan dia mulai memejamkan matanya. Rei merasa ada rasa panas di perutnya, mungkin itu yang dikatakan sebagai energi dasar. Bocah itu konsentrasi, Rei tak sadar ternyata dia juga bisa melayang walaupun hanya sekitar 1 cm dari permukaan.

Kondisi di kerajaan Helike mulai ricuh, beberapa pejabat pemerintahan dan penyihir ada yang lebih suka berkompromi dan menjadi sekutu Iyork dibandingkan harus berperang. Mereka merasa perang hanyalah cara bunuh diri. Kiora berusaha meyakinkan agar tidak terbujuk oleh tawaran Floy tentang dunia baru yang dia janjikan. Kiora menjanjikan akan meminta bala bantuan dari wilayah-wilayah lain yang bersabat dengan Helike.

"Aku tau apa yang menjadi pikiran kalian semua, tapi sekali lagi menjadi pengikut Floy Beelzebub tidak akan membuat kita menjadi lebih baik. Kita tidak tau apa yang direncanakan oleh penyihir gila itu!" jelas Kiora.

"Tapi saat kita menolak, bisa saja minggu depan kita akan hancur! Lihatlah rakyat Helike, banyak anak kecil dan orang lanjut usia, kita tidak bisa memaksakan kehendak kita untuk mengajak mereka berperang!" kata salah satu penasehat.

"Tapi, kita bisa meminta bantuan! Pasti ada jalan keluar dari semua kesulitan!" ujar Kiora meyakinkan.

"Bantuan dari siapa? Semuanya juga sedang mengatur pertahanan masing-masing, mereka tidak akan merespon permohonan bantuan untuk kita!" bantah penasehat itu.

"Aku sudah mengirim surat ke Oden dan Kiev tetaplah tenang, kita tunggu 3 hari lagi, apa balasan mereka, aku yakin kita pasti menemukan cara untuk mempertahankan Helike!" terangnya. "Lakukan meditasi, kita butuh memulihkan tenaga kita satu minggu ini!"

Penasehat, para penyihir dan para pejabat pemerintahan tampak tidak puas dengan saran Kiora pemimpinnya. Tapi untuk saat ini mereka putuskan untuk menanti kepastian bala bantuan dari wilayah lain.

Tiga hari berlalu, Kiora dengan senang mengatakan pada semua orang termasuk Ewa Lani dan Rei bahwa mereka mendapatkan jawaban dari negeri Oden, mereka akan mengirim 5000 pasukan peri dan 20 penyihir terhebat di negerinya.

"Syukurlah! Aku yakin kita masih bisa bertahan!" ujar Ewa Lani yang tampak lega.

"Iya Ewa Lani, syukurlah, lalu bagaimana dengan kondisimu? Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya Kiora masih khawatir.

"Iya Kiora, aku sudah benar-benar sehat, terima kasih sudah banyak membantu," ujar Ewa Lani sembari tersenyum.

"Oh iya aku punya sesuatu untukmu, ini namanya Pil Embun Langit, pil ini langkah, dibuat oleh seorang penyihir dari negeri Salwasa, aku punya dua satu untukku dan satu untukmu. Minumlah! Kekuatanmu akan meningkat pesat jika mengkonsumsinya!" jelas Kiora sembari memberikan Ewa Lani sebuah pil berwarna kuning.

"Wah, kau sangat baik, apa harus kuminum sekarang? Apa boleh kuberikan ada Rei saja? Bocah ini sepertinya butuh pil obat agar badannya lebih kuat!" tanyanya.

"Jangan, Rei masih belum menguasai energinya, hanya orang yang sudah menguasai energi dasar saja yang boleh meminum pil ini!" jelas Kiora yang tampak langsung meminum satu pil miliknya.

Melihat Kiora meminum pil obat, Ewa Lani langsung meminum pil itu. Pil yang lambat laun membuat badannya terkulai sangat lemas, bahkan tak sanggup untuk berdiri. Rei yang tadinya duduk di sebelah Ewa Lani dan menyaksikan perbincangan dua sahabat itu kaget, dia melihat Ewa Lani menjadi sangat pucat dan lemah setelah meminum pil pemberian Kiora.

"Ewa Lani! Kau kenapa...? Kenapa wajahmu sangat pucat? Nona Kiora pil apa yang kau berikan pada Ewa Lani? Kenapa dia jadi seperti ini?" tanya Rei yang tampak kebingungan dengan kondisi Ewa Lani yang sangat aneh.

"Maafkan aku Ewa Lani, aku akan menyerahkanmu pada Floy Beelzebub! Itu satu-satunya cara untuk mencegah kehancuran Helike!" jawab Kiora dengan wajah yang berubah sangat dingin.

Próximo capítulo