Kok airnya panas banget!" Teriak Amanda langsung kembali ke tepi kolam saking pansnya.
"Ngapain lo langsung terjun, sih? Udah tahu airnya agak panas," tawa Nabila meledek.
"Mana gue tahu airnya gini. Kok airnya panas, sih? Tanya Amamda meringis.
"Di sini memang terkenal airnya yang panas. Memangnya lo nggak baca surat izin kalau tujuan kita itu pemandian air panas? Ujar Irma yang ikut duduk bersama Nabila dan Amanda.
Gimana mau baca surat itu kalau gue buang. Ngapain juga pakai surat izin kalau keluarga gue nggak anggap gue anak, batin Amanda sedih.
"Woi, Da, bengong aja. Entar kesambet tahu rasa lo," tegur Nabila.
"Eh, nggak, gue nggal lihat surat izin itu," ucap Amanda.
"Lah, kok, bisa? Memangnya lo nggak baca sebelum ditandatangani orangtua lo? Kita nggak bisa pergi tanpa surat izin itu," ucap Nabila membuat Amanda terkejut.
"Jadi kita harus kumpul surat izun itu dulu baru bisa pergi ke sini?" Tanya Amanda lalu Nabila mengangguk.
"Krnapa, sih?" Tanya Irma.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com