Tersenyum lagi, saling menatap lagi sampai akhirnya bibir dengan kumis tipis itu kembali mendarat di bibir Jeni. Keduanya memainkan lidah, melumat bibir pasangannya dengan lembut dan penuh cinta. Keduanya saling mencumbu dengan cinta, merasakan manisnya bibir pasangan. Getaran demi getaran seketika meluluhkan isi dada Jeni, saat sebelah tangan Wili perlahan mengusap-usap lehernya dengan lembut. Ada rasa geli namun membuat Jeni merasa panas dingin. Ini adalah hal yang tak pernah dia rasakan saat berhubungan dengan Jefri dahulu. Mungkin karena dulu Jeni tak mencintai Jefri.
Sialnya, ditengah-tengah ciuman mesra itu tiba-tiba ponsel Wili berdering pertanda suara panggilan masuk.
Ah sial, Wili sampai lupa kalau dia belum menonaktivkan ponselnya.
"Siapa sih, malam-malam ganggu!" Wili menggerutu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ponsel Wili berada di atas nakas dekat tempat tidurnya. Namun Wili begitu enggan menjawab telephone yang terus-terusan berdering tak mau diam.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com