webnovel

Chapter 65 Lead The Way

"Apa maksudmu!! Kamu jelas tergigit!!" Kachi menatap panik.

"Haha.... Yah.... Sepertinya aku harus mengatakan sesuatu deh...." tatap Suga membuat Kachi terdiam menunggu.

"Jika aku pergi seperti ini, apa kamu akan mengingat ku?" Suga menatap.

"Apa maksudmu?! Aku jelas akan mengingat mu!! Tapi aku tak akan memastikan itu terjadi... Kau harus bisa bertahan," tatap Kachi dengan panik.

"Kalau begitu, kau selalu memikirkan ku?"

". . . Apa yang sedang kamu bicarakan sih..."

"Kachi, aku suka padamu," kata Suga.

Seketika Kachi terkejut tak percaya. Tapi dia menjadi menangis meneteskan air mata dengan menggigit bibirnya sendiri. "(Kenapa bisa bisanya mengatakan itu disaat kamu terluka....)"

"Apa jawaban mu?" Suga menatap.

Lalu Kachi mengangguk. "Hiks.... Meskipun kita saling menyukai, kau juga tak akan bertahan lama..."

"Siapa bilang," kata Suga, seketika Kachi menatap nya. Lalu Suga membuka tangan nya dari bahunya, yang rupanya tak ada darah sama sekali membuat Kachi semakin bingung.

Apalagi ketika Suga mengambil sesuatu dari dalam bahunya di bagian bahu, yang rupanya itu adalah kain tebal. "Tada...." dia menatap dengan wajah tenang nya sama seperti dia tenang ketika mengetahui telah di gigit.

"Apa?!" Kachi menatap tak percaya.

"Hehe.... Aku sudah bilang, aku tak tergigit, aku sebelumnya memastikan, seluruh tubuh ku terbalut kain tebal dan hasilnya, sangat berguna sekali.... Apalagi aku menembak perasaan mu di saat seperti ini," kata Suga dengan wajah tanpa dosa.

Tapi Kachi tetap menangis dan langsung memeluk nya membuat Suga terkejut, tapi dia tambah tersenyum dan memeluk Kachi juga. "Terima kasih, kau sudah mau menerima ku," bisiknya.

Kachi yang mendengar itu menjadi menatap nya dan siapa sangka, dia langsung mencium bibir Suga membuat Suga terkejut, tapi dia menerima ciuman itu dengan sama sama menutup mata.

"(Aku tidak percaya ini, kenapa bisa bisanya aku ada bersama dia, kenapa bisa-bisa nya kita saling suka dan sekarang mencium bibir, ini sungguh sangat aneh....)" Kachi tampak terdiam hingga ciuman mereka selesai, Suga membelai kepala Kachi dengan lembut kemudian mencium kening nya. "Kachi, berjanjilah."

Malamnya, mereka sudah selesai menjarah dua lantai.

"Tinggal berapa lantai lagi?" tatap Kachi.

"Kita di beri bagian lantai 16-20, kita sudah menjarah lantai 16 dan 17, tinggal 18-20..." kata Suga.

"Haiz... Bukankah ini sangat melelahkan...."

"Kalau begitu kita akan istirahat," Suga berjalan ke pojokan dan menggelar karpet selimut lalu duduk bersandar.

"Kemarilah," dia menepuk pelan samping nya lalu Kachi melepas semua barang yang ia bawa dan duduk di samping Suga yang langsung merangkul nya dengan hangat.

"Suga.... Kenapa kamu suka padaku?" tatap Kachi.

"Hm... Aku akan menjawab dengan baik, itu karena kau rekan ku, kau menemani ku dan di kantor, kita yang paling akrab, itu membuat ku nyaman padamu dan juga mungkin memang saat nya ini mulai terjadi..." kata Suga.

Itu membuat Kachi berwajah merah dan mendekat ke Suga dan memeluk nya membuat Suga menutup mata nyaman.

"Adik ku pasti akan marah jika kita pulang dengan hubungan," kata Kachi.

"Haha... Mungkin kita bisa berbicara pelan pelan jika dia terkejut nantinya...."

--

Pagi harinya, mereka bangun bersama. Membuka mata bersama dan melihat matahari menyinari tempat itu melalui lubang celah dinding dan kaca.

"Baiklah, sepertinya kita harus segera menyelesaikan ini," Kachi berdiri. Lalu Suga juga ikut berdiri tapi ia menatap sesuatu di salah satu tempat itu membuat nya bingung dan mendekat.

Kachi yang melihat Suga menuju arah lain menjadi terdiam.

Rupanya Suga menemukan kotak di bawah meja. "Sepertinya kita melewatkan ini," tatapnya.

"Apa isinya?" Kachi berjalan mendekat.

"Entahlah tapi semoga hal yang baik," Suga membuka kotak karton itu dan seketika wajah mereka terpaku senang karena itu adalah makanan makanan kaleng yang dapat mengganjal perut lapar.

"Ini makanan kaleng," Suga menatap senang.

"Kita beruntung, setelah seharian kemarin tidak dapat makanan, kita menemukan nya di lantai ini..."

"Yah, mari sarapan dulu, setelah itu kita melanjutkan perjalanan," kata Suga lalu Kachi mengangguk dan mereka berdua memakan makanan itu.

"Untuk sisanya, apa kita akan membawanya?" Kachi menatap.

"Tidak, kita akan meninggalkan nya di tangga... Karena untuk apa kita bawa ke atas, kita nanti juga turun setelah menjarah tempat ini," kata Suga.

"Ah, aku mengerti.... Itu ide yang bagus juga..."

"Line yang memberitahu kita."

"Ck, sepertinya lelaki itu tahu bagaimana caranya bertahan hidup dan menganggap semuanya logika."

"Haha, lelaki memang menggunakan logika nya."

"Hm... Apa bedanya dengan wanita? Aku juga bisa kok," Kachi menatap.

"Benarkah itu?" Suga melirik membuat Kachi terdiam dan menghela napas panjang. "Sebaiknya kita bahas topik lain saja..."

"Oh bagaimana jika beri aku penjelasan apa itu zombie, kita belum mengetahui sepenuhnya apa itu zombie," tatap Suga.

"Hm..... Yang aku tahu, Zombie adalah makhluk fiksi atau mitos yang bangkit dari kematian, umumnya digambarkan sebagai mayat hidup tanpa kesadaran atau kontrol diri. Konsep ini sering muncul dalam budaya populer, film horor, dan cerita-cerita yang menyoroti tema kebangkitan dari kematian dengan sifat yang menakutkan. Itu pun jika kita berada dalam film, tapi kita sedang tidak..." kata Kachi.

"Kau yakin, itu hanya di jelaskan dalam film, kalau ini mah melalui virus."

"Benar, konsep zombie yang diakibatkan oleh virus merupakan variasi yang populer. Dalam banyak kisah, virus atau bahan kimia yang merubah manusia menjadi zombie menjadi tema utama, membuat orang-orang terinfeksi kehilangan kendali diri dan mengadopsi perilaku agresif. Ini sering ditemui dalam film, seri televisi, dan cerita horor modern."

"Tunggu, bahan kimia?" Suga menatap bingung.

"Itu yang dikatakan dalam film juga, memang nya apa bedanya dengan di sini?" tatap Kachi.

"Hm.... Di sini itu, virus melalui kotornya bumi, bahkan melalui hujan kotor."

"Bukankah itu berarti hujan itu dari uapan limbah kimia kan?" tatap Kachi.

"Ya, mungkin itu benar, tapi, apakah memang sebahaya itu?" Suga bingung bahkan Kachi juga bingung.

Tapi kemudian dia menggeleng dan menghela napas panjang. "Sudahlah, membahas hal seperti ini hanyalah sangat membingungkan, sebaiknya kita langsung saja..." dia berdiri dan akan berjalan pergi. Lalu Suga mengikutinya dan mereka menaiki tangga lagi.

Mereka terus melakukan penjarahan hingga di paling atas tempat target mereka, mereka berhasil membunuh semuanya dan sekarang terlihat membuang mayat mayat zombie itu bersama sama.

"Ha..... Akhirnya..." Kachi menghela napas panjang.

"Yah, kita bisa kembali ke paling bawah setelah ini...." tambah Suga.

Lalu mereka melepas peralatan mereka sebentar dan kembali duduk bersama untuk istirahat.

"Kau hebat tadi," kata Kachi.

"Terima kasih.... Kamu juga...." Suga membalas. Tapi mendadak suasana menjadi diam dan canggung, mereka tak tahu harus mengobrol apa.

"(Baiklah, aku sudah muak, ini terjadi lagi.... Mungkin aku bisa cari topik lagi....) Apa saja negara berderet dari Jepang ke Indonesia, atau dari Indonesia ke jepang?" tatap Kachi.

Lalu Suga tersenyum seringai. "Pertanyaan geografi seperti itu aku jagonya.... Negara-negara yang berderet dari Indonesia hingga Jepang melibatkan sejumlah negara Asia Tenggara dan Asia Timur. Berikut adalah beberapa negara yang terletak di sepanjang jalur tersebut antara lain adalah...

1. Indonesia: Negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di Asia Tenggara.

2. Brunei: Negara kecil di pesisir utara pulau Kalimantan.

3. Malaysia: Negara yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur di pulau Borneo.

4. Filipina: Terletak di wilayah kepulauan di tenggara Asia.

5. Taiwan: Pulau yang terletak di lepas pantai timur daratan China.

6. China: Negara terbesar di Asia dan dunia, memiliki perbatasan dengan berbagai negara di sepanjang perjalanannya ke utara.

7. Korea Selatan: Negara di Semenanjung Korea, di bagian selatan.

8. Korea Utara: Tetangga Korea Selatan di Semenanjung Korea.

9. Jepang: Terletak di kepulauan di lepas pantai timur benua Asia.

Wilayah ini mencakup beragam budaya, bahasa, dan sejarah yang kaya, serta memiliki perbedaan signifikan dalam perkembangan sosial dan ekonominya," Suga menjawab dengan penuh pengetahuan.

Hal itu membuat Kachi terdiam kesal. "Baiklah, si paling pintar...."

"Haha, bagaimana jika aku yang memberikan pertanyaan untuk mu?" Suga menatap.

"E... Jangan susah susah yah."

"Yah, menurut mu, apakah aku cocok jadi pendamping mu?" tatap Suga.

Seketika Kachi langsung berwajah merah dan membuang wajahnya. "Dasar orang aneh, pertanyaan macam apa itu."

"Bukankah itu pertanyaan yang mudah?"

"Hii mana aku tahu, pastinya kau yang seharusnya menjawab nya," Kachi menatap kesal.

"Baiklah, ini memang sebuah pengakuan sih," kata Suga membuat Kachi terdiam mendengarkan.

"Dari dulu, aku belum menjalin cinta dengan orang lain, bahkan di umurku ini, aku tidak bisa menemukan wanita karena sangking sibuknya waktu ku, apalagi aku harus bekerja siang malam... Memang sih, dulu orang tua ku sampai menjodohkan aku bahkan hampir menyusun rencana kencan buta, tapi aku selalu sibuk hingga perjuangan orang tua ku selesai, mereka meninggalkan aku ketika virus ini belum di mulai, juga, tak ada yang menjodohkan aku lagi, padahal kencan pertama baru akan di mulai... Jadi yah, bahkan sebelum aku ke tempat kerja saat virus ini, aku malah di tangkap polisi karena menghajar orang tidak waras di jalan," kata Suga.

Tapi siapa sangka, Kachi tertawa kecil. "Pft.... Hahaha.... Benar benar deh.... Kamu ini, sangat lucu sekali, aku tahu kau adalah lelaki yang penuh misteri, aku bahkan tak tahu mana yang benar dari sikap maupun sifat mu, karena kamu selalu menggunakan sifat yang berbeda," kata Kachi.

"Eh, benarkah begitu?" Suga menatap polos.

"Hehe.... Sepertinya kita akan cocok," Kachi menatap dekat membuat Suga terdiam.

"Kachi, kamu ini ternyata bisa menggoda juga.... Ingatlah, kita harus istirahat," Suga menatap.

"Yah, aku tahu itu, kalau begitu mari tidur," Kachi bersandar padanya dan mulai menutup mata, Suga semakin memeluk erat membuat kehangatan. "Ini begitu hangat sejak terakhir kali aku memeluk adik ku," kata Kachi.

"Oh yah, kalau begitu ini tidak akan menjadi yang terakhir...."

Próximo capítulo