webnovel

Aku mencintaimu, titik! 1

Ellen pergi ke klinik Liu dengan perasaan dongkol di hatinya.

Bukan tanpa alasan, yang pertama Elmer yang terus menganggu di perpustakaan. Yang kedua, orang-orang yang awalnya tidak peduli padanya mulai mengait-ngaitkan kejadian Olive dengan dirinya, bahan olokan padanya semakin bertambah.

Lalu yang ketiga ….

Ellen mengalihkan pandangan pada Liu yang sedang menekan pergelangan tangan seorang Nenek, laki-laki itu bergumam dengan suara yang rendah dan matanya terlihat lembut.

Ellen mencibir, jika di depan pasiennya saja, Liu akan menjadi lebih ramah. Tapi kalau padanya, laki-laki itu akan cuek seperti bebek!

Ellen tidak mengerti mengapa Liu tidak menjemputnya, seharusnya, jika ia ingat dengan benar. Liu akan berkeliaran di sekitar kampusnya untuk mencari alasan menjemputnya.

Tapi hari ini, kenapa hari ini Liu tidak datang?!

Ellen mendengkus dan menghentakkan kakinya, ia berjalan ke mejanya dan duduk dengan suara yang keras.

Liu hanya meliriknya sekilas, sebelum akhirnya menyelesaikan urusan dengan sang Nenek. Matanya yang hitam menatap Ellen. "Ganti pakaianmu."

"Kenapa?" Ellen melirik pakaiannya dan semuanya masih terlihat bagus. "Apa yang salah denganku? Apa kau mau membelikan aku pakaian baru?"

"Kau bau."

Ellen menganga, ia menarik kerah pakaiannya dan mengedus, tidak bau, masih wangi pewangi pakaian merk pasaran.

"Aku tidak bau!"

Ellen menggembungkan pipinya, tapi kemudian ia melihat Liu menempelkan jari di hidungnya, sepertinya laki-laki itu tidak bohong.

"Aku bau apa? Aku bahkan belum makan apa-apa, belum minum dan juga belum berkeringat, hari ini hujan!"

Meskipun Ellen tidak punya banyak uang, tapi ia selalu memperhatikan kebersihan pakaian dan tubuhnya, tidak mungkin ia sebau yang Liu katakan.

"Jangan bohong, kemana kau sebelum kemari?"

"Halte bus!" Ellen mendekati Liu dengan jengkel, kedua tangannya bertumpu di atas meja dan tubuhnya condong ke arah Liu yang masih duduk. "Sebelum dari halte bus aku dari kampus!"

Liu memundurkan tubuhnya, ia terbatuk dan mengambil sesuatu dari dalam laci, menyemprotkannya ke tubuh Ellen.

"Ah, apa … kenapa kau menyemprotku dengan parfum?" Ellen mengendus, bukannya tersinggung ia malah senang. "Ayo lagi, lagi, wanginya enak."

Liu mendengkus, melempar kembali botol parfum ke dalam laci.

"Lain kali langsung pulang, jangan bertemu orang aneh."

"Huh?" Ellen yang masih terpesona dengan aroma parfum Liu mengangkat alisnya. "Aku tidak bertemu orang aneh, aku tadi …."

Mengingat wajah Elmer yang menyebalkan itu membuatnya cemberut, ia tidak membantah perkataan Liu.

"Kau benar, dia memang orang aneh. Aku sudah mengusirnya tapi ia tidak mendengarkan aku."

Liu mengerutkan kening, karena terlalu banyak menyemprot parfum, aroma di dalam klinik menjadi terlalu wangi. Ia membuka jendela dan membiarkan angin segar masuk.

"Tapi jangan khawatir, aku tetap mencintaimu!" Ellen tersenyum lebar, ia mengibaskan rambutnya dengan penuh kebanggaan di depan Liu.

"Kau terlalu percaya diri. Sudah, sudah, pergi ke depan dan pel lantai yang basah. Nanti pasien yang datang akan mengomel padamu."

Ellen mendengkus, tapi tidak menolak perintah Liu, ia berjalan mencari pel dan ember, mulai mengepel di luar.

Liu mengusap hidungnya, lalu berjalan ke toilet, di dalam sana ia muntah. Bau manusia yang menempel di tubuh Ellen adalah bau yang paling ia benci.

Liu keluar dari toilet ketika Ellen selesai mengepel, ia duduk kembali di kursi dan memperhatikan, Ellen yang ditatap menjadi salah tingkah dan menjatuhkan tongkat pel.

"Apakah kau mulai jatuh cinta padaku? Apakah itu tatapan cinta?"

Liu menghela napas, sepertinya hal normal yang ia lakukan akan selalu menjadi hal yang istimewa di mata Ellen, seberapa besar cinta yang sering wanita itu umbar, Liu tidak tahu.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku?" Ellen menaruh tongkat pel ke dinding, lalu menatap pantulan dirinya di depan cermin. "Aku baik, hanya lapar dan haus, mau membelikan aku burger dan cola?"

"Aku tidak akan membelikanmu makanan itu." Liu menggelengkan kepalanya, ia berdiri dan berjalan ke arah Ellen, wanita itu menjadi gugup dan tanpa sadar mundur.

"Apa … kau ingin memelukku? Mari kita berpelukan dengan nor …."

Liu mengangkat tangan Ellen ke arahnya, ada luka goresan di pergelangan tangannya, "Apa ini?"

Seburuk apapun keadaan Ellen, ia tidak pernah pulang dalam keadaan terluka dari kampusnya, meski suasana hatinya buruk, tapi ia masih baik-baik saja dan masih bisa menyembunyikannya.

Tapi ini luka.

Tidak besar, hanya luka kecil yang terlihat kemerahan.

"Siapa?" tanya Liu lagi, kening laki-laki itu berkerut. "Apa ini orang yang kau temui terakhir kali?"

Ellen menatap Liu, laki-laki itu tidak terlihat senang sama sekali, wajahnya terlihat gelap daripada biasanya.

"Aku tidak ingat," sahut Ellen sambil mengusap bekas luka itu, tapi Liu langsung mencegahnya, ia menarik Ellen untuk duduk di kursi. "Lagipula ini hanya luka kecil, bukan masalah besar."

Ellen yang jarang diperlakukan Liu seperti ini tentu saja merasa senang, ia mengulas senyuman lebar yang tidak pernah luntur dari wajahnya.

"Tapi kalau kau mau mengobatiku, aku sangat senang."

Liu menatap Ellen yang masih tersenyum lebar, ia menghela napas panjang.

Reaksi Ellen kadang membuatnya malas meladeni, jika wanita yang ada di depannya ini kalem sedikit, ia mungkin akan tertarik.

"Jangan bergerak, aku akan mengoleskan obat."

"Oke, sampai seratus tahun pun, aku bisa tidak bergerak untukmu." Ellen mengangguk-angguk, Liu hanya menatap wanita itu malas dan mulai mengoleskan obat ke pergelangan tangannya.

Luka goresan ini mungkin karena goresan kuku, tapi manusia mana yang akan memelihara kukunya panjang kecuali para wanita?

Liu mengendus lagi, masih ada bau yang tidak menyenangkan di tubuh Ellen, penyebab luka ini pasti orang yang sama dengan yang Ellen temui terakhir kali.

Ellen memperhatikan Liu yang serius membersihkan lukanya, pipinya merona merah dan sebelah tangannya bergerak mengambil ponsel.

"Sudah kubilang jangan …."

CEKREK!

Suara kamera Ellen berbunyi, wanita itu terkekeh dan cepat-cepat menyembunyikan ponselnya ke belakang tubuhnya.

"Kenapa kau selalu suka mengambil fotoku? Apa melihatku setiap hari saja tidak cukup?" Liu terlalu sabar untuk menghadapi tingkah aneh Ellen, ia menempelkan plester dan menepuknya dengan pelan. "Apa kau tidak bosan? Ponselmu penuh dengan fotoku."

Ellen menggelengkan kepalanya kuat-kuat, lalu memasukkan ponsel ke saku belakangnya, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Liu dan sebelah tangannya menekan paha laki-laki itu, bibirnya berbisik dengan suara rendah ke telinga Liu.

"Aku bilang, aku mencintaimu, titik!"

Liu terdiam, ia merasakan hembusan napas Ellen dan mau tak mau membuat telinganya terasa panas, laki-laki itu dengan cepat menepis tangan Ellen di pahanya, bangkit berdiri.

Ellen mendongak, ia tidak tersinggung, tapi ia terkekeh-kekeh karena terlalu senang dengan apa yang Liu lakukan, rasanya semua kekesalannya akibat Elmer telah menguap begitu saja di udara karena perlakukan Liu.

Próximo capítulo