"Joko kau mau kemana?" tanya Zaskia saat melihat Djaka yang ingin berganti baju menggunakan pakaian rapi.
"Aku harus pergi, aku ada meeting penting."
"Meeting? Meeting apaan coba? Apakah jualan bakso pakai meeting juga?" tanya Zaskia meremehkan Djaka dan karena sejujurnya ia memang tak tau mengapa Djaka harus mengadakan meeting jika bisbisnya hanyalah jualan bakso?
"Meeting ya meeting. Pokoknya ada pertemuan dan rapat penting." Jawab Djaka ala kadarnya karena memang ia sendiri tak ingin menjelaskan terlalu jauh kepada Zaskia tentang meeting apa yang akan ia lakukan.
"Oke, terserahlah ya kamu mau meeting atau mau apalah itu, tapi kau baru sembuh. Demammu juga baru turun. Kau belum sehat untuk melakukan aktifitas fisik. Lebih baik kau istirahat saja deh Joko! lagian kau juga belum makan dan kau juga harus minum obat kan?" meskipun Zaskia tak menyukai Djaka tapi sebegai seorang perempuan tentulah ia memiliki sisi wanita yang peka terhadap Kesehatan orang lain. Karena Zaskia tau sendiri keaadaan Djaka saat ia demam tinggi tadi pagi bahkan badannya tampak lemas.
"Terimakaih karena kau sudah mengkhawatirkanku, tapi aku baik-baik saja. Nanti aku aka makan di jalan dan minum obat kau tenang saja!" ucap Djaka yang masih nekat, ia masih melanjutkan untuk berpakaian walaupun ia sendiri tak mandi dan hanya mencuci muka dan gosok gigi saja. Ia menyempurnakan penampilnannya dengan membubuhkan pomade pada rambutnya agar tampak rapi dan juga menyemprotkan parfum wangi yang membuatnya menjadi segar walaupun tak mandi.
"Sebenarnya aku sih tak perduli jika kau mau makan atau tidak dan atau mau minum obat atau tidak. Hanya saja aku tak suka jika kau sakit. Bukan karena aku khawatir atau perhatian kepadamu, maaf saja ya, jangan kepedean. Tapi aku gak mau repot mengurusmu yang sedang sakit." Tukas Zaskia dengan ketus dan juga sombong.
"Ya baguslah jika memang begitu. Tapi kau tenang saja. Aku tak akan merepotkanmu. Aku bahkan sudah cukup kapok dirawat olehmu yang mengompres orang dengan celana dalam. Aku bahkan tak tau bagaimana kau bisa memiliki nalar yang out of the box seperti itu?"
"Ya… ya terserah aku. Mau aku memakai apa itu kan terserahku."
"Ya… ya.. ya… jika memang terserah maka sekarang ijinkan aku untuk pergi karena klienku sudah menunggu." Djaka berkemas dan bersiap dengan cepat. Ia berpamitan pada Zaskia dan berangkat dengan buru-buru tanpa mendengarkan jawaban Zaskia lagi.
Perlahan Djaka menghilang dari balik pintu kamar tersebut. Sementara itu Zaskia tampak memandang dengan heran pria yang baru saja pergi. Reaksi wajahnya tampak mencibir.
"Klien? Klien apaan? Dia itu halu atau apa sih sebenarnya? Ya kali pembeli bakso dibilang klien? Cih." Gumam Zaskia yang merasa jika Bahasa yang digunakan oleh Djaka agak berlebihan.
Zaskia memandang kesekitarnya. Kamar ini mulai sepi lagi, sementara di bawah sudah ramai dengan pelanggan bakso. Ia bahkan bisa mencium aroma bakso dari dalam kamarnya. Aroma yang membuatnya muak dan juga bosan.
"Oh tidak, haruskah selamanya aku hiidup dengan mencium aroma seperti ini setiap hari?"
Zaskia punya ide, ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Zaskia kini bersiap pergi dengan rapi. Walaupun sebenarnya ia merasa tak nyaman dengan gaya berpakaiannya yang serba tertutup tapi saat melihat pantulan wajahnya di depan cermin ia merasa jika dirinya tak buruk juga.
"Ya oke. Meskipun aku tampil seperti ninja begini setidaknya aku masih tetap cantik." Keluhnya yang bergumam di depan cermin dan memuji dirinya sendiri.
Zaskia yang sebelumnya memang sudah terbiasa menggunakan pakaian sexy dan merasa nyaman dengan gaya berpakaiannya yang agak terbuka. Dan kini saat dihadapkan dengan gaya berpakaian serba tertutup ia sendiri merasa jika dirinya seperti seorang ninja.
Zaskia pergi ke sebuah tempat tanpa memberitahu siapapun kemana ia akan pergi, ia hanya memberitahu Ayu jika dirinya ingin keluar sebentar. Ayu sendiri pun hanya mengiyakan tanpa menanyakan lebih jauh karena ia sadar jika itu bukan ranahnya untuk menanyakan hal yang lebih jauh lagi.
Rupanya Zaskia pergi ke sebuah café dimana tempat itu memang adalah tempat favoritnya. Ia tersenyum saat melihat orang yang memang ia ajak janjian rupanya sudah datang lebih dulu. Zaskia melambaikan tangannya dan tersenyum lebar. Namun agaknya temannya tersebut tampak tak mengenali Zaskia dengan penampilan barunya.
"Hai Nin, maaf ya agak telat. Lama ya nunggunya?"
"Zaskia? Ini beneran Zaskia temen gue?" pekik Nindy yang memandang ke arah Zaskia dengan pandangan penuh telisik dari atas hingga ke bawah tampak tak percaya dengan sosok yang kini berdiri di hadapannya.
"Nindy ayolah… ya iya lah ini gue, Zaskia. Masa loe gak ngenalin gue?" Zaskia sedikit kesal melihat reaksi temannya tersebut seolah memandangnya dengan aneh. "ini pasti karena gue kayak ninja ya?"
"Ninja? Oh hello… Zaskia, loe bahkan cantik banget dengan penampilan seperti ini. Loe memang beda sih dari sebelumnya. Tapi gue rasa ini bagus kok. Kayak lebih kelihatan adem, anggun, dan… eum, gimana ya? Sulit lah gue mau jelasinnya."
"Tapi gue gak aneh kan Nin?"
"No, loe Cantik kok. Gila ya, baru beberapa hari sahabat gue udah berubah drastis seperti ini. Ini pasti karena si abang bakso kamu ya?"
"Nindy…" rengek Zaskia yang tampak tak suka jika membahas tentang Djaka apa lagi jika diingatkan tentang profesi Djaka yang seorang pengusaha bakso.
"Hehehe.. jangan marah dong Zas, lagi pula jika kau berubah untuk sesuatu yang lebih baik bukankah itu bagus?"
"Jika bukan karena syarat pernikahan itu aku juga ogah tau pakai pakaian seperti ini. Ini semua memang gara-gara Joko yang membuat syarat nikah konyol seperti ini." Keluhnya dengan kesal.
"Zas, jangan bilang begitu. Ini namanya hidayah. Dan hidayah yang terjadi pada loe ini adalah melalui suami kamu. Jarang-jarang lo ada yang seperti ini."
"Gak tau deh Nin, gue gak ngerti kenapa dari tadi loe itu belain si Joko terus. Yang sahabat kamu itu aku atau si Joko sih?"
"Maaf, maaf. Bukannya belain sih. Hanya saja menurut pendapat gue apa yang terjadi pada loe ini bukan sesuatu yang buruk melainkan sesuatu yang bagus."
"Kalau memang menurutmu begitu kenapa gak kamu juga mengubah penampilan kamu memakai pakaian tertutup ala ninja seperti ini?"
Menedengar pertanyaan itu Nindy jadi tersenyum malu. "kalau sampai kesana aku juga belum siap. Ya, walau sebenarnya di hati kecilku juga ada keinginan untuk mengubah penampilan seperti ini. Tapi bukan karena memang sekarang trendnya seperti itu, hanya saja butuh kesiapan hati untuk semua itu." Terang Nindy.
"Nah, loe tau sendiri kan kalau semua ini tak mudah. Dan gue dipaksa untuk memakai atribut menjengkelkan ini."