webnovel

Amarah

Kakek tua itu menyelimuti tangannya dengan Qi yang kuat. Dia langsung menusukan serangan kepada Li Yuwen.

Mengetahui itu, Li Yuwen langsung melompat ke belakang. Dan dia langsung tersedot kedalam lubang hitam itu.

" Sial! Aku tidak mendapatkannya."

" Ada apa dengan anda kakek?!"

" Entahlah. Aku memiliki firasat buruk tentang ini. Kau berencana untuk memindahkannya ke langit yang lebih rendah kan? Tapi tetap saja, aku khawatir kalau dia akan kembali ke sini lagi."

Mereka semua kebingungan dengan apa yang di maksud oleh kakek itu. Meskipun mereka juga merasakan rasa takut itu, tapi menurut mereka itu wajar. Karena Li Yuwen menunjukkan emosinya untuk pertama kalinya di hadapan mereka.

" Tenang saja. Meskipun dia akan berada di langit yang lebih rendah. Dia tetap lah sampah yang tak bisa berkultivasi. Di dunia bawah juga pastinya hanya yang kuatlah yang akan bisa bertahan hidup. Orang sepertinya hanya akan mati dengan cepat."

Suatu perkataan tanpa belas kasihan sedikit pun. Walaupun dia adalah ayahnya, tapi omongan itu benar-benar keluar dari mulutnya.

***

Di hari itu, ketika bus keluar dari pembatas jalan. Dunia yang dilihat Yuwen menjadi sangat lambat. Dia menyadarinya, akan apa kemungkinan yang akan terjadi.

'.... Inikah momen sebelum kematian.... Dunia benar-benar menjadi sepenuhnya lambat... Sialan! Kenapa aku harus mati seperti ini?! Ini semua salah si bajing*n itu!!'

Yuwen sangat mengutuk orang yang membawa bus itu. Di dalam hatinya dia benar-benar sangat membencinya. Kebencian yang tak akan bisa dipendam itu, memenuhi hatinya.

Tapi walaupun begitu, dia saat itu sudah tidak bisa apa-apa lagi.

Ketika bus itu mulai jatuh, pandangannya tiba-tiba menjadi gelap gulita.

Setelah itu, Yuwen hanya merasakan kekosongan yang hampa.

' sialan... Sepertinya aku benar-benar mati...'

Selama pikirannya yang berada di kekosongan itu, dia hanya bisa mengutuk orang yang membuatnya terbunuh. Kehidupannya yang sempurna, berakhir begitu saja.

***

Seorang pria muda sedang terbaring di sebuah padang rumput yang luas. Angin yang menghembus kencang, membuat rerumputan di sana bergoyang-goyang.

Pria yang berbaring itu adalah Li Yuwen. Mungkin lebih tepatnya hanya Yuwen. Karena dia sudah di buang oleh keluarganya sendiri.

Ketika dia tidak sadarkan diri, sebuah ingatan tentang kehidupannya sebelumnya, tiba-tiba mengalir begitu lancar di dalam alam bawah sadarnya.

Kehidupan tentang bagaimana dia hidup di dunia yang damai. Dan kehidupan tentang bagaimana cara dia menjalani kehidupan sempurnanya. Semua ingatan tentang dirinya yang sebenarnya, terus mengalir di dalam otaknya.

Dia sedikit mengerutkan keningnya. Kedua ingat yang saling bercampur membuat otaknya bekerja lebih keras.

Yuwen kemudian membuka matanya dengan sedikit terkejut.

" Huff... Huff..."

Dengan keringat dingin diwajahnya, dia mulai mengerti dengan apa yang terjadi kepadanya.

Yuwen kemudian duduk sambil memegang kepalanya. Dia masih merenungkan dengan apa yang terjadi di dalam alam bawah sadarnya barusan.

"... Begitu, ya. Sekarang aku mengerti..."

Dia menyadarinya, ketika hari dimana dia mati, dia ternyata bereinkarnasi. Tapi dia bingung akan sesuatu.

" Padahal aku merasa baru saja mati... Tapi sebenarnya itu sudah 19 tahun yang lalu...."

Itu benar-benar membuatnya bingung. Dia merasakan kalau dirinya baru saja mengutuk orang yang membuatnya mati, tapi sebenarnya itu hanya sedikit kesadarannya 19 tahun yang lalu.

Dan yang membuatnya lebih bingung, kenapa ingatannya baru kembali setelah dia berusia 19 tahun. Tentunya dia mengingat tentang kehidupan yang di jalaninya selama 19 tahun setelah reinkarnasinya. Tapi itu tetap membuatnya bingung.

" Kenapa aku baru mengingatnya sekarang..."

Dia memikirkan sedikit. Dia mengingat kembali semua hal yang terjadi di kehidupan sebelumnya.

Dia seorang anak dari orang kaya, kehidupannya begitu terpenuhi. Dia selalu menghabiskan kehidupannya dengan kesenangan yang luar biasa. Dia juga sangat berbakat dalam hal bela diri dan membuatnya bisa di kenal oleh banyak orang. Kehidupan yang begitu sempurna membuat dirinya merasa di atas semua orang dan membuat sifatnya menjadi sombong. Menganggap semua orang yang ada di bawahnya hanya seperti serangga, dia selalu membully mereka. Baginya itu bukanlah Bullyan, tapi hanya untuk melengkapi kesenangannya.

Terus memikirkan tentang itu, Yuwen mulai menyadari sesuatu. Matanya sedikit terbuka lebar ketika dia menyimpulkan pemikirannya.

".... Begitu ya. ... Jadi, begitu ya... Hehe..."

Dia menutup mulutnya. Kesimpulan yang muncul membuatnya ingin tertawa.

Yuwen kemudian berdiri.

".... Surga atau apapun itu... Setelah aku mati di hari itu, kau membuat kehidupan ku menjadi begitu sengsara. Di ejek, di cemooh, di pukuli, di kucilkan, di jauhi oleh semua orang dan bahkan sekarang aku di buang.... Hehe.... Apa kau ingin menunjukkan kepada ku bahwa semua itu adalah karma untukku?!!!"

Yuwen berteriak ke langit. Ekspresinya begitu aneh. Dia seperti orang yang tertawa tapi itu bukanlah orang yang tertawa.

" Selama 18 tahun aku hidup sebelumnya begitu sempurna dan selama 18 tahun kehidupan ku disini aku begitu menderita. Apa kau sedang menghukum ku?! Apa kau ingin aku sadar diri, bahwa aku ini bukanlah siapa-siapa dan aku perlu menjadi pribadi yang lebih baik lagi disini?!! Lucu sekali Bangs*tttt!!"

Yuwen yang dikehidupan ini sebelumnya tidak terlalu banyak menunjukkan ekspresinya. Tapi kali ini, dia menunjukkan ekspresi yang akan sangat sulit di mengerti oleh siapapun yang melihatnya.

Yuwen kemudian terdiam sejenak.

".... Ku tantang kau sialan! Kau yang telah mempermainkan takdir ku dan mereka yang telah membuang ku! Tunggu saja! Akan ku pastikan kalian hancur oleh ku! Semua langit yang ada dan semua orang yang menghalangi ku, akan ku remukan kalian semua!!!"

Amarah yang begitu besar dan kebencian yang begitu dalam, membanjiri setiap kulit di tubuhnya. Hatinya yang tersakiti diselimuti oleh rasa benci yang begitu pekat. Perkataannya yang keluar, benar-benar berasal dari jiwanya.

Beberapa saat berlalu, Yuwen mulai menenangkan dirinya.

" Huuff... Marah memang melelahkan. Dan... Sebenarnya apa.... Ini? "

Próximo capítulo